Bagian 4
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfu4NPtHXJv
Bagaimanapun Ilham adalah pria dewasa. Dia bukan anak remaja lagi. Namun, pola tingkahnya kepadaku betul-betul seperti adik yang ingin dimanja. Dia kadang terlihat dewasanya. Suatu momen terlihat kekanakkannya. Dia itu sudah menikah, punya istri. Mengapa cari perhatiannya kepadaku. Ya Tuhan! Bagaimana jika istrinya tahu bahwa Ilham kerap cari perhatian kepadaku. Setiap ia mau pulang malam demi ngobrol bersamaku. Ia selalu cari akal agar diperbolehkan oleh istrinya. Ketika aku tanya, apa alasan dia bisa menemaniku mengobrol sepulang kantor. Dia jawab singkat, ya sudah diizinkan. Aku tak lekas percaya. Dia sahut alasannya adalah ngobrol dengan Mbak Maya yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri oleh Ilham dan juga istrinya, yang bernama Winda.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAAcrmYPiQy
Ya, ya, aku tak masalah sudah dianggap sebagai seorang kakak perempuan. Akan tetapi, Aku harap-harap cemas ketika beberapa kali Ilham mengaku sudah izin pulang telat kepada istrinya, istrinya menanyakan kepadaku apakah betul ilham sedang banyak kerjaan dan ia jadi sering pulang terlambat ke rumah. Damn! Itu berarti Ilham berbohong, tidak sepenuhnya jujur selama ini bertemu denganku. Gawat! Karena aku, Ilham rela membohongi istrinya.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs0HQP3uBbx
“Kamu kok enggak jujur sih, Ham”
“Aku kan jadi enggak enak sama Winda”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjrkHy43qEg
“Kalau enggak alasannya gitu mba, aku enggak akan diizinin”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEnwSDck0y7
“Kamu jujur saja, mengapa kalau jujur?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSTmSV5yELV
“Repot Mba kalo jujur”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPhIgEb7TYB
“Repot? Repot kenapa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ5eYlEfdrt
Ilham terdiam, tak mampu menunjukkan alasan sebenarnya.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRMt8LiOlVI
“Kalau begitu ya udah besok-besok gue gak usah nemenin lo lagi sepulang kantor”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoGfUm04Iar
Sejujurnya jawaban Ilham barusan membuatku sangat dilema. Aku sudah terlanjur nyaman dengan sosok Ilham yang mengurangi rasa kesepianku. Jawabannya justru menimbulkan kesan ancaman, bahwa aku akan kehilangan rasa nyaman yang telah didapat. Di sisi lain, aku harus sadar diri Ilham sudah mempunyai istri yang menantinya di rumah. Dengan keadaan sudah seperti itu, aku menemukan jalan keluar yang adil.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzUqx97Pp3w
“Begini aja, kenapa kamu enggak ajak Winda ikut ngobrol di sini?”
“Tambah ramai kan tambah seru”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQbkhGFrmKi
“Gak mungkin”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD4tTIsuwcI
“Kenapa gak mungkin?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZFldJxjvKv
“Ribet mba jelasinnya”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjjKqPs8lRr
“Ribet kenapa, tinggal jelasin aja”
“Pasti ada sesuatu ya?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Dwtn7GMkx
“Enggak ada”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU2CSSVnXfH
Ilham malah bertele-tele. Ia kemukakan seandai jujur juga, dia tidak bisa ngobrol lama-Iama denganku. Ilham jelas menyembunyikan sesuatu. Akhirnya obrolan yang berlangsung di kafe tersebut tetap berjalan seperti biasa. Bodohnya, aku membiarkan kondisi seperti itu berhari-hari, berbulan-bulan demi egoku mendapatkan kenyamanan dari Ilham. Aku melupakan perasaan Winda yang menanti Ilham pulang ke rumah. Namun, Aku betul-betul tidak mampu mengubah keadaan agar kesepian tidak lagi membayangi hari-hariku. Di kantor, aku membenci rekan-rekan pulang tepat waktu. Aku perlu keramaian. Tersisa Ilham yang pada akhirnya menjadi teman setia.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR8PGbMqzyu
“Bagaimana Mba perihal suami lo? Sudah mau dibujuk dia supaya mau ke Jakarta?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtqvPW8EG59
“Masih gitu-gitu aja”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡefYm5MbGTk
“Gitu bagaimana?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAkYmcQLbow
“Ya seperti yang kemarin aku ceritakan”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo5k5xFWPjK
“Kalau menurut gue, buru-buru segera diselesain Mba”
“Stres lo kalau dibiarin berlarut-larut. Kasian anak lo juga”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA36Hf1T2vr
“Iya maunya aku juga gitu, perlu ada waktu ngomong empat mata dengan suami”
“Kamu doakan saja”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDx2prC0hM7
“Selalu aku dukung dan doakan kamu, Mba”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK4mEJTecIe
“Terima kasih ya, Ham…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZCcfM6QC0A
“Iya, tapi kalau menurut gue loh ya, maaf ya sebelumnya”
“Lo itu masih cantik dan muda mba, masih banyak yang mau”
“Banyak laki-laki di luar sana”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXsxlg1FtEg
“Aduh, aku kasian dengan anakku, Ham!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIMkf7d4Yh5
“Ya lo gak lebih kasian lagi sama anak lo dan diri lo kalau posisi begini melulu?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6rCFdAkZTw
“Gue udah terbiasa sejak tinggal di Bandung”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyoavGbh0eP
“Lo mau biasain hidup dengan kondisi stres? Sakit jiwa lo bisa bisa”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIIjbBT4dfR
“Aku ngerti, aku lagi upayakan rekonsiliasi dengan suamiku”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJmM5e2mK3w
“Ya semoga sukses”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbi4Dx5q3ZK
“Ucapanmu tadi itu…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZt8sYRzQjb
“Iya, ya, ya… Maaf…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRJEQiYEP3z
Di satu sisi Ilham mendukungku, sisi lain ia seperti mendorongku agar berpisah dengan suami. Aneh. Tidak jelas. Fakta yang tidak bisa ditutupi. Sikap Ilham perlahan membuat aku bingung. Ia menganggapku sebagai kakak perempuannya. Namun, sikapnya sudah jauh melebihi hal itu. Mulai dari chat yang kerap menyelipkan pembahasan soal seks. Ia kadang bertanya kehidupan seksku dengan suami. Tanggapan terhadap istilah istilah yang aku tidak ketahui apabila tidak browsing Om Google, seperti cuckold, threesome, fetish, dan sebagainya. Apakah aku pernah berfoto pose seksi atau bugil lalu dikirim ke suami. Apakah aku sebelum nikah pernah berhubungan dengan laki-laki lain terkait seks. Apakah aku punya pandangan terbuka. Beberapa pertanyaan yang diajukan, aku jawab dan tidak. Ilham memaklumi, tidak memaksa, namun ia selalu menagih alasan mengapa tidak dijawab. Sekalinya aku balikkan pertanyaan dia berani-beraninya mengatakan.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPx25WgvMfp
“Enggh… Aku mau jadi TTM kamu Mba, boleh?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSTaFMrK0FE
“Sssssssttt, enggak boleh! Kamu udah punya istri. Inget!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsm5ruiZb5y
“Kan cuman Temen… Tapi… Mesra”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡerpBgZGeZj
“Esensinya apa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMTfUvbNy3R
“Ya selama ini kita saling berbagi perhatian loh, bukannya itu sudah TTM?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD6HXj7lcJz
“Aku takut kamu berharap lebih, atau kamu baper, aku baper…”
“Ada yang disakiti, pliss jangan rusak hubungan kita selama ini”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG5c8ao8tUB
“Temen Tapi Mesra aja Mba, gak mesti sampai bagaimana-bagaimana”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqQvartM7hu
“Iya, tetep aja, kamu berani jamin enggak ada yang baper? Kalau baper?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGxpxeKZsVa
“Ya jalanin aja”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG2nipmyeLY
“Kamu enak ngomongnya begitu, tapi aku kan perempuan, Ham…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9oT6y1SQA7
“Ya jangan sampai ada yang baper”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ56IP8dn1VX
“Enggak sesederhana kamu bilang”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgbaXT3IHdp
“Kan belum dicoba”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ45zZAANkkX
“Ilham!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmACX4irWLl
“Yaudah deh”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQud24Lig2q
Ilham kembali pasrah tidak memaksa. Secara ucapan ya tidak memaksa. Namun, secara sikap, ia memperlakukanku betul-betul selayaknya Teman Tapi Mesra. Munafiknya diriku. Aku nyaman dengan perlakuan Ilham seperti memberi perhatian, menanyakan aku lagi apa dan sesekali ia menyapaku sayang. Awalnya aku bisa menegaskan kepadanya untuk tidak sesekali menyapaku dengan kata sayang. Aku tidak nyaman. Namun, sisi lainku, justru sedikit senang menerimanya. Kasihan diriku yang miskin perhatian ini.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxsLlY9yWeP
Perubahan sikap Ilham mencapai puncaknya saat perjalanan dinas ke Yogyakarta, yang mengubah jalan cerita pertemananku dengan Ilham. Ketika tangan kami saling berulah, berpegangan, mencengkeram, lalu mengelus. Aku tidak tahu apa yang ada dibenak Ilham dan yang merasuki dirinya, sampai-sampai dia berupaya meraba pahaku. Aku betul-betul kaget. Namun, aku juga tidak bisa menyangkal aku merasa nyaman dan menikmati yang barusan kami lakukan, meski diakhiri dengan tidak baik.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9CDmF1fpoQ
Setelah aku dan rekan-rekan sampai ke hotel, di dalam kamar aku merenung apa yang barusan terjadi antara aku dan ilham. Pantaskah kami berbuat demikian? Sungguh aku benar-benar sedang kesepian. Bisa-bisanya aku melakukan hal itu. Aku buru-buru menghubungi suami, melepas kesepian yang sudah membludak ini kepada seseorang yang mutlak sah dan pantas. Namun lagi-lagi suamiku ini susah sekali dihubungi. Dalam keadaan krisis begini, aku sangat benci dia. Sepertinya benar kata Ilham, rumah tanggaku sudah diujung tanduk.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEYMduCRmDg
“Ayah?”
“Ayah?”
“Ayah? Kebiasaan deh gak dijawab”
“Ayah lagi apa?”
“Ayah sudah makan?”
“Anak kita sedang apa?”
“Ayah di sini hotelnya bagus loh”
“Ayah?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdhau880Vfp
Di dalam kamar hotel, berkali-kali aku mengirim chat ke suamiku, tidak dibalas. Aku telepon dia berulang-ulang, tidak dijawab. Rasa rindu dan kangen itu berubah ingin kuluapkan dengan membanting ponselku ke tembok, lantai, atau entah kemana supaya bisa batin dan pikiranku yang sedang kacau balau ini segera mendapat ketenangan.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡREo6nry2YB
Sebaliknya, tiba-tiba Ilham justru yang menghubungi aku. Aku terdiam sejenak. Mengapa harus dia lagi dan dia lagi yang datang ketika kondisiku kritis rindu. Aku tidak punya pilihan lain saat ini. Aku hanya ingin ditenangkan. Hilang rasa batin yang sedang gelisah.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf03ULQHCZG
“Mba, lagi apa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡw4YiimpzKP
“Lagi main hape aja, kenapa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVJrAzrINaJ
“Aku main ke kamarmu ya?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE9Cp458Zs3
“Iih mau ngapain…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMf0paxl15O
“Kamu ngobrol sama pegangan tangan kayak tadi lagi”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeNLo9hfH0J
“Emangnya Kamu gak malu pegangan tangan sama ibu-ibu yang udah nikah dan punya anak satu?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHEtf5LvCTZ
“Kok ngomongnya begitu? Kamu tuh udah kuanggap keluargaku loh Mba Maya, itu kenapa aku selalu peduli dan sayang dengan kamu. Tanya kabar, jalan sama kamu, bahkan aku rela ajak kamu ke Yogya ini selain kerja juga, supaya kamu seneng”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoUBfmDEEpC
Jawaban Ilham meruntuhkan kebekuan hati yang sedang kritis rindu dan sayang. Aku lantas menitikkan air mata, entah terharu atau sedih terhadap kondisiku. Aku terdiam.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs1yYKIPYiZ
“Halo Mba, gimana? Boleh gak?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb9n8PEY0aG
“Iya, boleh, tapi jangan macam-macam ya”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs0tErT0nTt
“Iya, tenang sik. Cuman ngobrol aja”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl9QQCydMki
Karena tak ada rekan yang satu lantai dengan kamarku, aku tak menyadari apa yang kukatakan barusan kepada ilham lewat telepon. Tidak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu kamar, bersamaan itu chat ilham masuk.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZyLBYsXz6H
“Mba, aku di depan kamar kamu nih”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoEqW5T8ZL3
Beranjak dari kursi, aku membukakan pintu untuk Ilham. Ia buru-buru masuk menyelinap, khawatir ada orang lain yang melihat dan menimbulkan kecurigaan. Di dalam kamarku, ilham duduk tersenyum di sisi ranjang tempat tidur sambil menonton acara televisi. Aku berdiri memandangnya, menunggu alasan ia kemari.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjbmCOZzasM
“Kenapa malah ngelihatin gue?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpYJC84bfTx
“Ya lihatin, nungguin alasan kamu ke sini apa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQvy5A0Ssqm
Ilham tiba-tiba menarik tanganku dan memintaku duduk di sebelahnya, menonton televisi bersama. Aku sontak bergeser menjaga jarak, memandangi Ilham yang masuk ke kamarku hanya mengenakan celana pendek dan t-shirt hitam. Ia sudah berganti pakaian. Ilham lalu meraih dan mencengkeram tanganku. Kami kembali saling menggenggam tangan. Lagi-lagi sensasi nyaman dan kehangatan merasuk ke dalam tubuhku yang rindu sentuhan laki-laki.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFdDb1loVwP
“Kamu mau cerita apa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlANEY6uozL
“Duh dingin juga ya di sini”
“Gue mau melepas lelah setelah kegiatan kita akhirnya selesai juga”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcD9HqlKAIc
“Jangan lupa bikin laporannya”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0BjBS9pkd5
“Hahaha, bisa nanti belakangan”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvbhotjtjQd
“Asal jangan kelupaan”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRa0ysAEgYS
“Iya Beres, Mba. Oh ya lo habis ini langsung pulang ke rumah atau bagaimana?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0eC3XYZzCE
“Belum tahu”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1nsM6I3ItD
“Kalau iya, nanti supirnya bisa anterin lo”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAvCkvK7FFP
“Enggak usah, terima kasih”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXXeGU2Q5I7
Aku sebetulnya sungkan dengan kehadiran Ilham. Kami berdua lalu malah terpaku sejenak menyaksikan drama korea yang tampil di layar televisi berlangganan hotel. Ilham masih mencengkeram tanganku. Mengelus punggungnya dengan jari jempol yang berukuran menggelitik telapaknya. Tanganku berupaya menjinakkan agar tangan ilham tidak bergerak semakin liar. Namun yang terjadi aku malah berbalik mengelus telapak tangan Ilham. Telapak tangan Ilham tidak bisa kalem. Ia lepas dari genggamanku. Kembali buas menyerbu menggelitik telapak tanganku. Kemudian Ia mengarahkan telapak tanganku ke hidungnya. Ia endus punggung tanganku. Lalu berkata,”harum tanganmu Mba”.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ6OjZODx1k
Aku membuang muka, pura-pura menonton televisi. Aku membiarkan Ilham bermain dengan telapak tanganku. Ia endus dan ciumi berkali-kali, lalu cengkeram mengelus lagi. Aku kegelian, membuatku sedikit merinding gemetaran.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNQJoPYBXAu
Barangkali karena aku tak cegah, Ilham semakin berani. Kemudian Ia mencengkeram salah satu lengan gempalku. Sebab Aku tak mengelak, Ia remas seraya mengurutnya. Aku sekilas coba menepuk tangan Ilham agar tidak berada di sana. Namun, tangan tersebut kembali mencengkeram lenganku. Ilham bersikukuh memijatnya. Aku pun pasrah menikmati pijatan itu, sampai lupa bahwa Ilham yang datang dengan kelelahan bukan aku.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHxDSOiSBDC
“Bagaimana? Enak gak pijatan gue?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUSBuGgRxrg
“Enak…”, jawabku tanpa melihat wajah Ilham.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBVRJmwHEXy
“Kayaknya kamu yang lebih cape ya Mba. Aku paham kok. Yang sabar Mba Maya. Aku yakin suatu saat suami kamu luluh juga”
“Aku akan selalu mendukung kamu”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8HgrlRQot8
“Sudah, sudah…”, ucapku meminta Ilham berhenti memijat. Namun yang terjadi ia pindah duduk membelakangiku. Kini kedua lenganku yang dicengkeram olehnya. Ia melakukan hal yang sama. Astaga tubuhku semakin menghangat. Aku justru jadi tak menginginkan Ilham untuk berhenti. Badanku bergetar pelan, terdongak ke depan. Nafasku menderu.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGYMarA1BdL
“Bagaimana Mba? Enakkan?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ74KGpim3hJ
“Iya, bagian punggung tolong”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU6AxRYpjDr
“Siiip”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPjTbtY6YyP
Ilham kemudian memijat punggungku, memukulnya sedikit dengan sisi telapak tangan. Sampai detik ini, tak ada tanda-tanda Ilham berupaya mencari kesempatan sembari memijatku. Aku sekarang meyakini Ia sepenuhnya hendak membikin badanku ringan, hilang pegal-pegal walau tak begitu yakin. Kemudian Ilham mengurut tengkukku. Ia sibakkan rambut panjangku yang digerai ke bahu sebelah kiri. Sedikit geli dan sakit. Leherku meronta. Pijatannya luar biasa. Entah belajar dan dapat ilmu dari mana Ilham. Aku tertegun kebaikannya. Namun, aku ingin pijatan ilham segera disudahi. Aku mulai merasakan hal yang lain. Sentuhan Ilham membuat nafasku semakin berat. Astaga aku mulai bergairah.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3tjSh08faA
“Sudah, Ham, sudah…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYYsj3mFlqp
“Bentar, belum ini…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEUZpJaXtdy
“Udahan, cukup”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt7s0XZevdM
“Belum, dikit lagi”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmJndbmgXzp
“Udaaaaahhhh…”, aku coba menjauh, bangkit berdiri. Namun, Ilham memegang kedua lenganku begitu kuat. Ia menahanku. Dugaanku kini mulai berubah. Ilham sepertinya bukan lagi Ilham yang pertama kali berniat memijat. Jangan-jangan dia mulai berniat menggoda birahiku. Namun, apapun itu, aku sudah terlambat. Ilham berhasil memunculkan gairah yang biasanya timbul ketika mendapatkan sentuhan suami. Yang bisa aku lakukan hanyalah mencegah Ilham bertindak lebih gila. Akan tetapi, aahhh… Aku tidak bisa berbohong. Aku menginginkan sentuhan yang lain. Bukan dipijat saja. Aku
menginginkan yang lain dari Ilham.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeXVBjnmkXk
Aku lekas membalik badan, mendorong tubuh Ilham sekuat tenaga hingga terlentang di atas tempat tidur. Aku lekas menduduki perutnya yang agak buncit. Kucekik lehernya dan menginterogasi benar atau tidak Ilham masuk ke kamarku dengan niat menggoda. Aku tatap kedua matanya serius.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfIJ9zzuN7E
“Kamu tahu gak yang kamu lakukan itu gak baik?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeLjBRy8Gg3
“Tahu, tapi aku kan cuman mijet”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPW0hTU9bvs
“Bohong!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQihwJNHz0b
“Beneran!”, sahut Ilham tersenyum.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwkVGbrwKD9
“Yaudah kalau gitu”, ucapku sambil ingin beranjak menjauh dari atas perut Ilham. Akan tetapi, Ilham mencegah, menarik tanganku
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8nYqmBa1sg
“Kalau niatnya bukan mijet kenapa?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡruLE8cAauI
“Ya kamu yang tahu”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQCdKM7P05A
“Gue mau pelukan sama lo Mba, boleh gak?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRveK8oIcTX
“Emmmmh….” Mendadak sulit aku beri jawaban. Ilham tak berlangsung lama lantas memeluk pinggangku. Damn! Salah satu pahaku tak sengaja berantukan dengan benda keras nan hangat. Aku merasakan batang kejantanan Ilham yang telah mengeras mengenai paha, kebetulan aku sedang mengenakan legging tipis. Ia menyadari. Kemudian bokongku disergap dan diremas-remasnya.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe4feakf1H4
“Aaaaihhh…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXHditnho9t
“Boleh gak? Kok diem?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlpHkmsjgHg
“Iya, sebentaran aja tapi yah…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSqtDnmJOXm
“Hehehe, toket lo beneran gede ya, pantes banyak yang curi pandang”, ucap Ilham kedua bukit kembarku yang bersembunyi di balik t-shirt hendak diraba oleh tangannya
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpRN5jryTLW
“Aaahhh jangan dipegang! Katanya pelukan ajah!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyDfQylAAuT
“Oke hehehe, maaf”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdQpwXyAGBt
Aku segera menjauh dari perut Ilham. Kami duduk berhadapan di atas ranjang. Kami berpelukan kurang lebih 10 menit. Aku mengira Ilham sudah jinak. Ia mendadak mendekap, mencumbu bagian bahuku. Aku pasrah dengan yang dilakukan Ilham selanjutnya. Ia menggeser sisi leher t-shirt, dicumbulah bahu dan daerah sekitarnya. Ia bermain-main dengan tali bra, berupaya menyingkirkan agar lebih leluasa menciumi. Kemudian ia mengendus leher, memelukku semakin erat. Nafasnya dihembuskan di sana. Ilham lalu mencumbu leherku sembari salah satu tangan kami saling berpegangan. Ambruklah diriku ditindih Ilham.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlzMahQ49ye
“Ham, sudah, cukup, Ham…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZTz7XBklvo
“Sebentar Mba, sebentar…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyav6YjcHfj
“Hhhhhhsss…..”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNqVcCYgex0
“Harum badanmu Mba…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDZjm6kUXy3
Pujian Ilham membikin aku melayang. Kemudian Ilham memandangku, lekas mencium pipiku, mengendusnya. Saling bersentuhanlah kedua pipi kami. Aku mengira ia lanjut akan mencium bibirku, tetapi ia justru mengatakan,”aku tidak akan menyentuh bagian yang bukan hakku Mba, jangan khawatir”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOZVdHckEwB
“Maksudnya?”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcBQJPbUoVd
“Bibirmu dan vaginamu adalah hak suamimu, aku hanya ingin meluk kamu”, ucap Ilham menenangkan diriku yang takut. Aku sontak sambut dengan merangkul tubuhnya. Aku sentuh punggung Ilham. Karena tak lagi khawatir Ilham bertindak kebablasan, aku membiarkan Ilham menyelesaikan apa yang diinginkan.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH1EWzD5Ize
“Aaaaahhhh.. sudah cukup, jangan yang itu”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsEiNI6o7D9
“Gue mau lihat tetek lo Mba”, ujar Ilham meremas payudaraku. Ia berkeinginan melihat bentuk payudaraku.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC6PQq3K0D8
“Plisss jangan, sudah cukup begini saja. Aku takut kamu melanggar ucapan kamu sendiri”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLKQ1uS5ZSb
“Tenang Mba, tenang…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmI1S0Fh0Vr
Ah sial, Ilham menyingkap bagian depan t-shirt yang aku kenakan. Aku tak mau memandangi wajahnya. Aku tak bisa. Jantungku berdegup kencang. Ilham benar-benar kurang ajar. Akan tetapi, aku entah mengapa aku tak bisa mencegahnya. Kakiku tak berkenan menendang ilham agar menjauh. Tanganku tak ada maksud memukul Ilham agar ia berhenti berbuat.
Aku harus tenang. Dia tidak akan bertindak melampaui batas. Takdirku memiliki payudara berukuran besar, berdampak laki-laki sangat penasaran. Ini yang terjadi pada Ilham.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCARshBh6Pq
“Aaaaaaaahhh, Ilham cukup!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmILfM53PdX
Ilham membenamkan wajahnya di antara gunung kembarku. Sensasi yang kudapatkan luar biasa. Aku lama tak mendapatkan ini semenjak tidak bertemu suami. Atau bahkan suamiku tidak pernah melakukan hal yang dilakukan Ilham. Aduh. Sambil wajah Ilham merasai kehangatan dijepit sepasang payudaraku. Aku tidak sadar kedua pahaku membuka lebar. Selangkangan yang lama tak dijamah ini tersundut kepala burung Ilham. Batang kelamin adik angkatku itu bergesekkan dengan liang senggamaku. Sepertinya aku harus segera mendesak Ilham untuk berhenti.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvpfa9UtxsV
“Ilham, sudah Ilham! Sadar! Sadar Ilham!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGwezP9T3Lq
“Bentaran lagi Mba”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYj31d6mS2X
“Cukup Ilham, cukup!”, Salah tanganku menepuk-nepuk pipi Ilham, berharap ia segera insyaf apa yang sedang dilakukan. Namun, yang terjadi. Ilham membuka salah satu cup bra, dan menghisap puting susu yang terakhir dihisap oleh suami dua bulan yang lalu.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaXFHDLdUch
“Aaaaaaahhh”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpPBUhyzanX
“Emppphhh…Keras banget pentil tetek lo, gue isep dikit ya…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFG0cBFjPcW
“Ilham, plisss, berhenti, stoppp”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPR9j6hwGlk
“Iya, Mba, iyah”, Ilham membetulkan bra dan kaos yang aku kenakan. Namun, aku menyangka ini sudah berakhir, tetapi Ilham masih menindih tubuhku. Ia memandangiku. Wajahku yang kesepian. Wajah yang mungkin dilihat Ilham kurang belaian, kurang sentuhan.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYvwO4qX6KC
“Ilham berhenti, pliss, jangan lagi”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbca3inh9qB
“Gue cuman mau gesekkin kepala penis gue Mba di selangkangan lo”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5fptI9cWQO
“Jangan, jangan! Cukup! Nanti kebablasan!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdIVs8CMYrU
“Enggak! Cuman gesekkin doang!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKzAYFmHb6P
“Bagi kamu iya, tetapi kalau aku di luar kendali akan beda ceritanya, ham!”
“Mba mohon, jangan!”, pintaku sambil menggeleng kepala.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAqndojC88i
Ilham tidak menggubris. Ia tampaknya yakin tidak akan berbuat lebih jauh sesuai janjinya. Sayangnya jika janji ilham bisa dipegang. Aku cemas terhadap diriku yang telah menerima bertubi rangsangan dari Ilham. Aku khawatir, aku yang kebablasan. Ya Tuhan. Ilham mendengus-dengus ketika kelamin kami saling bersentuhan. Kami berdua seakan sudah lupa pasangan kami masing-masing di rumah. Kami lebih ingat kenikmatan di depan mata. Astaga Ya Tuhan!
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcflB5UxBim
“Ilhaaaammm! Stoppp!”, gertakku keras membuat Ilham kecut dan berhenti.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkqj1HCR8Bi
“Oke, oke, oke, aku berhenti…”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnG6lZtVinX
Ilham turun dari kasur. Aku membalik badan ke samping. Menutup wajahku dengan bantal. Aku ingin melupakan apa yang terjadi barusan. Apakah aku sudah mengkhianti suamiku? Apakah aku sudah berzina? Apakah aku telah melampaui batas. Aku mendadak menyesal mengenal Ilham. Mendadak menyesal ikut ke Yogyakarta. Kebahagiaan itu menguap menjadi penyesalan. Aku memejamkan mataku rapat-rapat. Aku tidak mau melihat Ilham sekejap. Aku memerintahkannya untuk keluar dari kamarku segera.
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡld3NzKh3ck
“Ilham keluar! Keluar!”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1XIdn5urOj
“Ya mba, ya, maafkan aku ya”
14099Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrryV1XkExa
“Keluar!”
ns 15.158.61.15da2
