Bagian 2
17289Please respect copyright.PENANAzxhviqVFOF
Bekerja di museum tidaklah menjemukan. Penghasilan sebagai pns di museum terbilang lumayan. Kendati gajinya bukanlah yang ideal, tetapi tunjangannya menggiurkan. Maka, aku tak lagi ambil pusing perihal uang semenjak menjadi PNS. Sepulang kantor bisa jalan-jalan Nge-Mall atau ngopi di kafe sambil mengerjakan pekerjaan kantor. Yang tak biasa adalah beban kerjanya. Aku mengira pada awalnya bakalan santai sebagaimana cerita masyarakat awam. Justru yang terjadi padaku berbeda 180 derajat. Sebagai sarjana desain komunikasi visual, aku menempati jabatan pengelola publikasi museum tempat aku bekerja. Faktanya, aku mendapatkan tugas lainnya yang sebetulnya bukan bagian dari pekerjaanku. Menyedihkan.
17289Please respect copyright.PENANA9jtu4ch2Mf
Ya apa boleh buat. Sebagai pegawai baru, karena baru 2 tahun menjalani profesi ini, aku terbilang muda oleh mereka yang sudah lama bekerja di museum ini, termasuk Ilham dan beberapa teman seangkatan denganku. Mereka menganggap kami bisa mengerjakan segalanya. Di samping itu, uniknya, ibu-ibu yang telah memasuki usia matang alias menjelang pensiun begitu risih dengan keberadaanku. Aku maklum, hampir seluruh ibu-ibu mengenakan jilbab atau hijab. Sementara aku tidak. Mereka membujuk aku agar juga mengenakan hijab. Aku tak mau dipaksa-paksa. Aku selidik penyebabnya adalah bentuk gemuk tubuhku dan wajahku yang chubby konon kata mereka mampu menggoyahkan kesetiaan seorang laki-laki. Mengguncang iman bapak-bapak dan suami yang bekerja di museum ini. Aku dianggap berpotensi menjadi PELAKOR. Teganya…
17289Please respect copyright.PENANAbIsMQUMyJl
Aku mengerti. Mereka bisa dibilang iri dengan bentuk tubuhku yang padahal bukan termasuk bentuk ideal. Setidaknya bukan bentuk bodi khas emak-emak. Kalau kata Ilham, bodiku ini mengarah ke BAHENOL alias MONTOK. Di samping itu, hampir semua pegawai kantor museum sudah mengetahui bahwa aku menjalani hubungan jarak jauh dengan suamiku. Aku yang paling sering menghabiskan cuti duluan. Aku yang dikira mungkin kurang belaian. Namun, aku masih bisa bernafas lega. Mereka tidak mengetahui masalah yang sedang aku alami. Kata Ilham,
17289Please respect copyright.PENANALSidHqALEE
“Jangan sesekali mengumbar masalah pribadi atau rumah tangga ke pegawai kantor, bisa jadi bahan gosip!”, ujar Ilham memperingatkanku ketika sedang makan siang bersama.
17289Please respect copyright.PENANAKBuLrPi8VN
Masalah satu ini paling meresahkan batinku. Terlepas dari kebutuhan uang yang bukan lagi menjadi soal, aku perlu kawan tempat mencurahkan isi hati dan memberiku perhatian. Suami? Dia menghubungi kalau kebutuhan belanja susu anak habis. Apalagi aku mendapat laporan kerja suamiku di kampung hanya bermain hape dan berkumpul santai dengan kawan sejawatnya. Barangkali dia sudah merasa posisi PNS ku membuatnya bisa enteng tanpa harus bekerja alias berpusing-pusing cari uang. Tak heran, aku mulai detik ini mencari kabar anak, memilih lewat ibuku yang kebetulan masih tinggal satu kampung dengan rumahku.
17289Please respect copyright.PENANAexLW7lKpdV
“Maaf, Mbaknya sudah menikah?”
17289Please respect copyright.PENANAihUnIcLx4U
“Oh sudah Pak, hehe”, jawabku ketika sedang memandu salah satu pengunjung.
17289Please respect copyright.PENANAWjikRUXyTN
“Kalau begitu boleh minta kontaknya?”
17289Please respect copyright.PENANAafU8aetnAa
“Untuk apa ya pak?”, tanyaku seutuhnya curiga.
17289Please respect copyright.PENANApioWuPww0A
“Ya kali bisa ketemuan di luar”
17289Please respect copyright.PENANAvXragT3XBU
“Aduh, makasih banyak pak hehe”
17289Please respect copyright.PENANA8VMfIELBWM
Di sisi lain, seperti kata Ilham, banyak laki-laki seperti pengunjung ketika aku mendapat giliran memandu di museum, meminta kontak nomorku. Niat mereka aku sudah tahu pasti sedang berupaya mengeluarkan jurus-jurus pendekatan ala mengucap-ngucap rayuan maut iblis, mendadak memberi perhatian, kepengen tahu pribadiku, berakhir dengan mengajak kencan atau menginginkan status pertemanan FRIEND WITH BENEFIT. Sejujurnya aku menolak itu semua karena aku masih menghargai suamiku yang tak peduli di sana. Belum lagi akun media sosialku, seperti facebook, telegram, instagram, bahkan whatsappku dikirimi chat ingin berkenalan. Aku diami hingga aku blokir bagi yang sudah kelewatan.
17289Please respect copyright.PENANAjxTNPNuLWz
Aku pernah menunjukkan itu semua kepada Mas Pras, suamiku ketika pulang kampung, dan reaksinya adalah
17289Please respect copyright.PENANAF6efAR8Gk8
“Beruntung ya kamu, masih banyak yang naksir hehehe, ciee….”
17289Please respect copyright.PENANAsKM843reni
Cuman begitu saja. Padahal, aku menunjukkan itu semua kepadanya agar ia cemburu, marah, dan menghakimi semua laki-laki yang sedang berusaha mendekatiku. Nyatanya ia malah sekadar memberi senyuman.
17289Please respect copyright.PENANAYVQxyu4FwZ
Kesepian menuntutku ingin membuat sebuah lingkaran pertemanan sendiri, tetapi tidak bisa. Rekan-rekan kerjaku sudah memiliki lingkaran pertemanannya masing-masing dan aku seperti tidak diperkenankan masuk ke sana. Yang patut aku syukuri adalah aku mengenal Ilham. Ia yang paling dekat denganku dan bersamanya aku menemukan kenyamanan yang selama ini aku cari-cari.
17289Please respect copyright.PENANATQ3ISXzd74
“Mbak, nanti habis pulang kantor nongkrong dulu gak?”, tanya Ilham kepadaku ketika sedang sibuk mendesainkan konten publikasi ucapan selamat hari pendidikan nasional.
17289Please respect copyright.PENANAF48g8Fk0zG
“Boleh, tetapi lo yang traktir ya”
17289Please respect copyright.PENANAmHqf8qkbOm
“Ah gantian dong, aku muluk masa”
17289Please respect copyright.PENANA7dKFtVmlqS
“Irhhh, utang kamu di aku belum dibayar loh, lupa kan?”
17289Please respect copyright.PENANApwLHwVnMLm
“Kalau sudah ngomongin siapa yang traktir pasti deh pembelaannya begini”
17289Please respect copyright.PENANAl1CJzo6ub8
“Hehehe, ya aku kan mau menghemat, Ham”
17289Please respect copyright.PENANAYSbgtcEDZ2
“Gue juga kalau mau menghemat, bagaimana?”
17289Please respect copyright.PENANAJ23oswtZCt
“Kan kamu masih bujang, mesti sering foya-foya sebelum menikah hahahaha”
17289Please respect copyright.PENANAP0KHozcyFe
“Enak banget ngomongnya lo, Mba. Dikira gue gak ada kebutuhan lain apa”
17289Please respect copyright.PENANAGxbrY2kPxr
“Iya deh, maafin…”
17289Please respect copyright.PENANAojXWZawoqG
Kedekatanku dengan Ilham mulanya baik-baik saja. Beberapa kali kami berkonflik, tetapi kemudian harmonis lagi. Konflik yang kami alami biasanya adalah dari tidak menepati janji apabila kami melakukan janji ketemuan. Atau salah satu dari kami yang biasa diabaikan atau dicuekki. Samahalnya denganku, Ilham perlahan terjebak nyaman denganku. Ia sering curhat mengenai sosok perempuan yang bisa dinikahinya nanti. Katanya, ia sudah ada pilihan perempuan untuk jadi pacar, namun sulit memilih mana yang bisa dijadikan istri. Ilham juga sering bercerita mengenai masa lalunya yang badung ketika sekolah, bertobat ketika kuliah. Ia juga cerita perihal keluarganya.
17289Please respect copyright.PENANASQT4zVf10B
Keterbukaan Ilham itu membuatku tak sungkan juga untuk terbuka dengannya mengenai keseharianku di kamar kos. Stresnya diriku karena suami jarang menghubungi hingga beban pekerjaan kantor yang tiada kiranya kapan bisa diselesaikan.
17289Please respect copyright.PENANAYi9GzO8qf2
Seiring berjalannya waktu, ketika jalan bersama di sebuah Mall sepulang kantor. Ilham memberanikan diri menggandeng tanganku. Aku terkejut dan lekas menarik
17289Please respect copyright.PENANAjpg6xM83Cw
“Jangan kurang ajar ya! Gue gak suka”, Aku sontak marah dengan Ilham.
17289Please respect copyright.PENANAfk7VhXSiSq
“Maaf, maaf… Gue cuman pengen pegang tangan lo sebentar aja, Mba”
17289Please respect copyright.PENANABAvSlOBk4K
“Untuk apa? Gak boleh!”
17289Please respect copyright.PENANA5xD5cFx28o
“Iya deh, maaf…”, Karena kedekatan kami, ilham begitu mudah kumaafkan.
17289Please respect copyright.PENANAbHGkzBODnU
Namun, Ilham sepertinya tidak menyerah. Beberapa kali kami ketemuan dan jalan bareng. Ia selalu mengulang ingin menggenggam tanganku. Tentunya kembali aku senantiasa menolak apa yang diinginkannya. Ilham tetap baik-baik saja. Hubungan pertemanan kami tetap berjalan normal. Malahan, kadang tiap malam. Ilham berupaya memancing membahas soal seks. Aku membalasnya sebijak mungkin. Bahkan kadang aku mendiamkan dengan alasan besok kukatakan ketiduran.
17289Please respect copyright.PENANAj4cYBrfhgH
“Mba, lo kan jauh dari suami, gak ada rasa kepengen begituankah?”, tanya Ilham lewat whatsapp.
17289Please respect copyright.PENANA8bIOEuNdjr
“Ya jelas ada, tapi aku mengalihkannya ke hal lain, seperti menonton drama korea, menyelesaikan pekerjaan kantor”
17289Please respect copyright.PENANAAAVmapPNZW
“Terus lo pernah, maaf ya, masturbasi gitu sendirian di kamar kos atau masturbasi bareng suami lewat chat, video call atau telepon?”
17289Please respect copyright.PENANA0IV29MTGXY
“Kepo banget ihh, rahasia dapur itu, hehehe”
17289Please respect copyright.PENANA0nt4kecW2z
“Oh begitu gak boleh tahu ya?”
17289Please respect copyright.PENANADbSP9c3Kee
“Iya, mending bahas yang lain”
17289Please respect copyright.PENANAqpTtffR1fe
Ketika pembahasan beralih ke hal yang lain, Ilham berterus terang kepadaku ia suka onani karena terangsang oleh film porno. Sebaliknya ia pernah bertanya kepadaku apakah aku tidak mencurigai suamiku akan berselingkuh atau main perempuan di kampung sana? Aku jawab bahwa mata-mata di kampungku banyak. Jadi selama ini tidak ada laporan demikian. Gugurlah dugaan ilham yang mengira suamiku cuek karena dia sudah kepincut wanita idaman lain.
17289Please respect copyright.PENANAwoNVuNE9vV
Kedekatan dan keterbukaan itu membuat hubunganku dengan ilham semakin intens. Namun, pada dasarnya kami tetap menjaga jarak untuk tidak sampai ke arah yang terlarang nan menjerumuskan. Di samping itu, ada bumerang yang kualami. Pada saat krisis, tekanan batinku akan kesepian memuncak. Ilham senantiasa hadir menenangkan. Bahkan malam-malam ia rela ajak aku yang kesepian ketemuan untuk ngobrol dengan segelas kopi dan teh hangat di sebuah kafe dekat tempat kosku.
17289Please respect copyright.PENANAotFQ6d81xB
Pertemuan malam itu, aku melihat sosok ilham yang lebih dewasa. Aku merasa dia sebagai adik yang hilang selama ini. Yang mengagetkannya lagi.
17289Please respect copyright.PENANAMz91YqCpCG
“Mba, nanti ikut kegiatan gue ke luar kota ya?”
17289Please respect copyright.PENANAdTYRBIVhmF
“Ah yang bener, aku kan jarang diajak dinas keluar sama orang kantor”
“Palingan kamu bohong, bercanda, prank kan?”
17289Please respect copyright.PENANAQ28t25vyz5
“Beneran, kita nanti ke Yogya, masa gue bohong. Nanti yang ikut itu ada 4 orang. Gue, elo, Jani, dan Pak Bagus”
“Gue ketuanya”
17289Please respect copyright.PENANAxhjXAIPsxI
“Seriusan lo ketuanya?”
17289Please respect copyright.PENANAF9JSNvBotK
“Iya! Kalau beneran gue bisa ajak lo ke yogya gimana?”
17289Please respect copyright.PENANApboRvTSA4r
“Gimana ya, aku tetep masih belum bisa percaya”
17289Please respect copyright.PENANAYM6RAI8rw6
“Kalau bener, di Yogya gue boleh pegang tangan lo ya? Deal?”
17289Please respect copyright.PENANAHy302XNOj7
“Ih dealnya gak bagus, jahat ih”
17289Please respect copyright.PENANAOg1Xos8Lc1
“Ya biar lo percaya”
17289Please respect copyright.PENANACCajYCcFE0
“Ah bodo amat ah, paling gak diajak”, percakapan itu kualihkan. Aku tetap tidak percaya dengan yang disampaikan Ilham.
ns 15.158.61.8da2