Pagi ini aku sudah tidak mendapati Jimmi disebelahku. Kubuka sedikit selimut yang menutup badanku hingga leher, ah aku memakai kemeja putih milik Jimmi rupanya. Aku tidak ingat yang aku ingat terakhir Jimmi hanya mengatakan "sebentar aku kancingkan dulu. Nanti masuk angin" dan sisanya aku tertidur tanpa ingat apapun lagi. Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Jimmi yang bertelanjang dada dengan handuk yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, kepalaku refleks menoleh untuk menghindari pemandangan disana tetapi dengan santainya dia menghampiriku lalu berkata " morning. Nyenyak tidurnya kemarin?" dia mengerling aku tahu dia sedang menggodaku. Tanpa menjawab aku menyibak selimut hendak bangun untuk ketoilet tapi nyatanya nyeri disana masih terasa membuatku meringis. "maaf Han, aku tidak bermaksud menyakitimu" katanya lagi sambil memegang lenganku. Aku menggeleng sebagai tanda dia tidak perlu meminta maaf, lalu setelahnya dia meraih daguku dan melumat bibirku lembut hingga aku melupakan sedikit rasa nyeri disana. Tapi tanpa aba-aba dia malah memasukkan satu jarinya kedalam sana, lalu mengocok pelan membuatku mendesah tertahan karena ciumannya. Dia bahkan menambah kecepatannya astaga aku bisa gila hanya karena jarinya saja. Aku sudah tidak kuat hingga aku keluar untuk yang pertama pagi ini. Dia menghentikan aktifitas di bawah sana lalu mencium keningku. " masih sakit?" tanyanya yang membuatku menggeleng malu. Dia mengambil tisu untuk membersihkan tangan dan milikku lalu membantuku ke kamar mandi.
"mau ku temani atau bisa sendiri?" tanyanya dengan sedikit nada kikuk. "tidak perlu, aku bisa sendiri" jawabku sambil tersenyum. Dia mengangguk-ngangguk lalu meninggalkanku.
Saat selesai, aku menemukan Jimmi sudah sibuk dengan sarapan yang diatas meja. "kamu sudah sarapan? "Tanyaku saat melihat hanya ada satu nasi goreng diatas meja. "belum. Kita makan bersama. Aku tidak lapar jadi aku mau minta punyamu saja" sahutnya santai. Kami akhirnya memakan nasi goreng yang hanya satu porsi. Dia lalu mengembalikan alat makan tadi ke dapur villa. Sedangkan aku setelahnya merapikan tempat tidur yang berantakan. Beruntung tidak terdapat bekas apapun di kasur.
Jimmi datang dengan dua paperbag lalu menyodorkannya untukku, "yang satu untuk nanti malam dan satu lagi itu baju seragaman dengan yang lain disini untuk besok kita ke pameran" katanya saat aku menerima keduanya. "kamu membeli dress lagi?" tanyaku saat membuka paperbag pertama. Dia dengan santainya mengangguk lalu duduk disisi jendela menghisap rokok elektriknya. Aku berlalu memilih kembali ke tempat tidur aku merasa masih sedikit lemas. "harusnya tidak usah membeli dress lagi, masih bisa pakai yang kemarin" kataku melanjutkan pembicaraan yang tadi. Dia terkekeh " yakin mau pakai yang kemarin?" tanyanya sambil berjalan mendekatiku lalu duduk dipinggiran ranjang. "yang kemarin mungkin zippernya lepas" katanya sambil tertawa dan menaikkan kedua kakinya ke ranjang. Aku sadar wajahku memerah lalu memalingkan wajahku.
Aku tidak melanjutkan pembicaraan yang tadi. Memilih memunggungi Jimmi yang sudah berbaring di belakangku. "kamu tidur?" tanyanya sambil menengok wajahku. "belum" sahutku. "tidur dulu lagi, nanti siang kita jalan-jalan seputaran villa supaya tidak bosan" katanya sambil menaikkan selimut lalu memelukku dari belakang. "sleepwell Hana" lanjutnya lagi. Aku lagi-lagi tersipu hanya karena ucapannya. Akhirnya aku memilih untuk menghadap Jimmi lalu menenggelamkan wajahku di dadanya. Dia tertawa kecil lalu mengelus rambutku hingga aku benar-benar kehilangan kesadaran dan tertidur dipelukannya.
ns 15.158.61.54da2