Harusnya malam ini aku dan Jimmi berada di pameran, tapi yang terjadi malah dia demam berujung dengan aku dan dia mendahului pulang dari acara ini. Aku mengajaknya ke klinik terdekat untuk agar dia mendapat setidaknya penurun panas. Karena suhu tubuhnya yang terlampau panas bagiku. "setelah ini aku mau pulang Han" katanya lemah saat menunggu giliran untuk diperiksa. "iya kita pulang, sudah tiga kali kamu bicara begitu" ungkapku pelan. Iya kami memilih pulang kerumah dan seluruh pakaian sudah aku kemas tadi sore.
Setelah pulang selesai diperiksa dokter yang hanya dibilang kelelahan dan butuh banyak istirahat, aku merasa lega karena tidak ada hal yang serius terjadi dengannya. "pakai dulu jaketnya. Jangan sampai masuk angin" kataku menarik jaket yang dipangkunya. Tapi dia malah masih diam dengan mata terpejam.akhirnya aku hanya menyelimuti bagian dada dan tangannya dengan jaket.
Ternyata menyetir selama dua jam lebih melelahkan. Jimmi bahkan tidak berubah posisi sejak awal naik dimobil hingga sekarang sampai di rumah. "Jimmi ayo bangun sudah sampai" kataku pelan sambil mengusap keningnya untuk mengecek suhu tubuhnya yang ternyata masih panas. "aku bisa sendiri Hana. Kamu pasti lelah" katanya lemah. Aku menggeleng lalu membopongnya menuju ke kamar. "tidur dulu ya aku buatkan air hangat" kataku meninggalkan dia yang masih mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Aku datang membawa segelas air hangat lalu menyuruhnya minum terlebih dahulu. "kamu tidur duluan saja Han, aku masih mau mandi" katanya yang membuat mataku membelalak. "noo, ngapain mandi kamu masih sakit Jim" kataku menahan lengannya yang hendak berdiri.
"kamu demam tidak ada istilahnya kalau demam itu mandi Jim" kataku menekankan. Dia hanya menatapku lalu kembali merebahkan tubuhnya. Aku mengambil plester penurun panas yang ditempel dikening dan berharap demam segera turun. Cukup lama aku mengganti pakaian yang tadi aku pakai dari villa dan sempat mandi sebentar hingga kudapati Jimmi sudah terlelap di ranjang. Aku menghampirinya lalu mengelus pipinya pelan "cepat sembuh" gumamku dan ikut berbaring di sisi tempat tidur.
Aku terbangun saat pukul satu dini hari merasakan ada yang menepuk-nepuk lenganku, ternyata Jimmi dengan mata berair dan hidungnya makin merah dari tadi sore aku melihatnya. "apanya yang sakit?" tanyaku sedikit kaget dengan keadaannya. "aku mau dipeluk Han" dia bahkan tidak berkedip saat berkata demikian. "kepalaku sakit,hidungku mampet rasanya gak nyaman" lanjutnya lagi sambil dia yang mengucek hidung kecilnya. "stop jangan dikucek lagi. Tunggu aku ambilkan minyak kayuputih" kataku beranjak dari ranjang dan mengambil minyak di nakas. Aku melepas plester penurun panas di keningnya lalu mengoleskan minyak tadi keseluruh kening dan pelipisnya,lalu aku juga mengoleskan sedikit di dada dan hidungnya. "aku mau dipeluk" katanya lagi saat aku selesai dengan kegiatanku. "iya sini" sahutku sambil mengelus pelan keningnya. Dia tidak memejamkan matanya malah balik menatapku. " kenapa gak tidur?" tanyaku pelan. "kalau merem minyaknya kerasa nusuk mata" katanya lucu yang membuatku terkekeh. "merem aja nanti hilang sendiri" ucapku lagi.
Dia belum benar-benar tidur tangannya masih memainkan rambutku yang tergerao dipunggung. Sedangkan aku masih menepuk-nepuk pelan lengannya. Saat lebih dari dua jam akhirnya dia terlelap dengan mulut sedikit menganga yang terlihat lucu, yang membuktikan bahwa hidungnya benar-benar tersumbat. Tanpa ragu aku mencium keningnya dan kembali berbaring setelah menghadapi lucunya bayi besar ini.
ns 15.158.2.208da2