Suasana villa yang disewa penyelenggara pameran ternyata lumayan besar dari luar kulihat ada 2 lantai. Aku masih memegang koperku dan koper Jimmi karena dia sedang memarkir mobilnya. Tiba-tiba suara perempuan membuat atensiku teralihkan. " hai. Kamu istrinya Jim?" aku tersenyum "iya" jawabku singkat. "wah cantik juga. Jimmi pintar mencari istri. Ahh maaf lancang aku Seina teman Jimmi" dia berkata sambil menyodorkan tangannya untukku lalu kusambut dengan anggukan sambil menyebut namaku. Dia cukup mencairkan suasana dengan bercerita perihal tidak bisa hadir di pernikahanku hingga suara Jimmi membuat aku dan dia menoleh. "Hana, ayo naik kita ada di lantai dua" katanya sambil mengambil alih koper yang aku pegang. "hai Jimmi lama gak ketemu ya" suara Seina membuat Jimmi menghentikan aktifitasnya. " hai Seina aku naik duluan istriku butuh istirahat" sahutnya pendek. Aku bisa melihat Seina menatap tajam aku dan Jimmi yang berjalan ke lantai atas, aku menebak hubungan Seina dan Jimmi tidak baik-baik.
Sekitar pukul 5 sore Jimmi memberiku paper bag yang berisi gaun putih sederhana dengan renda yang menutupi bagian dada. "hari ini makan malam di halaman belakang Hana, jadi aku membeli gaun buat kamu" katanya pelan sambil meraih ponselnya, entah apa yang dia lakukan dengan ponselnya. Aku hanya mengangguk lalu masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan diri karena badanku rasanya panas dan kepalaku masih sedikit pusing.
Rupanya Jimmi memilih tidur di sofa bukan di kasur membuat aku ingin menatapnya. Andai saja hubungan kami bukan karena perjodohan aku pasti akan sangat bahagia batinku. Suara pintu diketuk akhirnya membuat aku berlalu,membuka pintu mendapati seina memegang nampan berisi susu coklat hangat dan teh hijau. "hai, tadi aku bertemu pelayan disini katanya Jimmi pesan minum jadi sekalian saja soalnya kamarku diujung" katanya sambil mengedip aneh. "oh makasih ya Seina" jawabku seadanya. Jimmi sudah bangun dan sedang mengganti jaket abu milikku dengan kemeja putih yang warnanya senada dengan dressku. Dia bahkan tidak ragu untuk bertelanjang dada didepanku, padahal aku masih sangat malu melihatnya. "ah minumnya datang ya" katanya sambil mengancing lengan kemejanya. "aku pesan susu coklat buat kamu. Tolong teh nya Han, aku dingin habis berenang tadi dibawah" lanjutnya lagi. "kamu udah mandi dong?" tanyaku penasaran. Dia tersenyum mengangguk lalu meneguk pelan teh hangatnya hingga tersisa setengahnya. "aku lapar, jam berapa makan malamnya?" tanyaku agak malu. Ya jelas saja ini hampir jam 6 sore dan aku hanya makan siang dimobil waktu berangkat kemari. Dia mengelus rambutku " rapikan rambut kamu, kita turun makan malam" katany lembut. Lagi dan lagi dia membuat jantungku berantakan.
Ternyata hanya makan malam biasa yang terjadi di belakang villa ini. Obrolan mereka semua hampir seputar seni yang aku tidak paham. Sudah hampir dua jam dan aku sudah sangat bosan ditambah pusing kepalaku yang belum juga reda. Aku memilih pamit untuk istirahat karena kepalaku pusing. Jimmi menggenggam tanganku mengantarku kembali ke kamar. "hubungi aku kalau sakitnya makin parah, aku tidak enak kalau harus meninggalkan mereka" katanya sambil mengelus rambutku. Aku hanya membalas iya setelahnya dia pergi dan aku memilih merebahkan tubuhku di ranjang.
Entah sudah berapa jam aku tertidur, tapi ternyata Jimmi belum juga ada di kamar. Aku memilih untuk keluar kamar memastikan apa orang-orang masih ada di taman belakang. Bru saja aku turun ditangga suara musik dari taman belakang dan suara teriakan Jimmi dari dapur villa ini terdengar. Aku memilih berjalan pelan kearah dapur. "cukup Seina, kamu sudah bukan siapa-siapku lagi. Kamu tahu aku sudah menikah dan kamu sendiri yang meninggalkan aku saat aku melamarmu" deg! Dadaku tiba-tiba sakit. Tebakanku tidak salah nyatanya hubungan mereka tidak baik dan mereka punya hubungan spesial. " Jim. Help me hari ini saja. Kamu juga butuh aku kan. Pasti ada yang campur minuman kita dengan sesuatu. Tolong Jimmi. Aku masih cinta sama kamu. Jadi kali ini aja lets make love" mataku membulat, cukup lama mereka diam dan akhirnya aku mendengar suara decakan-decakan yang makin membuat dadaku sakit. Air mataku tiba-tiba jatuh, aku memilih untuk kembali ke kamar dan ya memang seharusnya aku tidak ada disini melihat adegan tadi.
ns 15.158.61.17da2