"Kenapa?! Kenapa kau tidak pernah sudi memandangku?!"
208Please respect copyright.PENANATwzqrcfgYA
Hinata meringis karena telinganya tiba-tiba berdengung keras. Setsuna yang sedang ditangani oleh para perawat IGD mengernyit heran melihat sahabatnya itu dari tempatnya duduk. Mereka sedang berada di IGD sekarang, Hinata menunggu di sebuah bangku yang tepat berhadapan dengan tempat tidur dimana Setsuna sedang dipasangi perban pada kedua lengannya.
208Please respect copyright.PENANAgnNh61Cz9b
"Hinata? Kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu khawatir.
208Please respect copyright.PENANAwxScbQK19K
"Iya, telingaku hanya berdengung," jawab Hinata singkat, tidak ingin membuatnya semakin khawatir. Sejurus kemudian ia alihkan pandangannya pada dokter bertubuh agak gempal yang tengah menyelesaikan pemasangan perban di lengan Setsuna. "Paman, dia bisa ikut pulang denganku kan?"
208Please respect copyright.PENANALLMPnbZoID
Selesai menggunting plaster terakhir, dokter yang kelihatan tidak jauh lebih tua dari Hinata itu melepaskan sarung tangannya, kemudian mengambil sedikit handrub untuk membersihkan tangan dari botol pump di sebelah pembaringan. "Tentu saja, proses penyembuhannya berlangsung sangat cepat berkat bantuanmu. Tuan Tsuchiya tidak perlu kontrol kalau lukanya sudah menutup besok pagi," sahutnya ramah. "Yang tadi itu hampir saja. Kalau tidak ada kalian, tidak ada yang tau bagaimana nasib semua orang di rumah sakit ini."
208Please respect copyright.PENANAoAopJx38GR
"Benar, yang tadi itu lumayan sulit sih," Hinata bergumam lesu. Masih jelas dalam ingatannya kala yuurei itu menjerit keras di hadapan Setsuna. Bukan hanya serangan berbentuk suara, namun disertai plasma. Terlambat sedikit saja ia menembak kepala makhluk itu, Setsuna-lah yang akan kehilangan kepala. Memikirkan fakta bahwa dia baru saja hampir kehilangan sahabat masa kecilnya membuat wajahnya memanas ingin menangis, tapi sekuat tenaga dia tahan karena sedang berada di tempat umum.
208Please respect copyright.PENANANEotgg8Yv6
Setelah menyelesaikan semua keperluan lain, mereka pun meninggalkan rumah sakit menuju kediaman Aozora. Kepala ruangan Hinata menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresinya setelah pertarungan, jadi ia menyuruhnya pulang untuk beristirahat. Tentu saja, mobil tetap dikemudikan oleh Hinata. Tak lupa mampir di minimarket membeli cemilan untuk dimakan Setsuna selama perjalanan karena belum sempat makan siang.
208Please respect copyright.PENANAl4XmKrgs5G
"Tadinya aku tidak percaya kalau dokter jaga itu memang pamanmu," mulai Setsuna sambil mengunyah apel hijaunya. Hinata hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Habisnya tidak ada mirip-miripnya."
208Please respect copyright.PENANAyMy9S87Z7y
"Bagaimana bisa mirip? Ibunya dan nenekku saja hanya sebatas sepupu," tukas Hinata tanpa mengalihkan pandangannya. "Apalagi dia mirip ayahnya, dimana mau didapat letak kemiripannya?"
208Please respect copyright.PENANA0sfX5TpsBb
Setsuna nyengir mendengar penuturan itu. "Tapi kau hebat ya, paman dokter itu jadi juniormu di rumah sakit dan sebagai aparatur sipil negara. Padahal jelas-jelas dia lebih tua darimu," lanjutnya. "Hebat sekali. Itu baru namanya sahabat yang dapat dibanggakan."
208Please respect copyright.PENANAhZ7EBbUFUW
Kali ini Hinata ikutan nyengir. "Apanya yang hebat? Cuma beda setahun usia sama pengangkatan, tidak perlu dilebih-lebihkan," tandasnya sesaat sebelum memutar kemudi mobilnya memasuki jalanan aspal beton. Mengabaikan Setsuna yang terus melongo takjub setelah mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan pemukiman dan kini berada di tengah-tengah hijaunya hamparan sawah.
208Please respect copyright.PENANAncNQIplhle
"Wah, indahnya. Kau setiap hari melalui jalan ini?" tanya Setsuna bersemangat.
208Please respect copyright.PENANA7wocouRFth
"Ya, Rudeanu memang dikelilingi persawahan. Jadi biar mau masuk lewat mana saja, pasti akan menemui tempat semacam ini," jelas Hinata.
208Please respect copyright.PENANAulIl8Q1xjT
"Ck.. ck.. ck..." Setsuna menggeleng. "Kampung halaman Grand Duke Aozora memang tiada tanding. Sepertinya menghabiskan libur seminggu disini tidak ada salahnya."
208Please respect copyright.PENANAYmq0BKyYnf
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu di Olinescu?"
208Please respect copyright.PENANAXXWREytT3G
"Aku bisa mengirim laporan bahwa aku sedang terluka setelah bertarung melawan yuurei. Biasanya Ayah tidak akan mempermasalahkan," jawab Setsuna. Pandangannya tak lepas dari deretan pegunungan di ujung hamparan sawah. "Ryohei bisa mengambil alih selama aku tidak ada."
208Please respect copyright.PENANAbVnNoGlxY5
"Baguslah kalau begitu. Kebetulan kita juga butuh sering-sering bertemu untuk saat ini."
208Please respect copyright.PENANAAgruwQGPWY
"Oiya, kudengar kau bertunangan dengan putra Grand Duke Arashi ya?"
208Please respect copyright.PENANAsTyYZV6qO0
"Benar. Ayah memberitaumu?"
208Please respect copyright.PENANA7LYhlQzcF3
"Paman Hizashi mengirim undangan ke Ayah. Tapi kami terlalu sibuk waktu itu."
208Please respect copyright.PENANA6Hp7MWIOru
"....."
208Please respect copyright.PENANAiBjREJKtGk
"Hah...." Setsuna menghela napas berat. "Seandainya saja aku menemuimu lebih awal."
208Please respect copyright.PENANAMhSe5Ra44G
Hinata langsung menoleh untuk memastikan apakah Setsuna mengatakan sesuatu atau tidak. Namun pemuda itu tidak pernah melepas pandangannya dari luar kaca jendela mobil. Senyum dan ekspresi kagumnya menghilang, berganti menjadi wajah datar bak papan irisan.
208Please respect copyright.PENANAimueP5V7oA
"Apa perasaanku saja ya?" pikir Hinata sambil mengedikan bahu sebelum kembali berfokus pada jalanan di hadapannya.
208Please respect copyright.PENANAGH4AEwCoQY
Mereka sampai di rumah setelah hampir satu jam perjalanan. Hinata memilih jalur yang membuat mobilnya dapat memasuki halaman mansion agar Setsuna tidak perlu menaiki satu per satu anak tangga dari bawah bukit sampai ke atas walau jaraknya lebih jauh secara teknis. Sebenarnya kedua jalur tersebut dipasangi penghalang, jadi tidak sembarang orang bisa masuk ke kediaman Aozora begitu saja. Apalagi jalur yang baru saja dilewati Hinata, meskipun jalannya sangat mulus dan dipasangi aspal beton. Orang biasa hanya akan berputar-putar dan terus kembali ke tempat yang sama, dan parahnya bisa disergap yuurei jika tidak segera mengurungkan niatnya. Begitu pun tangga menuju puncak bukit dari jalur paling dekat, sampai besok tangganya tidak akan habis didaki.
208Please respect copyright.PENANAUDJoV75nU7
Setibanya di rumah Hinata, mereka disambut oleh Nyonya Aozora. Wanita itu langsung panik setelah mengetahui bahwa lengan Setsuna terluka dan bergegas memerintahkan pelayan agar menyiapkan kamar untuknya beristirahat. Hidangan makan siang segera dihangatkan agar Hinata dan sahabatnya itu bisa makan siang sebelum lanjut beristirahat. Karena sepertinya mereka akan menggelar rapat tertutup dengan Tuan Aozora sebentar malam.
208Please respect copyright.PENANAl608kNBHSL
Namun ayah Hinata pulang agak terlambat hari itu karena harus melakukan pertemuan secara daring dengan keempat Grand Duke lainnya di kantor. Apa lagi kalau bukan untuk membahas perihal kemunculan yuurei di tempat kerja Hinata yang membuat Setsuna terluka. Berita itu sampai dengan cepat ke telinga Menteri Pertahanan alias Grand Duke Homura atas informasi dari Yukari, yang langsung mengambil alih situasi segera setelah Hinata dan Setsuna menghabisi yuurei tersebut.
208Please respect copyright.PENANAnNV63H1LwO
Selesai makan malam, Hinata melepas perban yang menutupi kedua lengan Setsuna untuk mengolesi lukanya dengan salep. Dia melakukannya di ruang tamu sembari menunggu kepulangan Tuan Aozora dan membicarakan beberapa hal terkait kedatangan Setsuna ke Corneanu.
208Please respect copyright.PENANAosa9U0Nhrv
"Sudahdah ada hasil dari penyelidikannya?" tanya Setsuna setelah seluruh perban di lengannya dilepaskan.
208Please respect copyright.PENANANNVYkF3i7X
Hinata meletakkan gumpalan perban kotor tersebut ke dalam sebuah wadah besi dan mulai mengoleskan salep dengan hati-hati pada luka bekas goresan di lengan Setsuna yang mulai menutup. Pemuda itu terlihat meringis sesekali karena perih yang menusuk lukanya setiap bersentuhan dengan dinginnya salep. Namun dia harus bersabar karena itu adalah ramuan turun temurun keluarga Aozora yang sudah diakui kehebatannya. Selain mengobati, salep itu juga berfungsi untuk meminimalisir bekas luka. Jadi lukanya pasti sudah sembuh saat dia kembali ke Olinescu minggu depan.
208Please respect copyright.PENANAEupkpMXBja
"Yukari sudah mengumpulkan semua bahan yang diperlukan dan Tohru sedang menyelidikinya," jawab Hinata sambil menutup rapat wadah salepnya lalu mengambil perban baru. Bersiap melilitkannya di lengan Setsuna. "Hasil awalnya keluar paling lambat besok pagi."
208Please respect copyright.PENANARdCMnpsLYh
"Dia sudah mengirim tim untuk melakukan investigasi?"
208Please respect copyright.PENANAfo5qwjh5cY
"Iya, Tohru langsung mengirim mereka segera setelah menerima laporan kemunculan yuurei. Jadi seharusnya mereka akan tiba dalam satu atau dua jam ke depan."
208Please respect copyright.PENANAAtXv0Og7m8
"Cepat tanggap sekali tunanganmu itu," Setsuna mendengus dongkol.
208Please respect copyright.PENANAAe9GXLGPND
Hinata mendongak karena mendengar nada tidak suka dalam kalimat sahabatnya. "Kamu tidak suka?"
208Please respect copyright.PENANAZlIyWDpjgN
"Rasanya agak menjengkelkan saat mengetahui kalau ada orang yang sama kompetennya denganku," tukasnya malas. "Apalagi dia adalah calon 'iparku'. Sepertinya aku tidak bisa bersantai sekarang."
208Please respect copyright.PENANAdTIReFbhh3
"Hei, apa-apaan itu?" Hinata tertawa mendengarnya. "Tohru itu masih di peringkat kedua jika dibandingkan denganmu. Kenapa harus kesal?"
208Please respect copyright.PENANAPH3Vfat7pk
Setsuna menghela napas berat. "Sayangnya ini bukan wilayah kerja Tsuchiya. Kalau iya, sudah dari tadi aku juga mengirim orang-orangku."
208Please respect copyright.PENANAxLN3WV7fA4
"Tapi yang penting kita sudah mengalahkan yuurei itu. Sisanya kita serahkan pada Tohru dan yang lain."
208Please respect copyright.PENANAMdavLT7ydx
"Kau benar."
208Please respect copyright.PENANAcvBAZmY6At
Hinata menempelkan plaster terakhir dan meraih kemeja Setsuna yang tersampir di sandaran sofa. Baru saja pemuda itu selesai memakainya, tiba-tiba saja terdengar suara mobil yang bergerak memasuki halaman. Pasti Tuan Aozora yang baru pulang dari kantor. Kebetulan di luar sedang hujan deras, jadi Hinata berinisiatif menyambut ayahnya di beranda.
208Please respect copyright.PENANA0KUDGYbfqr
"Aku ke depan dulu," pamitnya pada Setsuna.
208Please respect copyright.PENANAMkRHGH4Ylo
Sampai di beranda, ia melihat pintu depan sudah terbuka. Dua orang pelayan berdiri di kedua sisi bingkai pintu bersama ibunya. Tuan Aozora muncul tak lama kemudian dengan sebuah payung hitam di tangannya. Ekspresinya sangat datar sampai pandangannya menangkap keberadaan sosok putrinya di depan rak penyimpanan sepatu. Raut ketakutan langsung tergambar jelas di wajah lelahnya saat dia campakkan payungnya untuk berlari menghampiri putrinya.
208Please respect copyright.PENANAeaGxIhO23q
Nyonya Aozora terkejut melihat adegan itu. Namun tidak berani menginterupsi suaminya yang tengah memeluk putri mereka dengan erat. Hinata yang mengerti situasi hanya membalas pelukan ayahnya tanpa bersuara. Beliau pasti sudah mendengar perihal kemunculan Satoru di Rudeanu sebelum yuurei di rumah sakit selama rapat tadi. Tidak ada yang tau betapa hancurnya mood Hizashi Aozora setelah mengetahui bahwa putrinya hampir terlibat langsung dengan putra iblis itu.
208Please respect copyright.PENANAak852jMH5o
"Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?" tanya pria itu bertubi-tubi setelah melepaskan pelukannya.
208Please respect copyright.PENANACShNPKZYwd
Hinata menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku tidak terluka sama sekali. Ayah tidak perlu khawatir," ujarnya. Hizashi langsung menghela napas lega mendengarnya.
208Please respect copyright.PENANAlEE2QfYdHK
"Syukurlah kalau begitu, jantung ayah nyaris copot saat mendengarnya dari Grand Duke Homura tadi sore," lanjutnya lagi. Ekspresinya terlihat lebih tenang saat ia menitipkan tas beserta jasnya pada pelayan sebelum melepas sepatunya. "Ayah dengar Setsuna yang menghadapinya langsung. Bagaimana keadaannya?"
208Please respect copyright.PENANADUVtDhXSAh
"Hanya luka lecet di kedua lengannya. Kata Yasuharu, paling sembuh total dalam beberapa hari," jawab Hinata. Sesaat kemudian, dia memasang raut tidak enak di wajahnya. "Yang tadi itu, bikin ribut ya?"
208Please respect copyright.PENANAmcxkcZJK4o
Hizashi berpikir sebentar lalu menghela napas panjang. "Ya, begitulah," gumamnya sembari mengelus rambut putrinya. "Sebaiknya kita bicarakan setelah makan malam saja. Ayo, kau juga Tohru."
208Please respect copyright.PENANA1rouZYjtbg
"Hah?" Hinata yang tadinya hendak berbalik badan mendahului ayahnya seketika membeku di tempat. Belum sempat bertanya, sosok tinggi seksi bersurai keperakan yang sangat dikenalnya telah berdiri di ambang pintu. Lengkap dengan ekspresi yang tidak kalah suramnya dengan sang calon ayah mertua.
208Please respect copyright.PENANAR0bPH64YZ5
***
208Please respect copyright.PENANAdtkQrUCP6u
Hinata menuangkan teh hangat dengan hati-hati ke dalam gelas dan membiarkan Tohru meminumnya. Mereka sedang berada di ruang kerja Hinata dan duduk berhadapan di meja tamu. Berbeda dengan perabotan di bangunan utama, perabotan yang ada di paviliun sayap kiri ini hampir seluruhnya bersifat tradisional. Tentu saja meja kerja dan peralatan Hinata adalah pengecualian.
208Please respect copyright.PENANAhSCoQkVYpA
"Aku memang melihat seseorang yang tampak tidak asing sesaat sebelum kejadian," ujar Hinata sambil menuang teh untuk dirinya sendiri. "Pantas saja aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi tidak sempat aku tegur karena tiba-tiba bertemu Dokter Grevier."
208Please respect copyright.PENANAsVj6us1c94
Tohru menghela napas lega lalu menyesap tehnya kembali. "Untungnya kamu tidak sempat menegurnya. Bagaimana rasanya?"
208Please respect copyright.PENANAfCH1FVltoo
"Saat berpapasan dengannya?"
208Please respect copyright.PENANALen0QeJ5gh
"Iya."
208Please respect copyright.PENANADFGhBGJ5dt
Hinata berpikir sejenak. Sejurus kemudian, alisnya berkerut dalam menampilkan kekesalan di wajah cantiknya. Tohru sedikit terkejut melihat perubahan itu, apalagi ketika Hinata memandangnya dengan tatapan tajam seakan hendak menerkamnya hidup-hidup.
208Please respect copyright.PENANA8xVf4pGUCy
"Entahlah, aku tidak mengerti," gumamnya pelan. "Rasanya seperti jiwaku bergetar hanya dengan melihat senyum misteriusnya itu. Apa aku ketakutan ya?"
208Please respect copyright.PENANARrNvqh3Ll6
Giliran Tohru yang mengambil jeda untuk berpikir. "Ketakutan? Kalau dilihat-lihat sih, itu bukan ekspresi orang yang sedang ketakutan deh," batinnya. "Apa dia tidak sadar kalau ekspresinya sama seperti paman setiap kali bertemu dengan orang yang paling dia benci?"
208Please respect copyright.PENANAJnNuJbjRCr
"Jadi, Ayah langsung mengirim orang untuk investigasi?" tanya Hinata kemudian.
208Please respect copyright.PENANAnYa8dei8Vg
"Ya, paman tidak bisa membiarkan masalah ini. Jadi beliau langsung mengusutnya begitu ada laporan masuk," ujar Tohru. "Kita tidak tau apa tujuan kemunculannya di Rudeanu. Tapi kamu harus tetap berhati-hati. Kita tidak pernah tau apa yang sedang dia rencanakan."
208Please respect copyright.PENANApazbOHrt2r
"Baiklah. Tapi..."
208Please respect copyright.PENANAED0XAS6Odh
"Hm?" Tohru mendongak menatap wajah kekasihnya.
208Please respect copyright.PENANAOvbqTdB9tU
"Soal yuurei itu, dia mengatakan sesuatu setelah aku menembak kepalanya untuk pertama kali," ujar Hinata ragu-ragu.
208Please respect copyright.PENANAE8GcMioKLL
"Dia bisa bicara dalam kondisi itu?" Tohru mengerutkan kening tidak percaya.
208Please respect copyright.PENANAJnREIgkxmT
Hinata mengangguk pelan. Kalau diingat-ingat, dia kalap menembak kepalanya tepat sebelum yuurei tersebut membuat Setsuna kehilangan kepalanya. Alih-alih mati di tempat setelah sebagian kepalanya hancur, dia malah berlari menghampiri Hinata sambil menjerit pilu.
208Please respect copyright.PENANAbqBYKfLMJd
"Kau bisa membunuhku?! Kau bisa membunuhku kan?! Kumohon bunuhlah aku!!! Bunuh aku!!!!" ucapnya.
208Please respect copyright.PENANACuQu40JoI2
Dia mencoba meraih Hinata, tapi Setsuna tidak membiarkannya. Dibantu shikigami Junko yang datang tepat waktu kala itu, dia berhasil memisahkan kepala dan badannya sebelum tangan hitamnya menyentuh Hinata. Dia terus tertawa dan berterima kasih hingga seluruh tubuhnya hancur lebur menyisakan sebuah orbs sebesar kelereng berwarna putih. Dan ada satu hal yang tidak sengaja tertangkap pendengaran Hinata sesaat sebelum dia menghilang sepenuhnya.
208Please respect copyright.PENANAd7bEQYETZR
"Terima kasih telah membebaskanku...."
208Please respect copyright.PENANAOgccevg4LV
Tohru tertegun mendengar cerita tersebut. Baginya, ini pertama kalinya dia mendengar yang seperti itu. Seorang yuurei yang meminta untuk dibunuh? Memang selama ini tidak pernah ada yang tau apa yang ada di dalam pikiran para yuurei. Pun setelah berubah menjadi seirei, mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang senantiasa lapar akan daging manusia.
208Please respect copyright.PENANABbavbWmEus
"Ini kedengaran sangat aneh dan cukup menggangguku setiap kali mengingatnya. Jadi aku putuskan untuk memberitahumu," Hinata melanjutkan.
208Please respect copyright.PENANA0siAfJXvqt
"Apa paman tau?"
208Please respect copyright.PENANAocFBj8gqq4
Hinata menggeleng. "Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Tapi kurasa kamu bisa membantuku menyelidikinya."
208Please respect copyright.PENANAFhsUsgbZdr
"Tentu saja, aku juga akan menyelidiki yang ini untukmu. Lalu bagaimana pembicaraanmu dengan Tuan Muda Tsuchiya?"
208Please respect copyright.PENANAbd35CD15Td
"Kami sudah bertukar informasi yang kami miliki dan berdiskusi semalaman." Hinata menyesap tehnya perlahan-lahan lalu mengambil sekeping cokelat mawar dan menggigit salah satu sudutnya. "Karena ada kemungkinan kalau penyataan Grand Duke Homura memang benar, kami putuskan untuk menyelidiki secara langsung di Monteanu."
208Please respect copyright.PENANAz7ujaK9Wyb
"Sudah ada strategi?"
208Please respect copyright.PENANAntq2kfCIw9
"Tentu saja. Karena ini bersifat konfidensial, maka Setsuna akan berangkat bulan depan sekalian untuk meninjau lokasi."
208Please respect copyright.PENANA0bMNv6w0e7
Senyap sebentar. Mereka menyesap teh bersamaan sebelum Tohru secara tidak sengaja melihat sesuatu di atas rak meja kerja di belakang Hinata. Si pemilik ruangan yang menyadarinya lantas menoleh mengikuti arah pandangan Tohru dan mendapati bola salju pemberian Reiko di atas salah satu rak meja berisi aksesoris tablet dan laptop.
208Please respect copyright.PENANAGiYZAii4Zn
"Aku tidak pernah melihat benda itu sebelumnya," gumam Tohru penasaran.
208Please respect copyright.PENANANIppjSrjaf
"Yeah, itu pemberian Reiko. Baru datang kemarin," sahut Hinata santai. "Desainnya sangat lucu, jadi aku memajangnya."
208Please respect copyright.PENANA9HbMNow53Q
"Pilihan yang bagus. Aku tidak tau kalau hubunganmu dengan Reiko sudah sedekat itu."
208Please respect copyright.PENANAnfXMcpN30x
"Kami sering mengobrol di chat room setiap ada waktu luang. Apalagi orangnya seru kalo bicara soal buku dan film."
208Please respect copyright.PENANAEG3f12457R
"Benar juga. Padahal aku sengaja datang untuk memberikan hadiahmu selagi ada kesempatan. Ternyata masih ada yang mendahuluiku."
208Please respect copyright.PENANAzZTFZKTnkX
***
208Please respect copyright.PENANAWXGF5Wf9yw
Olinescu, 1 bulan kemudian...
208Please respect copyright.PENANAwUK2KALDz8
Setsuna memakai jaket panjangnya di depan cermin sementara beberapa orang pelayan pria memasuki kamar untuk mengambil barang-barangnya. Pemuda itu dibantu oleh seorang wanita cantik bersurai keemasan yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Usai memasukkan kancing terakhir, ia mengecup kening Setsuna dan mengelus rambutnya.
208Please respect copyright.PENANAbTO6omsYGK
"Putra ibu sudah terlihat lebih menawan sekarang," ujarnya lembut. "Harusnya kau membiarkan ibu menyuruh lebih banyak orang untuk membantu mengurus keperluanmu disana."
208Please respect copyright.PENANAQfph8KMea4
"Ibu pikir berapa usiaku sekarang?" Setsuna balas mengecup pipi ibunya. "Lagipula hanya tiga bulan aku magang di rumah sakit itu. Ryohei saja sudah sangat membantu, apalagi untuk membuatkan kopi sehari-hari."
208Please respect copyright.PENANAvzIvR90ft5
"Kamu benar." Grand Duchess tertawa anggun mendengar perkataan putranya itu. "Ya sudah. Kita turun sekarang. Kamu harus menyapa ayahmu sebelum berangkat."
208Please respect copyright.PENANADEdDXdzbQZ
"Baik, Ibu."
208Please respect copyright.PENANAmcsINSrE2Z
Di ruang kerja Grand Duke, Setsuna berpamitan pada ayah dan ibunya sekali lagi. Ketika Grand Duchess memeluk putranya, sang suami pun memeluk keduanya dan mengelus puncak kepala putranya. Walau ekspresinya terlihat datar, jauh dalam hatinya ia merasa senang sekaligus sedih. Tanpa terasa putranya sudah sebesar itu. Yang artinya, tanggung jawabnya sebagai seorang calon penerus juga akan semakin banyak.
208Please respect copyright.PENANA8BSE6qGHYB
Setsuna adalah pemuda yang ceria sejak kecil, namun beliau khawatir jika sewaktu-waktu senyuman indah itu akan menghilang untuk selamanya. Setsuna adalah satu-satunya putra yang tersisa, sekaligus cahaya dalam hidupnya dan rumah tangganya. Melihatnya menangis di hari kematian kakak Hinata saja sudah sangat melukai hatinya. Apalagi jika pemuda itu harus menerima luka terberat dalam hidupnya suatu hari nanti. Sungguh ia tidak akan sanggup jika hari itu tiba.
208Please respect copyright.PENANAMRk4OUgBBY
"Ayah tau kau pergi untuk menjalankan tugasmu, tapi ayah berharap kau bisa menikmati hari-hari disana," tukasnya sebelum beralih pada pemuda berkulit tan di belakang Setsuna. "Ryohei, jaga dia untukku. Pastikan dia tidak memaksakan diri atau melakukan hal bodoh yang bisa membuatnya terluka."
208Please respect copyright.PENANA4vrU7pN9df
"Baik, Yang Mulia. Saya akan melindungi dan melahani Tuan Muda dengan nyawa saja," sahut pemuda itu penuh semangat.
208Please respect copyright.PENANAxENlakvuoB
"Tidak perlu pake nyawamu juga kali," cibir Setsuna.
208Please respect copyright.PENANA33axRJJztZ
Grand Duke tertawa mendengar cibiran putranya, tangan besarnya menggosok kepala Setsuna tanpa dapat ditahan saking gemasnya. Sampai-sampai Grand Duchess ikutan sewot melihatnya.
208Please respect copyright.PENANARxCL1mzAVc
"Apa yang Anda lakukan?!" paniknya sambil menjauhkan Setsuna dari jangkauan ayahnya. "Saya sudah bersusah payah merapikan rambutnya sekeren mungkin! Tapi Yang Mulia malah mengacaukannya! Lihat, dia jadi kelihatan seperti gembel habis bangun tidur sekarang!"
208Please respect copyright.PENANAtHD2E6YzYx
"Maafkan aku, istriku. Ini hanya kebiasaan lama yang tidak bisa dilupakan," Grand Duke membela diri sambil tertawa. "Lagipula, bagaimana pun penampilannya, dia tetap putra keluarga bangsawan."
208Please respect copyright.PENANA2LcneugYwL
"Hah? Orangtua macam apa yang senang melihat anaknya terlihat seperti homeless?! Padahal dia punya orangtua dan rumah semegah istana!"
208Please respect copyright.PENANAvdqiEiR3j0
"Ya ampun ayah, ibu, bisa kita memperdebatkan masalah rambut ini? Aku bisa merapikannya dengan cepat, kok," Setsuna berusaha menengahi.
208Please respect copyright.PENANAU8zYvYNP4X
Ryohei maju dari belakang dan langsung merapikan rambut Setsuna dengan jari-jarinya sebelum perdebatan kedua orangtuanya semakin berlanjut. Dan hanya dalam beberapa detik, surai cokelat gelap Setsuna telah kembali ke bentuk semula.
208Please respect copyright.PENANAfiaKugKaoN
"Grand Duchess, hair wax yang tadi Anda gunakan untuk menata rambut Tuan Muda adalah produk terbaru yang paling dicari oleh kawula muda belakangan ini," jelas Ryohei tanpa diminta. "Hanya dengan sedikit usaha, rambut Tuan Muda akan kembali rapi seperti sedia kala walau habis diterjang sihir angin keluarga Grand Duke Arashi."
208Please respect copyright.PENANAuxB0nrakd8
"Sehebat itu?" Grand Duchess terpesona, sementara Grand Duke tampak berpikir keras.
208Please respect copyright.PENANAokqEwR3DWl
"Kalau begitu, haruskah kita membeli perusahaan yang memproduksi hair wax ini?" usulnya kemudian.
208Please respect copyright.PENANAlYLdsYmtal
"Ayah, kumohon jangan lagi! Hair wax itu produk pertama setelah kita mengakuisisi perusahaan mereka bulan lalu!"
208Please respect copyright.PENANAZtl5oU9e4z
***
208Please respect copyright.PENANAwLk33RYDDy
Memasuki kawasan bandara, mobil yang membawa Setsuna bergerak mendekati sebuah jet pribadi dengan simbol kura-kura hitam tergambar di badannya. Kemunculan mereka sempat menjadi pusat perhatian. Tapi karena Setsuna sudah terlampau sering terlihat di bandara, ini bukan lagi sesuatu yang baru bagi para pekerja. Setsuna juga merasa lebih nyaman jika diperlakukan sewajarnya, bukan sebagaimana perlakuan untuk putra Grand Duke biasanya.
208Please respect copyright.PENANAUj1RqNAbon
"Bepergian lagi, Tuan Muda?" sapa salah seorang petugas yang membantu mengangkut barang-barangnya ke atas pesawat.
208Please respect copyright.PENANAjNS1s8SUAj
"Iya nih. Ada sedikit kerjaan di luar," sahut Setsuna ramah.
208Please respect copyright.PENANAFbYIrxSil8
Mereka langsung lepas landas begitu semua persiapan selesai. Tujuannya masih sama dengan bulan lalu, yaitu pulau Sorajima. Salah satu pulau terbesar di Negara Kekaisaran Arslandia dimana kampung halaman Grand Duke Aozora berada. Setsuna tidak sempat mampir ke kediaman Aozora karena perjalanan dari bandara Beldiceanu membutuhkan waktu lebih dari lima jam. Jadi dia akan langsung ke provinsi tempat berdirinya kota Monteanu dan mengurus pendaftaran magang secepatnya.
208Please respect copyright.PENANAMbN0ygxHiV
Sebenarnya ini hanya akal-akalan Setsuna. Rencananya dia akan langsung memulai pergerakan tanpa menunggu Hinata, tanda kutip tetap terhubung dan bertukar informasi satu sama lain. Alangkah baiknya jika dapat diselesaikan tanpa harus merepotkan sahabat kesayangannya itu dan membahayakan nyawanya di kota yang dipenuhi yuurei tersebut. Dia sangat bersyukur atas keputusan Menteri Pertahanan yang menjadikan Hinata sebagai partner kerjanya. Beliau seakan mengerti apa yang paling dia inginkan.
208Please respect copyright.PENANA9NfpCZc9ya
"Apa tidak kedengaran egois tuh?" komentar Ryohei setibanya di kota Monteanu.
208Please respect copyright.PENANAbywgbePHpI
"Egois dari mananya?" Setsuna melirik sewot.
208Please respect copyright.PENANAGYwQotwqLY
"Ya egois. Memangnya Anda tau dari mana kalau Nona Aozora tidak serius dengan kasus ini?" tekannya.
208Please respect copyright.PENANAJ3wR3AO4fT
"Tau apa kau soal Hinata, huh? Namanya saja leisure hunter, dia adalah tipe orang yang sedapat mungkin tidak ingin terlibat dengan perburuan. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan Pilar Api begini. Bisa depresi dia."
208Please respect copyright.PENANA8hgsnoSTm1
"Pilar Api?" Ryohei berpikir sejenak. Sejurus kemudian, dia menoleh kepada majikan mudanya yang cemberut. "Nona masih trauma ya?"
208Please respect copyright.PENANAlxZANb1G8l
"Kakaknya ditelan hidup-hidup di depan matanya, gimana ga trauma?" Setsuna semakin sewot. "Ditambah lagi gara-gara aku yang tidak bisa melindunginya dari yuurei mirip cacing waktu itu. Fix mental breakdance!"
208Please respect copyright.PENANAptfg3TLEfF
"Mental breakdown, Yang Mulia," Ryohei mengoreksi.
208Please respect copyright.PENANAMitGc7AjlI
"Ya, itu maksudku. Mental breakdown. Kau ini, maklum dikit napa?"
208Please respect copyright.PENANArBq3SDRM4a
Tidak sampai satu jam perjalanan, mereka pun tiba di kota Monteanu. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari rumah untuk menginap. Tapi berkat koneksi Grand Duke, tidak sulit menemukan sebuah rumah berlantai dua yang akan dikontrakkan tak jauh dari rumah sakit.
208Please respect copyright.PENANAYctwhCNlLj
Usai membongkar muatan, waktunya bersih-bersih. Ukurannya cukup besar untuk dua orang karena terdapat beberapa kamar, cukup untuk empat orang bahkan. Seandainya bisa, dia ingin mengajak Hinata menginap disini nanti. Sayangnya keberadaan Ryohei dan teman seangkatan Hinata justru menjadi penghalang. Makin tidak ada kesempatan untuk menikung Tohru donk.
208Please respect copyright.PENANAyHWLO0X1t6
"Tuan Muda tidak penasaran kenapa saya dipilih untuk menemani Anda?" tanya Ryohei tiba-tiba. Mereka sedang mengatur barang-barang Setsuna di kamarnya di lantai dua saat itu.
208Please respect copyright.PENANAWxKNYQJBNY
Setsuna yang sibuk memasang seprei hanya menyahut cuek. "Tidak. Kenapa memangnya?"
208Please respect copyright.PENANADpoNRZ1ctE
"Supaya ada yang mengawasi agar Anda tidak sembarangan dengan tunangan orang lain."
208Please respect copyright.PENANAmRbAPqQFN1
Jleb!
208Please respect copyright.PENANAdi36uDOzHt
Setsuna menoleh kepada ajudannya itu dengan muka sejelek-jeleknya. Bagaimana ayahnya bisa tau akan niat busuknya ini? Ah, harusnya dia tidak pernah meragukan firasat dan naluri seorang ayah. Pasti seperti itu. Padahal sebenarnya tidak. Itu hanya akal-akalan Ryohei agar majikan mudanya tidak berbuat onar saat berada di luar jangkauan sang ayah.
208Please respect copyright.PENANAO5YPsbc5cl
Sementara itu di Rudeanu, Hinata yang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya dikejutkan dengan pop-up di sudut layar komputernya. Sebuah email dari Ryohei. Dia mengklik balon notifikasi itu tanpa pikir panjang dan menemukan beberapa foto terlampir di dalamnya. Semuanya adalah foto selfie Ryohei dengan Setsuna sebagai latarnya. Ada-ada saja yang dilakukan pemuda itu di setiap foto. Entah itu memasang seprei, menyapu, mengganti bohlam lampu, menyiram tanaman, memasak, sampai memberi makan kucing-kucing yang berkeliaran di sekitar kontrakan.
208Please respect copyright.PENANANXC6MZQ74Q
"Bagaimana, Nona Muda? Sudah terlihat low profile kan?" tulis Ryohei di subjeknya. Hinata sampai terkekeh pelan sambil menyalin foto-foto itu ke dalam online drive. Setelah itu tak lupa mengirim balasan.
208Please respect copyright.PENANAO6S1wfdyd7
"Luar biasa. Aku tidak tau kalau Setsu punya bakat menjadi ayah rumah tangga," balasnya. Ryohei yang biasanya kalem ternyata bisa ngakak berguling-guling demi membaca balasan itu. Setsuna pun sempat khawatir, ia mengira kalau ajudannya kesurupan yuurei yang kebetulan lewat.
208Please respect copyright.PENANAr8Sc6eBB4h
Bersambung.....
ns 15.158.61.20da2