x
Waktu itu aku menangis di perjalananmu. Seolah maut merayu harapan yang tak kunjung datang.
Aku berharap kambuh, obat penenang menghangatkan kekolotanku. Sayup-sayup menghilanglah sahabat, si pemudi bersolek bahasa, berbau minyak biji kelor. Glowing, tapi memedihkan mata.
Waktu itu aku sesegukan di serpihan ruang. Berharap maut menangkapku dengan manja tanpa merasa iba.
Aku berpikir, sohibku butuh ruang gerak. Toh, cobaan triwarsa mendekat mesra. Sayang, ceruk itu sarang rayap, berongga sedalam perelaan kehilangan teman berharga. Sepat.
Prambanan, 26 Juli 2020
image : liputan6.com
ns 15.158.61.8da2