x
Lampu tak menyala, aku tersalahkan. Mengais-ngais udara dalam satu jam pertama, sehabis bapak menyerapahiku sebelum panas kutanggalkan. Terus saja, mulut mencari ketenangan, membawa hajat tumbuhan yang hendak melebur lelehan pedih bersimbah air sumur, kena musim dingin.
Benar, aku salah. Kau selalu yang paling benar. Sederatan kata itu terukir di alam bawah sadar, menghangatkan tekanan, mengabukan kalbu. Kini nasibku ada di kertas biru, hingga tanggal empat belas agustus, jiwaku hangus.
Prambanan, 1 Agustus 2020
ns 15.158.61.20da2