Benda yang satu – satunya berbeda dari delapan lembar surat tipis dan bermaterial murah ini. Kado hitam ukuran 150 x 150 dalam milimeter, bahannya kuat kokoh nan berkualitas, ditemani aroma coklat dan pita putih. Kuharap aroma juga sependapat dengan isinya.
Rasa penasaran semakin deras mengaliri tubuhku. Apakah Tn. Cake berulang tahun? Apakah ini pemberian dari seorang penggemar? Kalau dipikirkan dari yang terdekat, rasanya tak mungkin juga bila ini dari Nona Flemming.
Tanpa pikir panjang, lekasku menuju dapur mengurus tisanenya, lalu menyerahkan surat – surat dan kado ini.
.
.
-------------------------15 MINUTES LATER------------------------
.
Setelah semua siap, kutaruh pada platter, tatakan untuk menampung makanan agar mudah dibawa sekaligus. Karena belum sarapan, baik aku dan Tn. Cake, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, aku memanggang roti selai coklat.
.
Dengan ekstra hati – hati, kakiku melangkah di tangga. Kemudian berjalan lurus ke tengah.
“Hey, tolong singkirkan kepala dan badan anda, Tn. Cake!” Kataku sambil memboyong semua benda ini.
Dengan masih mengantuk, diangkatlah tubuhnya dengan penuh kemalasan, “Hm? Oh kau rupanya.” Tn. Cake segera menyingkirkan korannya.
Saat hendak menuang ceret, ia menyela tanganku ringan, “Kau makan saja, tisane adalah urusanku.”
Tch, benar – benar tak ramah, pikirku. Namun aku tak segera mengambil roti itu.
“Oh ya, Tn. Cake.” Tanganku meraih saku piyama kanan dan kiri.
Kutaruh delapan surat itu dan satu kado tepat di hadapannya. “Silahkan, Tn. Cake.”
“Apa maksudmu, Feline?” Sahutnya tanpa menaruh perhatian sedikitpun sambil menyeruputcharmomile tea kesukaannya.
“Ada yang salah?”
“Bacakan, itu maksudku.”
“Saya tidak mau.” Mulutku membuka selebar – lebarnya melahap roti bakar coklat, selebar itu juga rasa jengkelku.
Aku tahu, Tn. Cake masih marah soal kemarin. Sebanyak empat ratus empat puluh Pounds uangnya habis terbelanjakan gaun victoria. Tapi maksudku, ia tak boleh berbuat kekanak – kanakan selamanya, bukan?
Tambah jengkelnya lagi, setelah aku menolak, Tn.Cake hanyalah seperti papan reklame iklan. Bergerak seperlunya tanpa sepatah kata. Mulutku mengunyah cepat, menghabiskan seluruhnya. Aku bahkan tak peduli dengan jatah Tn. Cake.
“Kenapa anda tiba – tiba seperti anak kecil?” Kataku dengan nada sebal sambil membersihkan kedua tangan dengan tisu basah.
“Entahlah, pengaruh hari minggu ternyata lebih dari yang diperkirakan.” timpalnya dengan malas sambil menyender di kursi putar tiga ratus enam puluh derajat.
“Tidak bukan itu! Anda hanya cari – cari alasan!” Sambil mengomel, tanganku membuka kasar satu per satu surat itu.
Saat membaca salah satu isi surat itu, wajahku sedikit bersemangat.
“Dari Kepolisian Devon dan Cornwall…. kasus penculikan dari anak pejabat yang berna-“
“Lewat, berikutnya,” sela Tn. Cake.
“Kenapa begitu? Padahal ini kasus daripada nganggur loh?”
“Itu lagi? Dengar anak boros, kita setelah ini akan sibuk menyiapkan ini dan itu untuk persiapan toko besok. Lagipula, kau harusnya perhitungkan berapa lama waktu tempuh dari cambridge ke cornwall?”
Kulipat kembali isi surat itu, “Be-benar juga.”
Memang faktanya, dari sini ke Cornwall kira – kira lima setengah jam dengan kereta. Kalau dipaksakan, saat pulang kembali akan makan waktu setengah hari. Itupun kalau kunjungannya singkat.
.
Kubuka isi surat yang kedua, “Kami meminta bantuan Tn. Cake atas rekomendasi Nona Pusscat, menyelesaikan permasalahan internal perusa-“
Lagi – lagi…
“Lewat, berikutnya,”
“Kali ini kenapa?” Kupincingkan mataku melihat lokasi kasus. “66 Riverside Mead, Peterborough. Saya kira itu dekat?”
“Ya ampun, apa aku harus menyebutkan satu per satu nona muda?”
“Tentu, kalau dibutuhkan, kenapa tidak?” protesku.
“Baik kali ini saja, setelah itu kau harus nurut, mengerti?” Diangkat bahunya, kali ini wajahnya memandangku agak serius.
Balasku hanya mengangguk.
“Pertama, aku tidak terlalu suka menyelesaikan permasalahan internal perusahaan. Kau akan menemui beberapa kubu, keduanya saling membela diri. Kedua, karena kesaksian mereka pada akhirnya saling bertolak belakang tanpa bukti, itu akan menjadi kasus tak bermutu yang tak berujung. Kalau sudah begitu, akan menghasilkan pihak yang paling dirugikan dan perundingan jalur tengah. Ketiga, pada intinya, pihak yang kuat merasa tambah kuat karena menggunakan detektif, tak akan menghasilkan akhir yang baik, selain sama – sama bungkam,” Jelas Tn. Cake.
Mendengar itu aku menyadari sesuatu bahwa mungkin itu juga alasan Nona Pusscat menolak juga.
“Maksud anda sejak awal si pemohon hanya ingin jalan tengah melibatkan orang tertentu?”
“Pengalaman mengajarkan banyal hal, Feline.”
Setelah itu, satu per satu surat didengarnya, satu per satu ditolak hingga yang terakhir. Pada akhirnya, Tn. Cake mungkin saja hanya ingin meluangkan waktu mengurus tokonya. Well, aku tak bisa menghalang – halangi.
“Yah, tinggal kotak ini, Tn. Cake.” Sahutku sambil membuka pita itu.
Beranjak dari duduknya, Tn. Cake berbalik menyapa luar jendela, “Tak usah terburu – buru, kasus tak kemana – mana. Aku memilih karena menimbang dampak pada pemohon. Bila itu mendesak, maka lakukan yang terbaik.”
“Habisnya…” Aku terkejut saat melihat isi kotak itu. “Eh? ada surat dan sesuatu di balut kain hitam?
Benda dibalut kain hitam itu tampak keras mirip logam.
“Baca dulu pesannya, Feline.”
307Please respect copyright.PENANAP2k6Po0mbJ
Jumat, 6 Maret
Lelucon atau sungguhan?
Tolong sampaikan pada orang rumah bahwa saya tak akan pulang karena urusan.
Katakan pada Serena, untuk mengirim paket pada alamat yang nanti tertera di bawah dan tidak membukakan pintu pada siapapun selain Tuan Cake. Ibu dan Ayah menunggu di____
307Please respect copyright.PENANAxFNIeB113V
16 Millfield, Portpatrick
307Please respect copyright.PENANAYWVY4tgUhl
Saya telah memberikan anda coklat
Lelucon atau sungguhan?
Pengirim : Gibson Jeph
3 Westfield, Blean
Canterbury CT2 9ER
Tn. Cake segera balik badan, alisnya mengerut saling bersalaman.
“Bisa kau baca ulang?”
Seperti kata Tn. Cake, aku membaca ulang seluruh isi surat itu. Sebuah tanda tanya tertulis pada wajah Tn. Cake. Aku yakin telah tiba saatnya pria sok necis itu menerima suatu kasus, pikirku agak bersemangat.
“Apa yang kau pikirkan tentang surat itu?” Tn. Cake menghampiriku.
“Sesuatu yang tak perlu dilakukan tapi tak ada masalah bila itu terjadi, seperti menambah gula pada teh manis?”
“Hm…” gumam Tn. Cake memandang isi surat itu dalam – dalam. “Kenapa namaku tertera? Kukira aku tak populer. Bukankah begitu, Feline?
Pertanyaan yang dilontarkankan sedikit memekakkan telinga, bahka mata kananku berkedut. Tapi aku mengerti poinnya. Normalnya, surat yang absurd semacam ini langsung diserahkan tanpa memesan jasa pengiriman. Itu akan memudahkan Tn. Cake menanyakan informasi pada orang terkait, dari kronologi hingga motif tertentu.
“Saya rasa itu bagian menariknya, benar?” Tanyaku balik sambil membuka benda berbalut kain hitam.
Pikiranku tidak jauh – jauh dari aroma coklat yang menggoda hidung, jadi bisa jadi ini wujudnya. Walaupun sedikit ragu, ukurannya agak kecil.
“Emas 24 karat 100gr,” kataku dalam hati membaca tulisan kecil pada benda yang mirip emas.
Ini sedikit menggelitik perutku. Mengingatkanku pada masa lalu, seseorang seolah – olah menghadiahkanku emas. Pada akhirnya, di bagian belakangnya terdapat plastik yang tidak rata. Di situlah kunci menguliti bungkus yang seolah – olah emas itu, padahal coklat emas batang.
Namun saat kubalik dan jari – jariku meraba, permukaannya halus. Seperti sebuah cairan yang dicetak lalu mengeras bagai logam.
“Bila mata tertipu, saatnya gigi bersatu.” Kumasukkan pada mulutku, lalu mencoba menggigitnya.
.
“Aww aww!” Gigiku agak ngilu.
Tn. Cake yang melihatku dengan pandangan aneh, “Sedang apa kau?”
“Tunggu, aku akan buktikan kalau ini coklat.”
Ini cara termudah tidak melukai siapapun. Coklat asli, tak akan patah bila jatuh di lantai.
Satu… Dua..
.
Klang!
“Eh?” Aku terkejut dan mematung.
“Kenapa kau barbar sekali, Feline?” Tn. Cake membungkuk dan mengambil balok yang tampak seperti emas itu. “Ini yang dibalut kain hitam itu?”
Aku mengangguk, kemudian Tn. Cake membawa itu ke dekat jendela. Dengan senter langit sebagai penolongnya, benda itu memantulkan sinar terang sekali. Seterang wajah curiga Tn. Cake.
Lesatnya mengambil surat itu, “Lelucon atau sungguhan?”
Lama kelamaan tangannya bergetar mirip tremor.
“Anda kenapa?”
Kini wajahnya kosong menyapaku, “I-i-ini emas asli, Feline!”
“Eh? Serius?”
Tn. Cake mengangguk gugup, “Te-tenanglah, Cake, tenang!”
Ia menghirup udara sedalam – dalamnya, lalu dihembuskan perlahan dan tenang.
Sontak kakiku melompat, api membakar dadaku.
“Y-y-y-yeah! Liburan! Liburan” tambahku. “Cuti sekali – sekali bisa ‘kan, Tn. Cake?”
“Mana bisa? Kalau disandingkan dengan pesan absurdnya, bukannya itu jelas kalau ini bayarannya? Maksudku, konsumen kita yang budiman, Tn. Jeph berani membayar di muka.”
Mendengar itu, semangatku pamit begitu saja.
“Iya sih. Tapi tidakkah itu aneh kalau anda tak kenal dengan orangnya?”
“Karena itu aku berniat mengirim balik.” Matanya terpejam lalu segera membalut emas itu dengan kain. “Selain itu, ada potensi kalau ini adalah jebakan.”
Seperti kata Tn. Cake, sangat mungkin saja itu terjadi. Bisa jadi adalah skenario yang dimanfaatkan sewaktu – waktu, Tn. Cake adalah kambing hitamnya.
“Fiuh…” Nafasku kian melesu, hampir saja dapat jackpot.
Tn.Cake kembali duduk di kursi putarnya dan memelototi surat itu sambil menimbang – nimbang.
“Well, tapi bisa juga itu adalah sesuatu yang darurat. Bila diabaikan, situasi malah berbalik telak kegagalan. Hanya jika aku tahu, sepatah, dua patah kata yang berkaitan, Feline.”
Tn. Cake menyodorkan surat itu padaku saat kuminta pinjam. Sedalam – dalamnya membaca isi surat ini, aku semakin dalam tenggelam dalam lautan. Kalau saja aku bisa menolong Tn. Cake meski harus memelintir otakku berkali – kali.
Berapapun kupandangi, rasanya semakin frustasi. Seperti mengingat hal penting di pagi ini, tapi tak bisa diwujudkan dalam kata – kata.
“Tch, padahal tinggal sedikit lagi liburan!” Tanganku spontan membanting surat itu dihadapan Tn. Cake. “Huh, Gibson Jeph! Mentang – mentang kemarin ke perancis lalu ia berhak mengusili kita!”
Saat hendak berbalik arah, Tn. Cake menghalangiku.
“Dari mana kau tahu Gibson Jeph ke Perancis?” Alis Tn. Cake terangkat.
“Bukannya itu sudah jelas? Berita tadi pagi bilang kalau Pesawat Air France jatuh kemarin dua hari yang lalu. Gibson Jeph salah satu yang tercantum namanya,” kataku spontan bercampur kesal.
.
Sesaat alis kami sama – sama naik, ruangan terasa sangat hening selain tiupan dewi angin.
.
“EHHHH?!”
Kedua mata kami loncat saking kagetnya.
ns 15.158.61.54da2