“Saya Bitorez Dupont. Saya kemari atas penawaran Tn. Gibson Jeph seminggu yang lalu. Ini tidak akan lama, saya hanya butuh tanda tangan pada lembar pengesahan.” Pita suara Tn. Cake dibuat berat, matanya menatap kembali setajam pisau daging.
Pintunya dilebarkan, mereka saling memandang satu sama lain sesaat.
“Maafkan kami, tapi tidakkah anda mendengar kabar bahwa Tn. Jeph dua hari yang lalu menghadapi kecelakaan pesawat?” Pria berjenggot itu berusaha menjawab ramah, namun suaranya masih agak kasar.
“Memang tidak bisa dihindari, saya baru dengar beritanya,” balas Tn. Cake sedikit menaruh empati.
“Begitulah, bahkan keluarga sedang ingin melakukan prosesi pemakaman. Bisakah anda tunda kedatangannya jadi tiga haru ke depan?”
Mata Tn. Cake bertatapan sesaat dengan Egremont, anggukan mereka membuatku khawatir bahwa mereka melakukan tindakan ini lebih jauh.
“Jelas tidak bisa begitu! Kami hidup dengan bisnis, bukan pertemanan! Yang terpenting hari ini harus segera mendapat tanda tangan itu, atau pihak berwajib yang mengurusnya!” Bentak Tn. Cake mirip deb kolektor.
Sentakan itu agak membuat mereka berdua tersentak ke belakang.
“Ba-baik, kalau begitu silahkan masuk terlebih dahulu.” Bibi lima puluh tahunan itu akhirnya membolehkan kami masuk.
Ruang tamunya luas beralaskan pijakan mirip kayu. Terdapat tangga ke atas melingkar yang menyatu dengan perapian. Kami duduk di depan perapian itu, sofa bludru merah yang empuk. Sementara pria tadi masih berdiri walau agak dipaksakan, kakinya agak tremor.
“Silahkan tunggu sebentar, Tn. Dupont. Ny. Innamorati sedang menyiapkan sesuatu. Beliau juga akan menghubungi keluarga terkait masalah ini. Sementara itu, ada yang bisa saya bantu?”
“Anda ini siapa?”
Dibusungkanlah dadanya sebelum membungkuk, “Ben Savoy, supir pribadi Tn. Jeph.”
Lagi – lagi, meski ia berusaha ramah suara seraknya mirip gesekan tak nyaman. Bila ia terbiasa menerima tamu seperti ini, harusnya Tn. Jeph lebih memperhatikan gaya penampilannya.
Ny. Innamorati datang membawa teh dan dua toples biskuit. Tangannya tampak gemetar hingga diriku ingin membantunya, tapi kuurungkan niat itu. Ini poin kedua aku tak nyaman berada di sini.
“Tn. Savoy, luruskan masalah ini secepatnya karena waktu adalah majikan kami! Katakan, berapa lama kami harus menunggu?” Mulut Tn. Cake diangkat menggeram.
Keringat mulai bercucuran dari dahinya, ia sesaat mengajak Ny. Innamorati ke belakang. Untung saja Tn. Cake, yang dengan acak bermain peran imajinasinya sebagai Bitorez Dupont, mengizinkan.
“Hey, soal apa ini, Hon?” bisikku.
“Ikut saja si Monyet. Aku juga tak paham seratus persen, Feline!” Egremont mengangkat bahunya.
Tampak dari arah dapur, kami mendengar suara Tn. Savoy membentak pendek. Kalau tidak salah ia terdengar seperti menyuruh mencarikan sebuah nama.
Tn. Cake menghadapku, “Setelah ini kau harus pikirkan sebuah nama. Gunakan watak kalem, ramah, dan penurut. Kau adalah teman Serena, mengerti?”
Belum sempat menyanggupi, Tn. Savoy yang barusan membentak tadi kembali ke hadapan kami. Kedua alis Tn. Cake naik menatapnya tanpa belas kasih.
“Ma-maaf atas keributan tadi. Ngomong – ngomong, kami barusan diberitahu kalau pihak kantor segera melakukan pengecekan berdasarkan waktu perjanjian. Agar lebih mudah, boleh anda berikan rinciannya Tn. Dupont.”
Anggukannya pada Egremont, lalu Tn. Cake mengangkat ponselnya untuk berjalan ke pintu luar, seolah – olah sibuk menerima banyak telepon dari orang penting.
“Kami perwakilan dari Tussaud de Consortium, serikat badan keuangan di balik layar, membiayai hampir seluruh hotel, penginapan, rumah sakit, dan restoran di perancis. Tuan Gibson Jeph memberi penawaran menarik tentang Colombe Parcel, yaitu hak pemberian kontrol direksi sebagai percobaan awal. Untuk alasan tertentu, melalui Tn. Dupont sebagai pembukaan, Pemilik Tussaud telah membeli dua puluh persen saham. Kehadiran kami adalah meminta legalitas pengesahan atas sesuatu yang telah kami bayar.” Egremont mengutip dari ponselnya.
Ucapan Egremont benar – benar tampak meyakinkan yang bahkan aku ragu dia sendiri paham atas omong kosongnya. Namun yang membuatku kaget, pria itu mengangguk paham dan mulai kehilangan gugupnya.
“Lalu nona yang satu ini?”
“Perkenalkan, saya Regine Tussaud, anak dari pimpinan Tussaud de Consortium. Saya ke sini untuk tujuan lain. Di mana Serena?”
Tangannya menyeka keringat di dahinya.
“A-ah, Nona Serena, bersama keluarga sedang mengurus proses pemakaman di Scotland. Te-tentu saja kami besok ikut prosesi pemakaman besok,” tambahnya. “Sementara saat ini, kami mengurus sisanya, menyampaikan kendala Tn. Jeph bila ada rekan bisnis menagih janji.”
Entah kenapa mereka terlihat gelisah dan gugup.
208Please respect copyright.PENANAelcNioveG1
“Anda berdua tidak duduk?” Aku menoleh pada Tn. Savoy dan Ny. Innamorati.
“A-ah, kami diberitahu Tn. Jeph untuk bersikap seperti ini,” tambah wanita bercelemek putih itu. “Saya akan sampaikan pada Nona Serena atas kedatangan Nona Regine Tussaud. Sementara itu, tidakkah anda semua haus?”
Well¸ mereka ada benarnya. Tidak ada makanan yang tidak berhak dimakan apalagi sudah repot – repot disajikan.
“Baik, kalau begitu…” Tanganku yang hendak menjangkau gelas ditampar ringan oleh Egremont.
“Maaf, Nona Tussaud beberapa jam yang lalu telah minum obat. Teh bisa menurunkan keefektifan obatnya, itu akan lebih lama membuatnya sembuh.”
Aku tidak mengerti kenapa Egremont melarangku. Maksudku kita hanya menyia – nyiakan perilaku baik mereka, bukan? Apalagi Tn. Cake yang dari awal ganas bagai piranha.
“Anda sendiri, Nona…?” Ny. Innamorati menawarkan.
“Perigord, nanti saya ambil sendiri.”
Telah sepuluh menit lewat, Egremont menangani pembicaraan dengan dua orang itu. Sementara Tn. Cake, bermesraan dengan ponselnya. Suaranya tampak samar – samar, tapi terlihat serius. Sementara aku, berkeliling sejenak. Hanya saja aku merasa setiap melangkah, beberapa bola mata lain menatap waspada membuatku merinding. Apalagi saat aku naik tangga, tanpa ada angin lewat, pintunya sedikit terbuka. Kuputuskan untuk turun setelah itu.
“Jadi bagaimana ini? Kami harus segera menerima tanda tangan itu?” Protes Egremont sambil melirik arlojinya.
“Ma-maka dari itu, nona-”
Tn. Cake pun datang kembali.
“Kita tak punya waktu, pakai cara itu saja.” Tn. Cake memandang Egremont sesaat, lalu menyerahkan sebuah kertas pada mereka. “Jangan salah paham, situasi sedang mencekik kami. Tolong wujudkan sebuah tanda tangan.”
Aku hanya merasa iba pada kedua orang itu saat Tn. Cake mendesaknya.
“Ta-tapi Tn. Dupont, bukannya ini termasuk pemalsuan? Ny. Innamorati beralasan.
Kakinya menendang meja. “Diam! Semua sah bila sedang terpojok! Tidak ada yang bersih di dunia ini, bahkan majikan anda, Tn Jeph!”
Tn. Cake berhasil membuat seisi rumah melembek. Ulahnya tidak berhenti sampai di situ, wajahnya mendelik pada Tn. Savoy.
“Dengar, ini hanya tanda tangan dan kewajiban kami sudah lunas. Sudah sepantasnya hak yang kami dapatkan, hm?” Tn. Cake menyodorkan pulpen dari saku jas hitamnya.
“Y-yeah, kami mengerti.” Tangan Tn. Savoy mengikuti perintah Tn. Cake dengan gemetar.
Kupikir kami ini telah kelewatan melakukan sesuatu. Bahkan aku merasa saat ini bola mata itu menajam memandang kami. Entah karena kami berlebihan, atau memang rumah ini agak angker.
Setelah itu, Ny. Innamorati juga melakukan hal yang sama. Tahap berikutnya adalah mereka berdua difoto oleh Egremont.
“Foto ini kami kirimkan ke kantor pusat Colombe Parcel di kota Canterbury sebagai bukti dua pihak. Kedepannya kami akan meminta tanda tangan ulang untuk pembaharuan. Sementara tanda tangan ini kami terima,” Egremont melipat kertas yang telah ditandangani oleh mereka. “Atau anda memilih menunggu mereka melakukan pengecekan?”
“Eh? T-tidak usah! Kami tidak bisa memperlama anda. Benar, Tn Savoy?”
“Y-yeah, itu benar!”
Setelah itu kami keluar dan hendak ke mobil. Tn. Cake sebelum membuka pintu mobil, ia mengatakan sesuatu.
“Tn. Savoy, ini sedikit mengingatkan saya. Apa anda merasa mengirim surat hari ini?”
“Oh, ti-tidak! Melalui pesan Tn. Jeph kemarin bahwa saya hanya diperintah untuk jaga rumah dan sebagai penyampai pesan bahwa beliau sedang di perancis bila ada yang mencarinya. Namun sesuatu tidak diinginkan terjadi. Well, begitulah kurang lebihnya.”
“Hm…” tambah Tn. Cake agak pelan. “Terus terang aku kurang menyukai Tn. Jeph. Kami tak pernah suka orang licik. Ia bahkan menyombongkan diri kalau menyimpan paket kekayaannya di bawah kasur, sudut rak dapur, dan lemari istrinya. Paket aneh untuk orang aneh.”
Tn. Cake membuka pintu mobil, lalu kami melaju lebih cepat. Sapu tangan yang diambil dari jasnya, menyeka keringat yang bagai gerimis berjatuhan di dahinya.
“Fiuhhh…” Tambahnya setelah bernafas lega. “Saatnya beli es krim.”
Mendengar itu menambah stimulan darah kami bergelora, namun ia juga memberi kami jejak heran.
“Mari jelaskan soal tadi nanti, bukannya saat ini kita harus bergegas ke Portpatrick?” tanyaku padanya, Egremont memandang spion tengah.
“Tidak perlu, orang lain telah mengerjakan PRnya untuk kita.”
***
ns 15.158.61.6da2