ZZ membuka pintu dan terlihatlah seorang bapak dengan stelan perlente (stelan kaos dan rompi) menambah kesan bahwa bapak itu selera fashionnya berkelas. ZZ mengenal sosok tamu yang datang setelah adzan magrib itu. Ia adalah Om R.
“Om, Bapaknya masih di masjid, silakan masuk, Om!” Zz mempersilahkan Om R masuk. Om R. membuka sandal kulit bermereknya. Dan duduk di kursi halaman depan.
“Om, disini saja, Neng. Nunggu bapakmu pulang. Sekalian mau merokok juga.”
“Mau dibuatkan kopi.”
“Ngak usah, Neng.”
Ayah pernah bercerita, OM R adalah mantan preman di jidatnya ada bekas sabetan pisau. Menurut ayahku Om R sekarang sudah bergelar preman pensiun.
Waktu zaman petrus (penembakan misterius) ia diburu oleh aparat. Ia lari ke hutan ber rawa selama 1tahun. Saat di hutan untuk bertahan hidup (survival) ia makan apa saja, mulai dari: dedaunan,jangkrik,ular,buaya,meong congkok, bahkan kalau dedemit bisa dimakan, ia makan juga.
Di rawa ia hampir mati, terperangkap lumpur hisap, sementara langkah kaki aparat sudah mendekat. Di situasi genting itu, ia pasrah, nyawanya akan hilang bersama lumpur yang menyedot tubuhnya. Sekali seumur hidup ia berdoa, entah berdoa kepada siapa untuk meminta pertolongan.
Dua Aparat memergokinya, mereka tertawa puas. Melihat Om R di posisi terhisap lumpur. “R, kamu mampus saja di sana! kita gak usah repot-repot nembak kamu!”
Aparat satunya lagi mengarahkan senjata FN nya. Ke arah R, lalu bicara. “Kita gak mau buang peluru, hanya untuk sampah sepertimu! peluru ini milik pemerintah, kita gak mau buang-buang uang negara.”
Kedua aparat itu yakin Om R akan mati termakan lumpur. Mereka langsung cabut, diiringi suara tawa yang membangunkan kesunyian hutan ber rawa, tempat Om R terjebak.
“Wahai Tuhan orang Islam,Tuhan orang Kristen,Tuhan orang Baduy bantulah aku!”
Ekor ular sanca batik sebesar betis menjulur dari ranting pohon, pergerakan tubuhnya lambat disertai bunyi berdesis. Dalam keadaan gawat seperti itu, tangan Om R, mencoba sekuat tenaga meraih ekor sanca itu. Sanca batik sadar ada yang menariknya, keadaan bertambah genting, ular itu merespon dengan lilitan dan jepitan. Ular itu mengeluarkan seluruh tenaganya, karena ularpun enggan mati terperosok ke dalam lumpur itu. Terjadilah pergulatan sengit, hukum tarik-menarik terjadi, hingga tangan Om terasa remuk. Akan tetapi secara tidak langsung pergulatan tangan dengan ekor sanca mengarahkan tangan Om ke arah ranting-ranting yang cukup kuat. Dengan susah payah tangan OM terlepas dari jepitan ular demi menggapai gundukan ranting pohon. Dan berhasil! Perlahan ia keluar dari hisapan lumpur sialan itu. Sejak peristiwa itu, ia percaya Tuhan! Tuhan yang menciptakan ular Sanca.
Om R bersahabat sudah lama dengan ayah. Sejak pandemi Covid-19. Keduannya terkena PHK. Kini nasibnya sama sebagai pejuang recehan, cari proyek sana-sini, yang penting dapur ngebul. Mereka berdua sering keliatan nongkrong dan ngopi bareng di warungnya Mak O. Ya, sambil cari inspirasi peluang usaha, mana tahu ada ilham bangkit bersama. Disaat situasi terpuruk berjamaah seperti ini.
“Ada Mas Bro, sudah lama nunggunya?” tanya Ayah pada Om R. Ayah pulang dari masjid barengan dengan si bungsu. DD bilang salam lalu menyalami Om R.
“Enggak lama, Lur,” jawab Om R sambil menyambut salaman DD.
“Loh, kopinya mana?”
“Ah, gak usah. Tadi si Neng nawarin juga, hari ini sudah kebanyakan ngopi.”
“Ok, Bro, klo begitu.”
“ZZ, DD, kalian makan duluan! Ayah mau ngobrol dulu sama Om.” Ayah memberikan instruksi makan duluan kepada anak-anaknya.
Ayah bergegas ke halaman depan, di mana Om R, sedang duduk ditemani kepulan asap rokok kretek yang membuat udara di halaman luar bertaburan warna putih.
“Untuk proyek pengeboran itu positif jadi, Lur. Orangnya sudah kontak Wa barusan. Akan tetapi, ada yang harus kita diskusikan. Untuk har–“ (omongan Om R terhenti, karena Ayah memotong pembicaraan).
“Harga maksudnya, pasti minta nego lagi, kan.”
“Betul, mereka minta harganya nego lagi. Lur, bagaimana?” Om R mengakhiri pertanyaan diteruskan dengan mengisap rokok kreteknya.
“Waduh, Bro. Orang kaya, big boss pula, sekelas dia masih juga nego! Apakah lebih baik kita tahan dulu harganya, itu sudah tawaran menarik, harga promo.
Masalahnya lokasinya jauh, kemarin pas kita survei lokasi (komplek perumahannya), posisinya ada di kaki bukit, kondisi tanahnya batu semua. Bro.” Ayah memberikan alasan logis pada Om R.
“Kalau kita tahan harga segitu, khawatir proyek ini beralih ke yang lain. Kita lagi butuh uang dan butuh kerjaan. Lur” Suara Om R menegang.
“Ah Bro, gak mungkin beralih, saya sudah kalkulasikan semuanya. Kalau sudah rezekinya gak akan lari. Faktanya pengeboran di lokasi komplek itu belum ada yang garap sampai detik ini! itu artinya semua pengebor mematok harga yang tinggi. Saya pastikan hanya kita yang berani memberikan discount yang luar biasa.”
“Ya sudah, artinya kita tahan dulu, diharga yang ditawarkan. Tapi kalau gak jadi, jangan menyesal, Lur!” tegas Om R sambil terus merokok.
Akhirnya Om R berpamitan. Malam itu percakapan dan diskusinya berakhir dengan kesepakatan menahan harga. Walaupun roman muka Om R sedikit kecewa bersamaan dengan asap putih rokok kretek yang mewarnai angkasa.
Ayah masuk ke dalam rumah ia langsung menuju meja makan, ayah mengampil secungkil nasi dan sayuran yang ia masak. Setelah beres makan ia menuju kamar DD yang sedang mengerjakan tugas tematik (tema: lingkunganku), “DD, teruslah belajar, kalau soalnya susah, tanyakan pada Ayah!”
DD sedang membaca tema lingkungan, ia menyimpulkan bahwa lingkungan adalah sahabat manusia, ZZ menghampiri DD juga yang sedang belajar( terlihat juga Ayah di sana).
Jarang sekali DD meminta ZZ atau Ayah saat ada tugas sekolah. Ayah dan ZZ sudah tahu betul daya tangkap DD baik sekali. DD mudah faham dan jarang lupa mengenai materi yang diajarkan gurunya di sekolah.
Tapi kali ini ada yang berbeda, Ayah perhatikan DD lama termenung diantara buku yang masih berantakan.
“Jangan khawatirkan Ayah, itu cuma mimpi.”
“Yah, DD cuman takut kehilangan Ayah”
“Ayah siap menghadapi penculik itu. lihat jurus ini. Pasti penjahat itu mati kutu,” canda dan hibur Ayah, sambil mempertontonkan jurus Cimandenya pada Dd dan Zz.4866Please respect copyright.PENANADvGWnxxXAY
“Dari sekarang Ayah harus berlatih, jangan biarkan kejahatan menang!” Kata Zz.
“Baiklah, matahari-matahariku, Ayah akan mempersiapkan diri dengan ilmu baru. Ilmu beradaptasi dengan lingkungan,” ungkap Ayah.
“Kata Widji Thukul, hadapi ketidak adilan dan kejahatan itu hanya satu kata, lawan!” Zz mengepalkan tangan.
ns 18.68.41.140da2