![](https://static.penana.com/images/chapter/1243424/Fz_1702507812181.jpg)
Hendrik mengangkat tubuh tegapnya, ingin melihat lebih baik keindahan tubuh polos wanita yang menakjubkan itu. Pandangannya berangsur turun kepada buah dada Asha yang berguncang dan memantul, lalu ke perutnya yang rata, hingga sampai ke hamburan rambut ikal pada gundukan indah tempat mereka terhubung dalam tautan yang sangat intim.
863Please respect copyright.PENANAwUTAyx4SLC
Secara pelan, Hendrik menarik kejantanan besarnya dari sangkar cinta yang ketat itu. Ia hampir kehilangan kendali ketika melihat bagian sensitif Asha berkilau dengan cairannya.
863Please respect copyright.PENANA7mJzSZOmrK
“Liat memek lo, Sha…. Becek banget…”
863Please respect copyright.PENANA0JQQq5DWi2
Hendrik mendongakkan kepalanya ke arah wajah Asha, menyaksikan bahwa cewek berhidung bangir itu juga sedang kepayahan. Pipi yang merona merah dihasi dengan tatapan sayu yang menyiratkan kecamuk perasaan. Tidak ada celah untuk kebohongan. Pemandangan erotis ujung batang kejantanan Hendrik yang sesaat keluar hanya untuk menghilang kembali dalam lipatan gelap organ intim Asha. Hendrik memberinya beberapa dorongan dangkal, cukup ujungnya saja sudah mampu membuat Asha melenguh spontan sementara tubuh wanita itu berkilau oleh bulir keringat. Hendrik tersenyum saat merasakan tubuh Asha menggeliat secara sensual.
“Badan lo jauh lebih jujur dari sekedar kata-kata penolakan, sayang.”
863Please respect copyright.PENANASudwY0iSc6
Hendrik menatap lagi mata Asha. Ia menangkap ekspresi intens kenikmatan dalam kesakitan pada mata Asha saat wanita itu balas menatapnya. Hendrik tahu Asha berusaha keras untuk mengendalikan dirinya, seolah-olah ini adalah pertarungan di mana satu-satunya cara untuk memastikan kemenangan adalah dengan menunjukkan pada Hendrik bahwa dia tidak menginginkannya, bahwa tubuhnya tidak mendambakan ini semua.
863Please respect copyright.PENANAQkL153xUkD
“Ok, gak percaya? Biar gue tunjukin!”
863Please respect copyright.PENANAIQyjhyGTVj
Kejantanan sang pria terlepas dari ruang ketat nan indah Asha lalu mulai menggosok perlahan ke atas dan ke bawah celah basahnya. Memastikan batang keras itu terus bermain-main dengan bagian tersensitif Asha, bagian rahasia yang kini membesar oleh setiap gesekan Hendrik. Hendrik menatap Asha dan merasakan kejutan gelombang elektrik di bawahnya. Asha bisa memejamkan mata atau bersikeras dalam penolakan. Namun naluri primitif yang menggapi-gapai kepuasan puncak tergambar jelas di seluruh wajah cantiknya. Hembusan nafas-nafas pendek dari mulutnya yang terbuka, gerakan sensual dari jilatan pada bibir bawahnya muncul secara otomatis saat Asha menyuarakan erangan frustrasi yang tertahan oleh bibir Hendrik. Sebuah ciuman yang begitu lapar dan menggelora.
863Please respect copyright.PENANAlaLnS6azxH
Lidah keduanya berbenturan dan bertaut dalam kegelapan yang basah. Asha melenguh lebih keras, memperdengarkan pengakuan nikmat yang terasa begitu merdu di telinga Hendrik. Hendrik memutuskan tak ada suara yang lebih merangsang dari suara itu. Ketika Hendrik meremas payudara Asha, tanpa sadar sang wanita melengkungkan punggungnya seolah hendak menawarkan lebih banyak sentuhan mesra. Hendrik menjauhkan mulutnya sesaat, lalu menghujani Asha dengan ciuman bertubi-tubi pada garis rahang sang wanita. Mengecapi keasaman di kulitnya saat ia bergerak menjilati belakang telinga Asha, mengigit lembut leher jenjangnya, bersamaan dengan jari-jari yang menangkup erat kekekejalan payudara Asha.
863Please respect copyright.PENANASLtydvDU7w
“Ooohhhhhhh Hendriikkk… BANGSAAATTTT!!” jerit Asha yang telah mencapai titik kulminasi pertamanya.
863Please respect copyright.PENANA9XAYbXUK7a
Saat rasa sakit mengirimkan sinyal kejutan-kejutan panas tanpa ampun pada kewanitaannya yang sudah basah kuyup, Asha menyerah. Liang surga sang betina ialah pengkhianat yang begitu haus akan kejantanan besar Hendrik. Tanpa malu organ itu menjepit dan mendorong-dorong tak ingin lepas.
863Please respect copyright.PENANAvdusTT4OyN
Hendrik menyambut penyerahan diri Asha dan mulai menggesekkan dirinya lebih cepat. Ia tidak dapat mengingat kapan terakhir kali ia merasa sekeras dan seganas ini saat berhubungan. Tak mampu mengingat kapan terakhir kali ia merasa begitu dalam melesap ke tubuh seorang wanita. Tidak dengan Bu Endah, tidak dengan Bu Tari, tidak juga dengan seluruh cewek yang pernah jadi budak nafsu penisnya! Dan butuh seluruh kendali diri Hendrik untuk tidak menyemburkan benih-benih hangat sebelum waktu yang dirasa tepat.
863Please respect copyright.PENANAqPVjUrp7y1
Hendrik menatap mata sang ketua OSIS cantik itu lagi sebelum menundukkan kepalanya untuk menghisap bagian puncak payudara Asha. Memasukkan bagian yang terangsang itu ke dalam mulutnya, menjilat lembut dengan lidahnya sebelum menggigitnya dengan kuat.
“Awwhhh… stop… Hend…… Pliss! Ahhh… Awww….”
863Please respect copyright.PENANALsLpwPV79b
Asha merasakan pinggulnya semakin terbuka sementara kakinya kuat menempel pada pantat berotot Hendrik saat dia mencoba menariknya lebih dekat, lebih jauh masuk ke dalam dirinya. Asha merasakan jemari kasar Hendrik berjalan turun ke arah gundukan kewanitaannya, mengusapnya dengan kuat, menyibak lipatan itu.
863Please respect copyright.PENANAFBx57gJGdo
“Ohhh.. lo ngapain.. ahhh”
863Please respect copyright.PENANAZ1Xr2HXSpV