![](https://static.penana.com/images/chapter/1243426/yy_1702541918692.jpg)
"IYAA! Bangsatttt, entot gue lagi kayak tadi!! Bikin gue keluar!!"
886Please respect copyright.PENANAGVyUMbqZce
Hendrik mersepon dengan seringai kemenangan lalu menghajar kemaluan Asha dengan beringas. Tumbukan ganas kedua organ intim yang melahirkan jutaan lecutan syaraf yang menembak ke sekujur tubuh Asha. Tubuhnya menegang dan semakin tegang oleh setiap tusukan. Segenap kulitnya seperti kesemutan. Pancaran panas yang hebat terkonsentrasi pada titik-titik di mana kejantanan besar Hendrik menggesek-gesek bagian dalam dirinya. Asha merasakan gelombang kenikmatan membasut keluar dari kewanitaannya, dan menyapu seluruh tubuhnya dalam arus yang dahsyat.
886Please respect copyright.PENANAfYfhO1f4X2
“Ohhhhh… Fuuckkkkkk!” Asha melepaskan rintihan panjang saat tubuhnya terangkat dari kasur, mencapai orgasmenya. Dan seakan tak mau memberinya kesempatan, sebuah gelombang lain menjeru datang, lalu satu lagi, dan satu lagi.
886Please respect copyright.PENANAfatQ508mJg
“Oohhh.. Oohhhh… Ohhhh.. Ahhhhhh…!!!”
886Please respect copyright.PENANALAg07wW97i
Jiwa Asha seakan melayang jauh meninggalkan tubuhnya. Mencapai surga kenikmatan terhebat yang tak pernah ia bayangkan adanya. Setiap ujung jari tangan, setiap ujung jemari kaki, hingga kulit kepala Asha terombang-ambing dalam puncak birahi tertinggi. Dinding batas realita terasa sirna saat semesta syaraf otaknya meletupkan ledakan impuls-impuls syaraf. Hendrik terus membelai lembut daging yang bengkak dan banjir oleh rangsangan itu hingga dia turun.
886Please respect copyright.PENANAHv8oKwmFPi
Asha akhirnya mampu menyadari sekelilingnya lagi. Tersengal-sengal, mulutnya mencoba mengutarakan sesuatu untuk meredakan megahnya gejolak yang baru saja terjadi di antara mereka. Namun hanya desah puas yang keluar dari sela bibir Asha.
886Please respect copyright.PENANA2a7bG4EL6O
Hendrik tertawa lalu dengan lembut mencium Asha.
886Please respect copyright.PENANAjhXaj962dv
“Jangan ngomong apa-apa, Asha. Jangan rusak apa yang lagi lo rasa.”
886Please respect copyright.PENANArrXRzcUsan
“Gue… nggak punya apa-apa... buat diomongin…” senyum kecil merekah di wajah Asha.
886Please respect copyright.PENANAmSXOb8uNpE
Hendrik memposisikan batang perkasanya yang masih terangsang di sela paha Asha. Kembali menggesek-gesek lipatan halus yang lembab itu. Asha menutup mata seakan memasrahkan segalanya pada Hendrik. Tanpa sadar Asha menggigit bibir bawahnya dan mengerang pelan.
886Please respect copyright.PENANAfVqBVtsbmf
“Masih sanggup?” tanya Hendrik sambil membelai mesra rambut Asha.
886Please respect copyright.PENANA2eehaEhl1A
Asha tidak menjawab. Hendrik mendekatkan wajah lalu mengecup kening Asha.
886Please respect copyright.PENANAUEUOTm8upp
“Kalo lo sanggup, gue bisa ngasih yang lebih lagi… asal… Lo mau jadi cewek gue..”
886Please respect copyright.PENANAydbrxgIrdK
Asha menatap Hendri dalam-dalam. Perlahan kedua tangan lentiknya bergerak menyusuri tangan, lalu kemudian bahu lebar sang cowok hingga sampai ke belakang tengkuk Hendrik. Asha mengunci genggaman tangannya, membawa tubuhnya yang terangkat menempel pada Hendrik sebelum mengecup bibir cowok yang telah memperkenalkannya pada kepuasan tertinggi.
886Please respect copyright.PENANAU1V4LOHBNW
“Iya, Hendrik. Gue cewek lo sekarang. Kasih gue kenikmatan kontol, anjing!”
886Please respect copyright.PENANASv4T9vGAfT
886Please respect copyright.PENANAIuQP05yhKR
886Please respect copyright.PENANAbkp0y9Bl2E