“Ouucchhh! Gila enak banget rasanya!” Aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi.
Sementara nafas Umi Alya dalam tidurnya menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya yang sensual, kadang diselingi dengusan lewat hidungnya,
“Eeemmcchhhh…Eeemmcchhhhh….”
Desahan Umi Alya baik yang lewat hidung maupun lewat bibir semakin menuntun nafsuku untuk menaiki suatu perjalanan pendakian yang indah. Gesekan-gesekan maju mundurnya penisku di jepitan gumpalan payudaranya semakin cepat. Penisku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang penisku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa.
“Ouucchhh! Fucckkk! Ooohh!” Erangan keenakan keluar tanpa kendali dari mulutku
Aku menggerakkan maju-mundur penisku di jepitan payudara Umi Alya dengan semakin cepat. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari penis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Umi Alya, walaupun tertidur, namun alis matanya yang bagus bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibir sensualnya akibat tekanan, remasan-remasan, dan kocokan di buah dadanya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan payudaranya itu.
Payudara sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing penis dan menggesek-gesekkan kepala penis dengan gerakan memutar di kulit payudaranya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas payudara kiri Umi Alya, penisku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Di sekitar pusarnya, kepala penisku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lubang pusarnya. Rasa hangat, nikmat, dan bercampur geli menggelitiki kepala penisku.
Keberanianku semakin tinggi. Sekarang kedua tanganku mencopot celana dalamnya. Pinggul yang melebar indah itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup celana dalam tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lubang kemaluannya.
Kedua paha mulus Umi Alya kemudian kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan alat kemaluannya. Bibir vagina Umi Alya nampak berwarna coklat tua bersemu pink.
Aku pun mengambil posisi agar penisku dapat mencapai kemaluan Umi Alya dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang penis, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Umi Alya. Rasa geli menggelitik kepala penisku. Kemudian kepala penisku bergerak menyusuri jembut menuju ke vaginanya. Kugesek-gesekkan kepala penis ke sekeliling bibir vaginanya. Terasa geli dan nikmat.
Kemudian kepala penis kugesekkan agak ke arah lubang dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lubang kemaluan itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan penisku sambil terus memasuki lubang vagina. Kini seluruh kepala penisku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut vagina Umi Alya.
Jepitan mulut vagina itu terasa hangat dan enak sekali. Sementara getaran perlahan dengan amplituda kecil tanganku pada batang penis membuat kepala penisku terasa geli dan nikmat dalam sentuhannya dengan dinding lubang vagina. Kembali dari mulut Umi Alya keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi.
Penisku semakin tegang. Sementara dinding mulut vagina Umi Alya terasa semakin basah. Perlahan-lahan penisku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Tusukan kuhentikan untuk memastikan bahwa Umi Alya tidak terbangun.
Setelah yakin dia tidak terbangun, kembali secara perlahan kumasukkan penisku ke dalam vagina. Terbenam sudah seluruh batang penisku di dalam vagina Umi Alya. Sekujur batang penis sekarang dijepit oleh daging hangat yang basah di dalam vagina Umi Alya dengan sangat enaknya.
Sesaat aku diam. Kulihat ekspresi wajah Umi Alya kembali mengendur. Artinya dia tidak terbangun. Kemudian secara perlahan-lahan kugerakkan penisku di dalam vaginanya. Sewaktu masuk seluruh penis terbenam di dalam vagina sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan hangat yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian penisku.
Aku menyukai rasa nikmat ini. Aku terus menggerakkan penisku di lubang vaginanya. Namun semua gerakanku kujaga tidak menghentak-hentak agar Umi Alya tidak terbangun. Dalam keadaan tetap tertidur alis matanya terangkat naik setiap kali penisku menusuk masuk vaginanya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan,
“Sssh…Eeemmcchhh…Ssshhttt…”
Aku terus mempertahankan kenikmatan yang mengalir lewat batang penisku dengan mengocok perlahan-lahan vagina ibu kosku tersebut. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Lama-lama aku membutuhkan kocokan yang agak menghentak-hentak agar dapat mengakhiri perjalanan pendakian tersebut.
Namun bila kocokan itu kulakukan ke vagina Umi Alya bisa-bisa dia terbangun. Jadi kocokan yang menghentak-hentak pada penis harus kulakukan di luar vaginanya. Aku kembali memasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya. Kembali kukocok secara perlahan vaginanya. Kunikmati kehangatan daging dalam vaginanya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot vagina pada penisku.
Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik penisku dari vaginanya. Namun kini tidak seluruhnya, kepala penis masih kubiarkan tertanam dalam mulut vagina. Sementara batang penis kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya. Walaupun sudah berhati-hati, namun kepala penis itu menggelitiki dinding vagina dengan amplituda kecil tetapi berfrekuensi tinggi akibat kocokan tanganku di batangnya.
Hal tersebut menyebabkan rasa geli, hangat, dan nikmat. Sensasi itu agaknya dirasakan pula oleh Umi Alya. Terbukti walaupun dalam keadaan tidur, dia mendesah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala penisku pada dinding mulut vaginanya,
“Sssh…Ssshhh..Eeemmcchhhh”
Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh penisku ke dalam vagina Umi Alya, kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada vaginanya kali ini lebih lama. Namun lambat laun aku merasa tidak puas. Kupercepat gerakan penisku pada vaginanya, namun tetap kujaga agar tak sampai menyentak. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur penisku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku.
“Ouucchhh Alya…Memekmu legit banget..”
Gerakan keluar masuk secara cepat itu berlangsung sampai beberapa menit. Kemudian rasa gatal mulai menjalar di sekujur penisku. Berarti beberapa saat lagi aku akan mengalami orgasme. Ke mana harus kusemprotkan? Yang jelas jangan di dalam vaginanya. Dapat diketahui Umi Alya nantinya. Apalagi kalau Umi Alya sampai hamil bisa ribet urusannya.
Kulepas penisku dari dalam vagina Umi Alya. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar penisku mudah mencapai payudaranya. Kembali kuraih kedua belah payudara montok itu untuk menjepit penisku yang berdiri dengan amat gagahnya.
Agar penisku dapat terjepit dengan nyaman, aku agak merundukkan badanku. Kemudian penisku kukocokkan maju mundur di dalam jepitan buah dada aduhai itu. Cairan dinding vagina Umi Alya yang membasahi penisku kini merupakan pelumas yang pas dalam memberi keenakan luar biasa pada gesekan-gesekan penisku dan kulit buah dada yang mulus itu.
“Ouucchhh! Fuck! Enak banget Alya!” Aku merintih keenakan. Sementara di dalam tidurnya Umi Alya kembali mendesis.
“Sssh… sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak naik turun.
Aku mempercepat gerakan penisku. Aku memperkuat tekananku pada payudaranya agar penisku terjepit lebih kuat. Rasa hangat menyusup di seluruh batang penisku. Karena basah oleh cairan vagina, kepala penisku tampak agak mengkilat. Leher penis yang berwarna coklat tua dan helm penis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan payudaranya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru penisku semakin menjadi-jadi.
Semakin kupercepat kocokan penisku pada payudara Umi Alya. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Beberapa menit sudah kocokan hebat penisku di payudara montok itu berlangsung.
Dan ketika rasa gatal di penisku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan penis di kempitan payudara indah Umi Alya dengan sangat cepat. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku.
“Umi Alya…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel penisku saat menyemburkan cairan sperma.
CROT!
CROT!
CROT!
Spermaku menyemprot dengan derasnya. Sampai sampai menghantam rahang mulus Umi Alya. Sperma tersebut berwarna putih dan sangat kental. Dari rahang sperma yang banyak sekali itu mengalir turun ke arah lehernya yang putih dan jenjang.
Sperma yang tersisa di dalam penisku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal batang leher mulus Umi Alya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan payudaranya. Sejenak aku terdiam. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan pada penghujung pendakianku ini.
“Aaachhh! Luar biasa…Terima kasih Alya.” aku bergumam lirih. Baru kali ini aku mengalami kenikmatan sex yang luar biasa. Diri bagai terlempar ke langit ketujuh.
***
Setelah nafsuku menurun, penisku pun mengecil. Kulepaskan payudara Umi Alya dari raupan telapak tanganku. Penisku sekarang tergeletak di atas belahan payudaranya. Suatu komposisi warna yang kontras pun terlihat, batang penisku berwarna coklat dengan kepala penis berhelm pink, sedang kulit payudara montok Umi Alya putih mulus. Masih tidak puas aku memandangi payudara indah yang terhampar di depan mataku tersebut.
Kemudian mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke vaginanya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam yang lebat. Kubayangkan betapa enaknya bila bermain sex dalam kesadaran penuh dengan Umi Alya.
Aku dapat menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya yang benar-benar menantang kejantanan. Aku dapat mengocok vaginanya dengan penisku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan spermaku di dalam vaginanya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya di saat orgasmeku.
“Engh…” Tiba-tiba Umi Alya menggeliatkan badannya.
Aku terkejut. Cepat-cepat aku meraih celanaku dan berlindung di belakang meja tamu. Sebentar menunggu reaksi, namun Umi Alya tertidur kembali dengan nafas yang teratur. Aku segera mengelap penis dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana. Kemudian beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap spermaku yang hinggap di beberapa bagian tubuh Umi Alya. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan spermaku yang sudah terlajur menempel di rambutnya.
“Ah, biarin aja. Paling besok pagi kering sendiri.” Demikian pikirku.
Celana dalam kupakaikan kembali ke bagian bawah tubuh Umi Alya. Penisku mulai berdiri lagi melihat kemolekan tubuh Umi Alya. Namun aku tidak boleh melakukannya lagi. Salah-salah dia terbangun. Cukup sudah sekali aku menikmati tubuhnya di saat dia tertidur pulas oleh pengaruh alkohol sehingga berlangsung aman. Daripada aku menanggung resiko lagi.
Kurapihkan kembali baju kimono tidurnya. Tissue bekas pengelap penis dan sperma di tubuh Umi Alya kukumpulkan menjadi satu. Akan kusimpan sebagai kenang-kenangan bahwa aku sudah berhasil menggeluti tubuh perempuan yang molek walaupun dia dalam keadaan tertidur.
Akhirnya aku memutuskan kembali ke kamarku sendiri, meninggalkan Umi Alya yang tertidur pulas di atas sofa. Sempat kulirik jam dinding di ruang tamu Umi Alya, jarum jam menunjukkan pukul sembilan kurang seperempat. Kututup pintu rumah Umi Alya sambil bergumam lirih,
“Terimakasih atas servis kenikmatannya, Umi Alya.”
1553Please respect copyright.PENANArAW4xrrK6d
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.6da2