FLASHBACK-September 2014
Rama POV
Aku masih duduk menunggu Bu Mayang di sebuah cafe kawasan Sudirman, seseorang yang diutus oleh Perusahaan ansuransi Adhy Raksa untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi untuk seluruh karyawan Om Yosh. Ya, Om Yosh punya rencana untuk memberikan fasilitas ansuransi kesehatan bagi seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan retailnya. Untuk membicarakan detail kesepakatan sebelum penandatanganan kontrak, Om Yosh mengutusku untuk menegosiasikannya.
Sudah hampir 5 bulan aku bekerja untuk Om Yosh, sebenarnya tidak ada jabatan tertentu yang aku emban dalam pekerjaan ini. Tugasku seperti seorang sekretaris, membuat notulen pertemuan bisnis dan menyiapkan berkas-berkas tertentu untuk kepentingan pertemuan bisnis adalah job desk utamaku, tapi tetap saja sebutan sekretaris membuatku risih mendengarnya karena profesi itu identik dengan perempuan. Aku lebih suka disebut sebagai orang kepercayaan Om Yosh, terdengar lebih macho, yah meskipun kualifikasi tugasnya adalah sebagai sekretaris.
Bekerja pada Om Yosh merupakan lompatan karier yang luar biasa bagiku, tidak pernah sekalipun terpikir di benakku akan bekerja dengan suasana perkantoran seperti ini. Hanya dengan bermodalkan ijazah SMA kini aku digaji 10 juta/per bulan, sulit rasanya membayangkan bagaimana mimpi-mimpiku tentang kesuksesan terwujud begitu cepat. Pertemuanku dengan Om Yosh seolah menjadi jalan pembuka mimpi-mimpiku, kini aku tak perlu lagi menahan lapar saat uang dikantong hanya menyisakan beberapa lembar puluhan ribu, tempat tinggalkupun sudah sangat layak tak seperti kamar kos kecil berukuran tak lebih dari 3x3 meter yang hampir 1 tahun aku tempati setibanya di Jakarta. Belum lagi satu bulan ini Aku sudah mendapat fasilitas tambahan lain dari Om Yosh, yaitu mobil pribadi, hanya dalam rentang waktu tak lebih dari 1 tahun aku sudah mendapat berbagai macam kemewahan dari Om Yosh.
Awalnya aku sempat menolak ajakan Om Yosh untuk ikut membantunya dalam menjalankan bisnis retail, bukan karena maksud tertentu, Aku hanya merasa tidak nyaman jika keputusanku mengembalikan tas Om Yosh dianggap sebagai tindakan yang membutuhkan pamrih. Tapi Om Yosh meyakinkanku jika pekerjaan yang dia tawarkan memerlukan kualifikasi orang sepertiku, kejujuran dan loyalitas. Akhirnya aku menerima tawaran itu, sebisa mungkin aku menjalankan tugasku dengan baik, aku tidak ingin mengecewakan kepercayaan dari orang yang telah menyelamatkanku dari lubang kemiskinan.
Satu bulan terakhir tugasku bertambah, Om Yosh mulai sering memintaku untuk mewakili dirinya dalam hal menegosiasikan berbagai macam kesepakatan dengan pihak lain sehubungan dengan bisnis retailnya. Entah apa pertimbangan beliau mempercayakan urusan ini kepadaku, yang pasti aku menjadi bangga karena ternyata kinerjaku selama ini cukup memuaskan Om Yosh hingga aku diberi kepercayaan untuk mewakili dirinya dalam urusan bisnis. Seperti halnya hari ini, sudah hampir 1 jam aku menunggu orang yang bernama Mayang untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi karyawan. Aku tipe orang yang sangat menghargai waktu, bagiku intregitas seseorang diukur dari ketepatan waktunya dalam menjalankan tugas. Telat 1 jam sudah memberikan gambaran padaku tentang kualitas orang bernama Mayang ini.
"Sorry, benar ini Pak Rama?" Suara seorang perempuan muda kira-kira berusia 23 tahun tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan.
"Iii..iya benar" Jawabku gugup.
"Saya Mayang, sorry telat, udah lama ya nunggunya?" Cerocosnya sambil menarik tempat duduk di depanku.
Aku masih mengamati wanita itu, wajahnya yang putih bersih dengan khas oriental terbalut blazer gelap dan rok hitam setinggi lutut membuat tubuhnya yang langsing dan padat d daerah dada membuat pandangan mataku teralihkan untuk sesaat. Jujur saja selama tinggal di Jakarta interaksiku dengan lawan jenis tidak begitu banyak, jadi wajar saja jika pikiranku menjadi kacau hingga membuat mulutku tergagap saat melihat Mayang untuk pertama kali. Tanpa aku sadari Mayang ternyata mengetahui kegugupanku itu, senyumnya mengembang, sungguh itu senyum termanis yang pernah aku lihat.
"So, kita jadi kan membicarakan masalah pekerjaan?" Sekali lagi Mayang berhasil mengagetkanku.
"Eh, iya..iya..Ehhmm...Kita mulai sekarang?" Jawabku terbata-bata sambil mengalihkan pandanganku pada isi tas, mencoba mencari beberapa berkas yang sebetulnya sudah aku hapal di luar kepala.
Entah kenapa siang ini Aku bertindak random sekali saat bertemu Mayang. Selanjutnya selama hampir 30 menit Kami berdua membicarakan tentang detail-detail kontrak, sebisa mungkin Aku curahkan konsentrasi pada pekerjaan meskipun pesona Mayang begitu menyita perhatianku.
"Well, jadi untuk realisasi kontrak bisa kita lakukan kapan Pak?" Tanya Mayang setelah membereskan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya.
"Secepatnya, biasanya paling lama satu minggu udah bisa tanda tangan." Jawabku.
"Oke, sekarang kita mau gimana?" Tanya Mayang kembali, dan itu membuatku bingung.
"Maksudnya?" Tanyaku dengan muka bengong.
"Iyaa, Kita gimana habis ini?"
"Sorry, Saya bener-bener nggak ngerti dengan maksud Mayang." Mayang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri kursi yang Aku duduki.
Tiba-tiba buluku dibuat merinding oleh Mayang saat bibirnya mendekati telingaku dan membisikkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah Aku duga sebelumnya.
"Saya akan muasin Bapak hari ini, dimanapun Bapak mau."
1891Please respect copyright.PENANAurFwC9gY9T
*****
1891Please respect copyright.PENANAcTu8lkS3wf
"AAAAARRGGHHTTT!!! FUCK ME RAMA!!! YEEEESSS FUCK ME !!"
Dengan posisi menungging seperti ini tubuh Mayang terlihat makin sexy, ditambah buliran keringatnya yang mengalir di seluruh tubuh membuatku semakin bertambah beringas menghajar lubang vaginanya dari belakang. Sudah hampir setengah jam aku menyetubuhi gadis cantik ini di ruang kerjaku, meja kerjaku sudah berantakan akibat kenakalan kami yang menjadikannya sebagai ranjang dadakan.
Referensiku yang begitu minim tentang tempat mesum aman di sore hari membuatku akhirnya membawa Mayang ke kantor untuk melepaskan nafsu birahi. Satu-satunya pertimbanganku untuk melakukan aktifitas sex di kantorku adalah suasana ruanganku yang terpisah jauh dari ruang kerja karyawan lain. Ya, ruang kerjaku terletak di lantai paling atas, hanya ada dua ruangan di situ, ruangan Om Yosh dan ruanganku. Kenyataan bahwa hari ini Om Yosh sedang berada di Jepang membuatku terpikir untuk menggunakan ruang kerja sebagai lokasi eksekusi.
Aku masih menggerakan pinggulku maju mundur, tanganku memegang erat pinggul Mayang yang menungging di depanku. Dua tangan Mayang memegang erat permukaan meja kerjaku agar tubuh rampingnya tak terhempas terlalu jauh saat penisku mengoyak-ngoyak isi vaginanya.
"Oooohhhhh ! Oooohhhh!! Yeesss!! Lebih keras Rama!! Fuck !!"
Aku semakin bersemangat menggenjot tubuh wanita itu dari belakang, gerakanku semakin cepat dan keras. Satu tanganku menjambak rambut Mayang dari belakang, membuat kepalanya terdongak ke atas. Ini adalah pengalaman pertamaku bercinta dengan seorang wanita, baru kali ini aku bisa mempraktekan adegan dalam porn movie yang terkadang aku tonton saat memiliki waktu senggang. Ternyata benar kata orang, praktek itu lebih mengasyikkan dibanding dengan hanya teori.
"Aaaaarrgghhhtttt!!!"
Aku mengerang kencang saat aku rasakan dorongan kuat dari batang penisku, seperti ada sesuatu yang harus segera aku semprotkan keluar. Segera aku cabut batang penisku dari dalam vagina Mayang, Aku mengocok sebentar batang penisku yang terasa lengket dan basah akibat cairan vagina Mayang. Sesaat kemudian tubuhku mengejang hebat saat dari ujung penisku menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke atas pantat Mayang yang masih berdiri menungging di depanku.
"AAAARRGGHHTTTT!!! AAARRGGHHHTTTT!!! "
Sekali lagi Aku berteriak kencang, ejakulasi pertamaku benar-benar membuat tubuhku merasakan sensasi yang luar biasa, sensasi yang sampai sekarang sulit aku gambarkan. Semprotan terakhirku pada tubuh Mayang membuat lututku sedikit gontai dan lemas, Aku rebahkan badanku pada sofa yang terletak di belakang tempatku berdiri. Tubuhku benar-benar lemas setelah menyemprotkan sperma, aku mencoba mengatur nafas yang tersenggal-senggal. 1891Please respect copyright.PENANA74JKLEJRxV
Mayang tiba-tiba membalikkan badannya, mata sipitnya menatapku dengan tatapan lucu, senyumnya kembali merekah saat melihat tubuhku yang lemas di atas sofa. Perlahan Mayang menghampiriku, sungguh wanita ini masih terlihat sangat cantik meskipun keringat telah membasahi tubuhnya. Mayang menjongkokan tubuhnya di hadapanku, Aku menatapnya dengan heran karena Aku tidak tau apalagi yang akan dia lakukan padaku.
"Aku bersihin ya." Katanya lembut.
Sebelum aku memberikan ijin, mulut Mayang sudah berada di dekat penisku yang masih mengeras, dia kembali mengulum penisku, menghisapnya dengan lembut, menyedot semua sisa sperma yang mungkin masih tersisa di dalam penisku. Mayang benar-benar membuatku bertambah lemas, tapi meskipun begitu hisapan mulutnya kembali membangkitkan gairahku untuk kembali bercinta, entah harus sampai berapa ronde lagi, tapi yang pasti Aku benar-benar ingin kembali melepaskan semua nafsu birahiku pada tubuh Mayang.
"Keras lagi nih." Goda Mayang sesaat setelah melepaskan batang penisku dari dalam mulutnya.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, tak menunggu lama Aku mengangkat tubuh Mayang, memangkunya dengan posisi saling berhadapan, Aku menciumi bibir ranum Mayang yang sedari tadi menjahili batang penisku, ciuman yang kemudian berlanjut pada ronde-ronde berikutnya. Sore itu dari dalam ruang kerjaku suara erangan dan teriakan saling bersahutan, Mayang benar-benar telah berhasil membangkitkan sisi lain dari dalam diriku, sisi liar tentang fantasy sex yang selama ini aku tahan dan aku pendam.
1891Please respect copyright.PENANAVy56V4xH3S
***
1891Please respect copyright.PENANAdDBCoS2zdO
FLASHBACK 2015
RAMA POV
Pengalamanku bercinta untuk pertama kali dengan Mayang ternyata seperti membuka beberapa sisi lain pandora dalam hidupku. Sex ternyata menjadi salah satu obsesiku, Aku ternyata satu dari beberapa orang yang dikategorikan sebagai maniak sex. Entah itu sebuah kelainan atau bukan, yang pasti nafsu sex ku sulit untuk bisa dibendung. Dalam satu hari Aku bisa bercinta lebih dari 8 ronde, baik itu dengan satu orang wanita atau mungkin lebih. Awalnya Aku begitu menikmati "rutinitas" baruku ini, bahkan menggemarinya. 1891Please respect copyright.PENANAQ4T4ui86V6
Berbagai macam situasi sex telah Aku coba untuk memuaskan semua hasrat fantasiku, threesome,foursome, sampai dengan orgy party sudah aku lakukan baik dengan orang sudah Aku kenal, maupun dengan orang-orang baru yang Aku temui di beberapa club malam. Berbagai macam tema sex juga telah Aku ciptakan untuk menumpahkan semua pikiran-pikiran mesum dalam otakku. Office affair, masterchef, workout sex, bahkan sampai dengan tema BDSM sudah Aku coba semua. Tapi dari semua keliaranku itu tak ada satupun yang bisa membuatku benar-benar puas, Aku merasa bahwa kecanduaanku terhadap sex sudah dalam taraf akut.
Kegemaranku terhadap sex ternyata mempengaruhi kinerjaku di kantor, Aku menjadi tidak terlalu fokus pada tugas yang diberikan oleh Om Yosh. Beberapa kali komplain rekan bisnis akibat kelalaianku diterima oleh bosku itu. Beberapa kali juga Om Yosh menegurku dengan keras, sempat juga amarah Om Yosh meluap karena Aku lupa menghadiri pertemuan penting saat masih asyik menggenjot tubuh Lina, sekretaris pribadi Om Yosh. Atau juga beberapa kali Aku lupa menyiapkan berkas penting karena asyik menerima serviz blowjob dari therapis plus-plus langgananku. Kecanduanku terhadap sex benar-benar membuat karierku sempat berada di ujung tanduk. Tapi ternyata kegemaranku ini justru membuka pintu lain dalam perjalanan hidupku, semua itu terjadi karena orang yang sama, Om Yosh.
Pada suatu malam di bulan Maret 2015, Om Yosh menyuruhku untuk menemuinya di sebuah klub malam di daerah Kemang. Sempat terpikir mungkin ini merupakan pertemuan terakhirku dengan Om Yosh karena beliau akan memecatku sebagai karyawannya, Aku merasa telah mengecewakan kepercayaannya. Meskipun demikian, malam itu Aku sudah siap dengan segala macam kemungkinan buruk yang akan terjadi , pantang buatku untuk lari dari tanggung jawab.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam saat Aku sampai di depan klub yang dimaksud oleh Om Yosh, dari luar terdengar dentuman musik yang begitu keras, biasanya Aku akan bersemangat saat memasuki klub malam, tapi tidak untuk malam itu. Suasana klub itu sudah begitu ramai di dalam, Aku mencoba menerobos kerumunan muda mudi Jakarta yang menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan music dari DJ yang sudah aku hapal wajahnya. Aku melangkahkan kakiku ke arah meja bar, maksudku untuk menanyakan keberadaan Om Yosh pada bartender.
"Liat Om Yosh?!" Tanyaku dengan sedikit berteriak pada salah satu bartender yang sedang asyik meracik minuman.
"Hah?! Siapa?!!" Tanyanya dengan nada yang tak kalah tinggi dari suara musik yang memekakkan telinga.
"Om Yosh!!" Teriakku kembali.
Tanpa menjawab bartender itu menunjuk ke salah satu privat room di lantai dua, pandanganku tertuju pada arah jari bartender tersebut, mencoba mencari posisi persis privat room yang dimaksud. Setelah benar-benar yakin dengan petunjuk yang Aku terima, langsung Aku langkahkan kakiku menuju lantai dua klub ini, kembali aku terjebak kerumunan orang-orang yang ayik berjoget di atas floor club, dengan susah payah akhirnya Aku sampai juga di depan pintu romm privat, ruangan yang ditunjuk oleh bartender tadi. Belum sempat Aku mengetuk pintu, seseorang dari dalam ruangan membukakan pintu untukku.
Aku pun masuk ke dalam ruangan itu, dan kejutan malam itu benar-benar membuatku tercengang. Di dalam ruangan itu tengah berlangsung orgy party, pesta sex brutal terdiri dari 5 wanita dan 8 pria. Aku melihat Om Yosh hanya duduk menyaksikan berbagai adegan sex berlangsung di depannya, raut wajahnya begitu tenang, sesekali bibirnya tersenyum melihat tingkah wanita yang berteriak keenakan akibat menikmati hantaman penis yang mengoyak lubang vaginannya. Aku sendiri masih berdiri mematung, keterkejutanku membuat sendi-sendi lututku sulit untuk digerakkan.
"Hei Rama!!! Ayo sini duduk!" Teriak Om Yosh saat melihat kehadiranku. Tanpa menjawab Aku langsung menempati sofa tepat disamping Om Yosh, sementara mataku masih menatap heran adegan pesta sex yang terlihat di depan mata kepalaku.
"Kamu mau gabung?" Tanya Om Yosh menyadarkanku yang masih melongo melihat satu orang wanita melayani tiga orang pria.
"Oh,Eh....Eng..Enggak Pak, terimakasih" Jawabku dengan gugup, jawaban yang sama sekali bertolak belakang dengan pikiran bawah sadarku yang sudah mulai terbakar birahi.
"Hahahahaaahha ! Hahahahhahahahah !!" Tiba-tiba om Yosh tertawa terbahak-bahak setelah mendengar jawabanku barusan. Aku menatap pria itu dengan tampang bloon, tampang orang yang kebingungan, menerka sesuatu yang sama sekali tidak pernah dibayangkan.
"Ayo ikut Aku dulu sebentar" Om Yosh berdiri dari tempat duduknya, melangkahkan kaki keluar dari room privat itu. Aku mengikutinya dari belakang seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Kami berdua masuk ke dalam lift yang terletak di samping room privat, Aku lihat Om Yosh memencet tombol angka 7, lantai paling atas di klub ini, Aku hanya terdiam di dalam lift. Tak sampai 5 menit kami sudah sampai di lantai 7 klub, tak ada apa-apa di lantai paling atas tersebut karena lantai 7 adalah balkon, yang terlihat hanya hamparan langit malam dan kelap-kelip lampu Jakarta.
"Rama, Kamu suka sex?" Tanya Om Yosh tiba-tiba.
"Maksudnya Pak?"
"Iya, maksudku apa Kamu suka dengan kegiatan sex?"
"Sebagai laki-laki normal tentu saja Saya suka Pak." Jawabku dengan hati-hati, Aku sudah mulai bisa menerka arah pembicaraan ini.
"Seberapa kuat Kamu bisa melakukan kegiatan sex?"
"Hah? Maksud Bapak apa menanyakan hal ini kepada Saya?" Jujur saja menghadapi pertanyaan tentang rutinitas sex dari seorang pria membuat Aku dan mungkin beberapa pria lain diluar sana terasa tidak nyaman.
"Hahahahahahahah ! Please jangan salah paham dulu Rama."
"Saya benar-benar tidak mengerti maksud pertanyaan Bapak barusan." Kataku, kali ini dengan nada tegas, memberi tanda pada Om Yosh jika Aku merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang dia ajukan.
"Aku sudah tau semuanya Rama. Bagaimana kehidupan sex mu yang tidak terkontrol, semua pesta-pesta sex, affairmu dengan beberapa wanita di kantor, Aku juga telah menyadari karena kebiasaan itu berdampak buruk pada kinerjamu." Aku mendengarkan dengan seksama tiap detail ucapan Om Yosh, Aku semakin yakin bahwa malam ini Aku akan dipecat.
"Jadi bagaimana menurutmu Rama?" Tanya Om Yosh.
"Saya siap menerima semua keputusan Bapak pada karier Saya, Saya juga menyadari bahwa akhir-akhir ini kinerja Saya menurun dan Saya siap bertanggung jawab atas hal itu."
"Rama..Rama...Aku sudah menduga Kau akan menjawab seperti itu." Aku kembali tertegun mendengar ucapan Om Yosh, Aku kembali dibuat menerka-nerka maksud ucapan pria itu.
"Begini Rama, jika Kau mau, Aku punya satu tawaran pekerjaan yang sangat menarik. Bahkan dengan pekerjaan ini Kau akan mendapatkan uang yang lebih banyak, dan yang lebih penting hobi sex mu juga akan terfasilitasi."
"Pekerjaan apa yang Bapak maksudkan?" Tanyaku dengan muka heran.
"Gigolo."
1891Please respect copyright.PENANAgVZn7OaEFK
BERSAMBUNG
Cerita "RAMA" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI1891Please respect copyright.PENANA2hk0oYD2LS