1 HARI KEMUDIAN
1370Please respect copyright.PENANApITT8bjFZz
Tak seperti biasanya, Andi pulang ke rumah dengan mengendarai sebuah mobil. Ima yang kebetulan sedang menyapu teras rumah juga nampak terkejut saat suaminya muncul dari dalam mobil itu. Wanita berparas cantik itu bergegas membukakan pintu pagar, menyambut kedatangan suaminya setelah dinas luar kota. Andi tersenyum melihat istrinya, memeluknya sesaat untuk melepas kerinduan, melupakan sesaat gelora perasaannya pada Bu Yasmin.
"Mobil siapa itu Mas?" Tanya Ima.
"Mobil kantor Dek, Aku sekarang bisa make mobil ini buat operasional. Ya, itu salah satu fasilitas yang Aku dapatkan setelah naik jabatan dan sukses menjalankan tugas luar kota kemarin." Jawab Andi antusias mengabarkan berita bahagia itu.
Satu hal yang disembunyikan oleh Andi adalah mobil yang dibawanya pulang bukanlah murni karena hasil kerja kerasnya sebagai seorang karyawan perusahaan, tapi lebih karena "niat baik" Bu Yasmin yang memberikan kuasa padanya menikmati fasilitas kantor.
Semua terjadi tentu adalah karena hubungan terlarang mereka berdua di luar jam kantor. Bu Yasmin memberikan mobil kantor pada Andi sebagai balas jasa karena sudah bisa memuaskan libidonya selama perjalanan dinas beberapa hari terakhir.
"Oooo..gitu, selamat ya Mas. Aku ikut seneng dengernya."
"Eh ya Dek, Pakdhe Wongso ada?" Senyum Ima seketika memudar saat suaminya menyebut nama Wongso.
Ima belum bisa melupakan bagaimana kebiadaban pria tua itu kemarin malam saat dengan sengaja membiarkan dua pria asing menyetubuhinya nyaris semalam suntuk. Ima dijadikan budak sex oleh Anwar dan Rocky, digilir secara brutal hingga membuat seluruh bagian tubuhnya bak sasak hidup bagi kebrutalan birahi dua begundal itu.
Tentu Ima tak mungkin menceritakan hal itu pada suaminya, ketakutannya pada intimidasi Wongso sudah menguasai dirinya, sama sekali tak tersisa sedikitpun keberanian untuk mengungkap kebejatan pria tua itu.
"Ada di dalam, sedang nonton TV." Jawab Ima pelan.
"Kalian nggak ada masalah kan?" Tanya Andi ketika melihat perubahan raut wajah Ima secara tiba-tiba.
"Nggak ada Mas, semua baik-baik saja." Jawab Ima menyembunyikan segala kegundahan hatinya semenjak kedatangan Wongso. Pasangan suami istri itu lalu melangkah masuk ke dalam rumah, di ruang TV nampak Wongso duduk santai melihat tayangan berita.
"Andi! Walah, makin gagah Kamu Le!" Pekik pria tua itu saat melihat kedatangan Andi, keduanya lalu berpelukan erat.
Ima memandang acuh semua sandiwara yang tengah diperlihatkan oleh Wongso di hadapan suaminya, jika saja dia mempunyai keberanian, mungkin detik ini juga dia akan meludahi seringai mesum pria tua itu.
"Gimana kerjaanmu Le? Lancar?" Cerca Wongso setelah melepas pelukannya.
"Lancar kok Pakdhe, semuanya sudah beres."
"Bagus! Bagus! Kamu memang selalu bisa diandalkan! Pakdhe bangga sama Kamu Le, punya pekerjaan mapan dan tentu saja istri yang cantik. Nggak rugi Pakdhe ngrawat Kamu sejak kecil." Ujar Wongso sambil melirik genit Ima yang berada di samping Andi.
"Ah, Pakdhe bisa aja!"
"Lebih baik Mas sekarang bersih-bersih badan dulu, udah mau magrib." Potong Ima, dia semakin jengah jika berlama-lama berdekatan dengan Wongso.
"Aku ke atas dulu ya Pakdhe, mau mandi dulu. Nanti kita makan malam bareng."
"Iya..Iya..Hehehehe." Ujar wongso sambil menepuk-nepuk pundak keponakannya itu.
Andi melangkah menuju kamarnya di lantai dua diikuti oleh Ima, tanpa sepengetahuan Andi tiba-tiba tangan jahil Wongso meremas bongkahan pantat istrinya dari belakang. Sontak hal itu membuat Ima terkejut, beruntung dia tak sampai berteriak, hanya memberikan tatapan tajam pada senyum mesum pria tua bejat itu.
1370Please respect copyright.PENANA1IWFS7spb9
***
1370Please respect copyright.PENANAeSapZjQEQd
Ranjang terlihat tampak bergerak-gerak mengeluarkan suara berdecit, membalas sapa suara gemerisik daun yang terhembus angin dan gemercik hujan yang turun membasahi bumi. Di bawah ranjang itu teronggok bra berenda warna hazzel. Tak jauh dari situ, celana dalam mini yang lebih menyerupai thong warna senada dengan bra juga tergeletak begitu saja menemani celana kolor hitam pencil yang tertutup sebuah daster tipis berbahan satin.
"Ummppfhhh!!"
Lenguhan binal yang tertahan terdengar samar. Di atas kasur empuk itu terlihat Ima dengan tubuh padat berisi, berkulit kuning langsat, telanjang, dan sedang beraksi meliuk-liuk erotis diatas tubuh suaminya yang sedang telentang, juga dalam keadaan telanjang. Kedua tangannya lurus di atas kepala, kadang siku tangan menekuk dan kedua telapak tangannya mengacak-acak kepalanya sendiri dengan gerakan sensual sembari mengeluarkan desisan nikmat.
Sesekali dia mendongakkan kepala ke atas dan mengibaskan rambutnya ke kanan dan ke kiri, sebagai bentuk ekspresi kenikmatan yang sedang menyusup ke dalam setiap aliran darah dan setiap sumsum tulangnya. Punggung wanita cantik itu terlihat mulus dan licin, mengkilat karena keringat yang di keluarkan melalui pori-pori kulit tubuhnya.
Tubuh bugil tanpa selembar benang itu bergoyang semakin hot dan bertambah erotis, ketika batang penis yang sedang dikendarainya semakin menancap jauh ke dalam vagina dengan bulu tipis yang di cukur rapi membentuk segitiga di atas belahan liang senggama miliknya.
"Sshhhh!! . . Oughh! Aaakhhh!!"
Lenguh Ima terdengar nyaring, tapi entah kenapa isi kepalanya saat ini justru dipenuhi bayangan wajah mesum Wongso? Sejak awal sesi persetubuhannya dengan Andi bayang-bayang wajah pria tua itu justru yang tergambar jelas dalam benak Ima. Alih-alih meneguk kenikmatan berbalut kerinduan setelah beberapa hari ditinggal pergi sang suami tapi malah sosok Wongsolah yang dibayangkan Ima menyetubuhinya saat ini.
Andi tak bisa bercinta seliar dan sekasar Wongso, suaminya itu selalu bersikap lembut pada tubuhnya. Ima merasa hambar, ada kekosongan yang dia ingin tambahkan dalam pergelutan birahi dan itu hanya bisa dia dapatkan dari Wongso.
Kedua telapak tangan Andi meremas pinggul sang istri yang masih saja tiada henti bergerak liar bak mesin bor yang melubangi kerasnya aspal. Diusapnya pinggang ramping itu perlahan ke atas, sampai kedua jempolnya menyentuh dinding payudara berkulit mulus yang padat di bagian luar. Seiring remasan di kedua buah buntalan payudaranya, Ima langsung mencondongkan tubuh ke belakang dengan kedua tangan lurus ke belakang bertopang pada lutut suaminya.
Gerakan pinggul yang tadinya berupa goyang memutar berubah menjadi maju mundur dengan frekwensi cepat. Wajah tirus berhias bibir sensual itu memerah menahan letupan gairah. Nakal dan menggoda.
Tapi itu juga tak cukup untuk Andi, pria berkaca mata minus itu justru mendambakan kebinalan dari Bu Yasmin. Beberapa hari menghabiskan waktu penuh letupan birahi dengan janda semok tersebut ternyata memberi kesan mendalam dan sulit dilupakan oleh Andi. Ima memang berusaha keras untuk memacu nafsunya, jauh berbeda dari biasanya, istrinya itu nampak berusaha untuk terus mendominasi permainan, menunggangi Andi penuh hasrat.
Tapi, sekali lagi itu jauh berbeda dengan apa yang pernah dilakukan Bu Yasmin pada Andi. Bu Yasmin melakukan terlihat begitu natural dalam melampiaskan birahi, jauh dari kesan kepura-puraan, jauh dari kesan hanya untuk sekedar melaksanakan kewajiban saja.
"Ouughh!! Enak Mas kontolmu!!!" Rengek mesum Ima sambil memejamkan mata, masih dengan pinggul yang terus merajam penis dengan gerakan maju mundur.
Andi segera menegakkan tubuhnya, untuk memburu buah dada sekel yang terlonjak-lonjak karena gerakan erotis. Sepasang payudara ranum yang berhiaskan puting warna cokelat terang tampak sudah mengacung keras, menandakan gairah istrinya semakin tinggi. Tak berapa lama, puting itu pun sudah terperangkap dan terkulum nikmat di dalam mulut. Terbelit lembut oleh lidah nakal sang suami yang sekarang mulai menguasi, menjilati, dan menyentil sepasang puting imut tersebut menggunakan ujung lidah. Melihat itu, Ima langsung melingkarkan kedua tangan ke leher belakang suaminya lalu menekan kepala belakangnya hingga membuat wajah Andi terbenam dan menempel erat pada bongkahan payudara.
"Gi.. gigithh putingku Mas..Uughhh!! Sshhh yesshh!!" Ucap Ima memberikan instruksi.
Ya, Ima ingin mendapat perlakuan kasar dari suaminya, seperti halnya yang telah dilakukan pada Wongso beberapa hari ini. Gerakan pinggul yang tadinya maju mundur, sekarang menjadi gerakan spiral naik turun mengurut-urut penis berurat milik suaminya. Andi menatap heran wajah istrinya, benaknya bertanya-tanya kenapa Ima tiba-tiba bisa sebinal ini? Pria itu berusaha mengimbangi permainan dengan menuruti perintah istrinya.
"Ummppffhhh!!.. Aaakhh!" Pekik lirih yang terdengar manja dari Ima, ketika buah dadanya yang kenyal menggairahkan tercupang berkali-kali oleh gigitan nakal dari mulut Andi.
"Ohh!! Iya sayang! Iya!"
Otomatis batang penis yang sedang dan masih dalam keadaan tertawan kehangatan liang vagina itu terpelintir kuat-kuat. Sekarang,Ima sudah memunggungi suaminya, dengan masih tak henti-hentinya menggoyang, memaju-mundurkan, dan menaik-turunkan pinggulnya untuk menciptakan dan memberikan rasa nikmat terus menerus tanpa putus tiada henti.
Dengan gerakan perlahan, Andi mulai memposisikan tubuh istrinya agar merunduk dan merangkak untuk melakukan doggystyle. Suara hantaman batang penis merajam di dalam celah liang vagina yang sekarang tampak terlihat semakin memerah karena bergesekan terus-menerus dengan kulit pembungkus batang penis.
"Aaaakhhh!!!"
Lenguh nikmat mereka berdua bersahut-sahutan bagai irama orkestra, tatkala gerakan mengocok Andi semakin cepat dan bertambah cepat. Wajah Ima makin memerah karena kobaran gairah yang terus melandanya, wanita cantik itu merasakan vaginanya mulai berkedut-kedut, meremas, dan menyedot penis yang masih terus saja menghunjam dan menjajah liang peranakan miliknya. Ima langsung menegakkan tubuh telanjangnya ke atas lalu menolehkan kepalanya ke belakang untuk melakukan hot deep kiss, 99style berlangsung, dengan kedua tangannya yang melingkar di leher Andi.
Kedua tangan Andi pun serta merta langsung bergerilya, meremas, mengurut-urut bongkahan buah dada sang istri yang terpental-pental. Tak lupa puting yang menghiasi sepasang payudara ranum itu juga kena pilinan lembut.
Bunyi suara benturan pangkal penis yang menghantam pantat bulat semok terdengar jelas. Urat syaraf mereka sudah terpenuhi oleh pancaran gelombang penuh nikmat. 20 menit sudah berlangsung, dan...
"Mas!! Acchhh!" Rengek Ima menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam tubuhnya. Untuk kesekian kalinya dia membayangkan wajah Wongso yang sedang menyetubuhinya penuh hasrat.
"Ayo keluarin Dek!!" Ujar Andi seraya tetap menghunjamkan semakin cepat batang penis sedalam-dalamnya membelah vagina yang terlihat mencengkeram penis dengan erat.
"I'm cummingggg!!! Oughhh yeeshhh!! Aaakhhh!! Uuhhhff!!!" Teriak Ima melepaskan gairah binal yang sejak tadi bersemayam dalam tubuh.
Dia menggigit bibirnya sendiri, ketika tubuhnya menggelinjang tergodam badai orgasme. Kedua telapak tangannya menancapkan kuku-kuku di paha belakang sang suami, yang tetep tidak mau berhenti menusukkan batang kejantanannya, ketika Ima sedang mengalami puncak klimaks. Andi, ingin lebih, seperti halnya yang telah diberikan oleh Bu Yasmin beberapa malam lalu. Hingga pada satu waktu badai kenikmatan itu menerpa tubuhnya.
Ditariknya batang penis yang sedang menyumpal vagina. Ima pun langsung berbalik arah menghadap penis yang siap memuntahkan lahar panas, dengan memasang tampang binal yang sangat menggoda.
"Ooohhhh!! Aku Keelll.. Uuaarghhh!! Aaargghhh!! Mmmphhfff!" Teriak Andi sambil nyemburkan cairan sperma ke arah mulut yang menganga dengan lidah terjulur keluar milik istrinya.
Cairan sperma kental itu muncrat membasahi wajah dan sepasang buah dada milik Ima. Setelah semburan sperma berhenti, gadis berkulit kuning langsat itu langsung mengulum batang penis yang tampak basah, hingga bersih mengkilat. Andi tak menduga jika Ima mau melakukannya, karena selama ini istrinya itu paling anti dengan aroma bahkan rasa dari sperma. Tapi malam ini dia berbeda, lebih binal dan sangat liar.
Mereka lemas sesaat, dengan nafas terengah-engah kekurangan oksigen. Setelah semuanya kembali normal, Ima langsung bangkit dari atas ranjang kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan sebagian besar ceceran sperma milik Andi dari tubuhnya. Di bali pintu kamar, tanpa mereka ketahui sedari tadi Wongso mengintip persetubuhan itu dari lubang kunci. Wongso tersenyum licik, menyadari perubahan sikap istri keponakannya yang mendadak berubah menjadi sangat binal.
1370Please respect copyright.PENANAKMrWJGctDk
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.19da2