
“Aahh? Ini Farisha pacar anaknya Tante yaa? Yaa ampun cantik sekali kamu sayaang. Rangga hebat yaa milih pacar kaya kamu,” kata Tante Melinda. Saat aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu. Aku merasa kaget, akan sambutan dia yang hangat.
Tante Melinda adalah sosok wanita yang terlihat sederhana namun sangat berwibawa. Dia punya wajah yang sangat cantik, dan ketika melihat Tante Melinda. Aku langsung paham bahwa ketampanan Rangga itu mengikuti ibunya. Dia cantik bukan main.
Bahkan Tante Melinda, kecantikannya bisa diadu dan disandingkan dengan Rahma. Meski usianya saat itu sudah 42 tahun. Yaa di saat usia kami masih 18 tahun, usia Tante Melinda masih 42 tahun. Dia masih muda, cantik, dan juga terlihat begitu segar energic.
“I-Iyaa, Tante. Salam kenal aku Farisha, aku pacarnya Rangga. Kami udah pacaran sekitar 1,5 bulan ini. Terima kasih Tante sudah merestui hubungan saya dengan Rangga,” kataku yang salim mencium tangannya. Dia saat itu duduk dan mengelus kepalaku lembut.
Tante Melinda pun mencium keningku, dan dia memintaku untuk duduk di sebelahnya. “Sini duduk, sayaang. Syukur lah akhirnya anak Tante punya pacar, hahaha. Soalnya Rangga itu yaa dari kecil gak pernah pacaran. Dia gak pernah punya pacar loh.”
Aku mengangguk pelan, dan aku mengakui kebenaran itu. Rangga memang belum pernah pacaran sebelum sama aku. “Iyaa Tante, hehehe. Padahal wajahnya Rangga ganteng banget yaa Tante. Banyak perempuan yang suka dan deketin. Aku beruntung banget, Tan.”
“Rangga juga beruntung punya kamu, Farisha. Kalo Tante mah yang penting kamu baik, sayang sama Rangga. Mau dari keluarga apa pasti Tante dukung yaa. Pilihan Rangga seperti apa akan Tante restui,” jawab Tante Melinda. Dia terlihat sayang sama Rangga.
Dari sini aku mulai paham masalah keluarga Rangga. Ternyata Rangga itu anak kesayangannya Tante Melinda. Dia anak kesayangan, dan juga Tante Melinda cukup sering mendiskriminasi Randian. Meski begitu Randian keliatan gak terlalu peduli dengan hal itu.
Rangga terlihat cukup dekat dengan ibunya. Meski di sisi yang sama, Rangga juga keliatan cuek akan kasih sayang ibunya itu. Tapi meski Rangga keliatan cuek, Tante Melinda keliatan banget sangat mencintai Rangga sebagai anaknya. Dan aku bisa melihat jelas itu.
“Terima kasih, Tante. Aku jadi terbang dipuji seperti ini hehehe. Tante baru pulang kerja yaa? Gimana kerjaannya hari ini? Kalo boleh tau Tante kerja apa yaa?” tanya aku yang mencoba mendekatkan diri dengan Tante Melinda. Dan dia memang mudah sekali didekati.
Tante Melinda itu sangat ramah, penyayang, dan bisa dengan mudah menerima orang lain. “Tante kerja di perusahaan budidaya dan pengembangan tanaman dan hutan. Posisi Tante di sana sebagai CEO, itu nanti kalo Tante udah pensiun. Rangga yang lanjutin.”
Rangga langsung merespon perkataan ibunya. Dia menolak untuk meneruskan perusahaan yang dikembangkan ibunya itu. “Heleeh, aku gak mau kerja di perusahaan Mama lah. Lagian nanti jadi bahan rebutan sama Randian. Aku kerja cari sendiri aja nanti.”
“Iyaa ngapain juga kamu cari sendiri, sayaang? Sedangkan posisi kamu aja udah disiapin sama Mama. Kamu nanti kerja langsung jadi bos besar loh. Menggantikan posisi Mama,” kata Tante Melinda kepada anaknya. Rangga memang seorang pewaris saat itu.
“Aku gak ngerti apa-apa tentang budidaya tanaman atau apa lah itu. Aku lebih suka IT dan teknologi. Jadi Mama mendingan pilih Randian aja buat gantiin posisi Mama,” balas Rangga yang kembali menolak mentah-mentah. Iyaa, Rangga waktu itu menolak keras sih.
Tante Melinda sampai menghela nafas panjang, dan kemudian dia menjawab. “Iyaudah biarin aja, Farisha. Rangga sudah menolak Mama ratusan kali untuk posisi ini. Dari dia masih kecil umur 10 tahun, sampai sekarang dia masih menolak. Nanti juga diambil ya.”
Aku pun tertawa kecil mendengar pertengkaran antara ibu dan anak. Iyaa ini hanya pertengkaran kecil sih. “Iyaa, Tante. Nanti kalo aku udah jadi istrinya Rangga. Aku bakal bantu Tante merayu Rangga. Untuk mau menggantikan posisi Tante sebagai CEO di sana.”
“Okee, siaap! Janji yaa kamu mau bantuin Tante yaa. Karena kalo bukan Rangga yang nerusin yaa siapa lagi? Kan anak pertama Tante cuma Rangga. Mama sudah menyiapkan segalanya untuk anak kesayangan Mama itu,” jawab Tante Melinda sambil merangkul aku.
Dengan mudahnya aku dan Tante Melinda berbincang begitu akrab. Sampai gak terasa waktu sudah begitu larut. Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Awalnya aku mau minta pulang. Tapi Tante Melinda menyuruh aku untuk menginap di rumah mereka.
“Waahh, gak berasa yaa ngobrol sama kamu udah jam 10 aja. Farisha nginep yaa di rumah Tante? Tidur berdua di kamar Rangga gak apa-apa. Biar nyenyak tidurnya sambil pelukan hahaha. Kamu izin dulu sama orang tua kamu,” kata Tante Melinda kepada aku.
Aku sejujurnya gak mau nginep waktu itu, tapi karena Tante Melinda maksa nginep. Iyaudah aku akhirnya mengalah sama dia. “A-Aku coba telfon orang tua aku dulu yaa, Tante. Kalo ibu aku bolehin, maka aku malam ini nginep. Kalo gak boleh aku izin pulang Tante.”
Dan ketika aku menelfon ibuku, dengan senang hati mereka mengizinkan aku untuk menginap di sana. Iyaudah, akhirnya aku memutuskan untuk menginap di rumah Rangga. Bahkan saking baiknya Tante Melinda sama aku. Pas memutuskan untuk menginap di sini.
Dia tiba-tiba menghampiri aku dan ngasih aku uang 100 ribuan 30 lembar. Gilaa banyak banget, ini uang buat apa yaa? “Kamu temenin Rangga yaa di kamar. Ini Tante ada uang jajan buat kamu. Segini cukup gak sayaang buat uang jajan kamu satu bulan nanti?”
“I-Ini buat apa yaa, Tante? Kok banyak banget? Tiba-tiba aku dikasih uang 3 juta begini? Tante ngasih ini dalam rangka apa yaa?” tanyaku kepada Tante Melinda. Sumpah bahkan Tante Melinda itu jauh lebih royal ketimbang Rangga. Dia tiba-tiba ngasih duit gede.
“Ini sebagai bentuk terima kasih Tante ke kamu. Karena kamu sudah membuat Rangga bahagia dan gak kesepian lagi. Tante itu merasa lega dan senang. Ada wanita yang dengan tulus mencintai dia,” kata Tante Melinda. Jadi ini uang untuk rasa terima kasih?
Aku pun berusaha mengembalikannya, karena aku gak butuh uang untuk mencintai Rangga. “Tante, maaf ini kayanya berlebihan. Aku mencintai Rangga tidak mengharapkan uang seperti ini. Aku bukan bermaksud menolak. Tapi aku gak mau cinta aku diuangkan.”
Tante Melinda keliatan kaget, dan dia tetap memaksa aku untuk menerima uang itu. “Ohh, enggak sayaang. Ini bukan untuk membayar cinta kamu ke Rangga. Ini sebagai bentuk kasih sayang Tante ke kamu. Karena mulai sekarang, kamu juga anak Tante. Bener kan?”3861Please respect copyright.PENANAfvNKkmsQnJ
3861Please respect copyright.PENANAVckJpFXlhi