
Aku terus memperhatikan Tante Melinda dan Pak Azka beradu kelamin. Dan sejujurnya entah kenapa saat itu aku ada rasa cemburu. Kenapa dia malah memasukkan kontolnya ke memek wanita lain? Setelah dia dua minggu lalu mengaduk-ngaduk vaginaku?
Sekarang dia menyetubuhi dan menggenjot lubang vagina ibunya Rangga. Dan kenapa juga Tante Melinda mau disetubuhi oleh Pak Azka? Apa karena biar papanya Rangga gak tau kalo Rangga bukan anaknya? Atau sebenernya Tante Melinda juga punya perasaan?
Entah kenapa dari persetubuhan mereka, aku merasa Tante Melinda memiliki hubungan khusus yang rumit dengan Pak Azka. Hubungan percintaan, aku yakin Tante Melinda pasti mencintai Pak Azka. Namun dia tak mau mengakuinya, karena ada cinta lain.
Cinta lain yang lebih besar ketimbang cintanya kepada Pak Azka. Dan sosok cinta itu adalah Pak Arfian. Dan Pak Azka cemburu kepada Tante Melinda. Aku bahkan bisa merasakan rasa cinta yang besar dari Pak Azka kepada Tante Melinda. Ada cinta segitiga.
Jika memang dia mencintai pria bernama Arfian, yang bahkan dia bilang cinta sejati. Tapi dari perbincangan mereka berdua, sepertinya ibunya Angga menikah dengan suaminya yang sekarang. Karena dipaksa dari keluarga besarnya, aku kaget dan tersentak bukan main.
Seorang wanita berpendidikan tinggi, yang karirnya gemilang sampai bisa membangun perusahaan. Ternyata bisa hamil anak dari pria lain? Aku yang saat itu masih belum mengetahui betapa hitamnya hidup ini. Kaget setengah mati, ketika tau hal ini loh.
Karena wanita seperti Tante Melinda, yang mandiri dan seorang CEO di perusahaan besar. Dia rela hamil anak kekasih tercintanya, dan menikah dengan papanya Rangga yang sekarang. Meski aku gak tau maksud dan tujuannya apa. Padahal Tante Melinda saat itu ya.
Dia keliatan kuat dan berwibawa banget, dia keliatan kaya wanita mandiri yang gak butuh suami. Apa karena Tante Melinda juga binal? Tapi menurutku enggak, pasti ada kejadian yang gak aku ketahui. Pikiran aku jadi bergerak kemana-mana karena ngeliat ini.
“A-Aku sudah mengikuti segala keinginan kamu! Hanya pernikahan yang tidak bisa aku wujudkan! Memangnya untuk apa pernikahan. Jika kamu tetap bisa menikmati tubuhku tanpa menikah? Aahhh… Aaahhh… Aaahhh,” jawab ibunya Rangga yang menuruti Pak Azka.
“Aku ingin kamu terus jadi budak seksualku. Seumur hidup, sampai kita berdua tua. Aku tidak ingin percintaan kita. Diganggu oleh suami dan kedua anakmu. Setidaknya mari pergi bersamaku ke suatu tempat selama satu bulan. Bagaimana?” tanya Pak Azka kala itu.
Ibunya Angga menggeleng, dia menolak dengan tegas permintaan Pak Azka. “Aaaahhh! Aaahhh! Aaahhh! Aku menolaak! Aku gak ingin meninggalkan Rangga terlalu lama! Aku mau orgasme, Azkaa! Le—Lepas penis kamu ini! Aku mau keluaar! Aaahhh!!”
Pak Azka tiba-tiba memukuli pantat ibunya Rangga lagi. Tapi yang aku lihat, ibunya Rangga justru malah terlihat semakin berhasrat. Setelahnya tidak ada perbincangan berarti di antara mereka berdua. Dan persetubuhan itu, berakhir dengan keluar di dalam vagina.
Pak Azka mengeluarkan spermanya yang melimpah itu. Tepat di dalam vagina Tante Melinda. Dan ketika Pak Azka mencabut kontolnya dari memek Tante Melinda. Aku melihat cairan sperma Pak Azka mengalir keluar dari vagina Tante Melinda begitu banyak.
Wajahku memerah, hatiku terasa panas, aku merasa sangat cemburu. Laki-laki yang dua minggu lalu membuat aku jatuh cinta. Dengan mengobok-ngobok lubang vaginaku dengan begitu hebatnya. Kini dia memuntahkan spermanya ke rahim wanita selain aku!
Tak terasa air mataku menetes, dan aku mulai menyadari. Bahwa hanya dalam satu kali dientot saja. Aku sudah jatuh cinta dengan Pak Azka. Aku saat itu langsung masuk ke dalam kamar lagi. Dengan penuh amarah dan juga rasa takut, aku menangis di dalam kamar.
Aku marah karena pria yang aku sayangi menyetubuhi wanita lain. Bahkan sampai memuntahkan cairan spermanya ke dalam wanita lain itu. Aku harus menemuinya, aku harus protes dan memarahinya. Hatiku bener-bener terasa sakit dan gak bisa terima juga.
Di sisi lain aku merasa takut, karena cepat atau lambat aku pasti akan terlibat dalam permasalahan keluarga Rangga yang begitu rumit. Cepat atau lambat, aku pasti akan masuk ke dalam lingkaran mengerikan ini. Hanya tinggal menunggu waktu sampai semua meledak.
Dan keesokan paginya aku terbangun, dan Pak Azka sudah gak ada di rumah. Aku diajak sarapan di meja makan, bersama Rangga, Randian, papa Rangga, dan ibunya Rangga. Semua terlihat normal saja. Ibunya Rangga bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Dia membantu dua pembantunya, menyiapkan makanan untuk suami dan kedua anaknya. Sementara hatiku masih merasa jengkel sama dia. “Hari ini, Mama bakal pulang lebih larut. Papa juga mau ikut ke kantor, soalnya butuh bantuan papa untuk kerjaan ya.”
“Mama harap kalian berdua yang akur di rumah. Randi kamu jangan main game terus. Sesekali olahraga, mata kamu itu udah minus 5,5. Contoh Kak Rangga yang rajin gerak dan beraktivitas di luar,” lanjut ibunya Angga yang menasehati Randian di depanku saat itu.
Rangga dan Randian mengangguk bersamaan, iyaa kaya mereka dengerin aja apa perkataan orang tuanya. Tapi mereka gak ngomong apa-apa, cuma ngangguk aja udah. “Farisha, hari ini kan hari sabtu. Kalian libur sekolah, Tante titip rumah yaa. Tolong mereka diawasin.”
Aku mengangguk pelan dan menerima pesan yang dititipkan ibu Rangga kepadaku. “I-Iyaa, Tante. Aku kemungkinan akan seharian di sini sampai malam. Tapi gak tau kalo nanti Rangga ngajak aku jalan-jalan. Tapi selama di rumah, aku akan coba awasin mereka kok.”
Papanya Rangga ketawa, dia terlihat geli melihat kedua anaknya itu punya pengawas baru. “Hahaha, mereka berdua ini suka berantakin rumah. Marahin aja, Farisha. Kalo perlu getok kepalanya, Randian juga cabuut dan umperin PSnya. Jangan dibiarin main game.”
“Hehehe, iya Om. Aku akan tegur Randi kalo dia main PS kelamaan,” jawabku ke dia. Dilakuin apa enggaknya mah masalah nanti. Dan akhirnya setelah sarapan mereka berdua pergi ke kantor. Aku pun gak ngapa-ngapain, cuma main hp berduaan di kamar Rangga.
Tadi pagi aku sama Rangga udah ngentot 2 ronde. Gara-gara ngeliat Pak Azka ngentotin Tante Melinda. Aku jadi sange berat pagi harinya, dan waktu main sama Rangga. Aku ngebayangin seolah aku lagi dientot sama Pak Azka. Dan bikin aku muncrat banyak.
Aku bener-bener puas rasanya. Dan aku udah gak tau mau ngapain. Ada kalanya aku dan Rangga berada di posisi kaya gini. Tapi pagi itu, aku coba sedikit tanyain tentang latar belakang masalah keluarganya. Tapi Rangga keliatan kaya bener-bener gak tau apa-apa.
“Sayaang, aku boleh nanya? Maaf yaa kalo pertanyaan ini sensitif dan nakal. Kamu anak kandung papa dan mama kamu kan?” tanyaku kepada Rangga. Rangga keliatan kaget aku bertanya begitu. Tapi karena aku udah minta maaf duluan, dia menjawab dengan santai.
“Iyaa, aku anak kandunglah. Kenapa kamu nanya begitu? Apa karena aku gak mirip sama papa aku dan Randian? Tapi aku mirip sama ibuku kan? Di akta kelahiran aku anak kandung mereka,” jawab Rangga dengan polosnya. Aku makin ngerasa kasian sama dia.
Aku mengangguk pelan, pura-pura gak tau dan tertawa kecil. “Hehehe, iyaa soalnya kamu paling ganteng sendiri di keluarga kamu. Aku cuma nanya aja sih, takutnya gitu kamu anak ketuker. Tapi kamu memang ada beberapa kemiripan sama papa kamu dan Randian.”3780Please respect copyright.PENANA1H5sFroIpz
3780Please respect copyright.PENANABQ2jX4LhZ1