"Farid bangun, sudah adzan subuh tuh" Suara itu lembuh menyapa telingaku, Bu Dwi masih ada dalam pelukanku, kian erat aku memeluknya ketika dia mencoba membangunkanku. Mata kami saling beradu tajam, tanpa sepatah katapun. Pelan, aku mencoba mendekatkan bibirku ke bibirnya, tidak ada tanda-tanda penolakan. Justru ia semakin mendekatk se'akan menyambut kedatangan bibirku.
Sepersekian detik bibir kami sudah menempel mesra, Bu Dwi memejamkan mata, meresapi. Tanpa ada gerakan tembahan, sekitar setengah menit bibir kami saling menempel.
"Kamu yakin?" Tanyanya. Aku jawab dengan anggukan tegas.
Bu Dwi memejamkan lagi matanya, seakan mempersilahkanku untuk melanjutkan aksi yang sempat terhenti tadi. Pergerakan bibir kami semakin intens, yang awalnya tanpa gerakan tambahan, kini sudah menjadi ciuman-ciuman liar penuh kenikmatan, lidah kami sudah saling beradu, mata saling terpejam, menikmati.
Cukup lama kami berciuman, sampai akhirnya tangan Bu Dwi menuntun tanganku untuk menyentuh payudaranya yang sudah kian membesar. Tanpa disuruh dua kali, aku langsung meremas lembut payudaranya "Aaaahhh" teriak kecil Bu Dwi menerima rangsangan remasanku.
Masih dalam posisi berciuman, dan tanganku yang kian aktif meremas payudaranya, serta erengan kenikmatan yang kini makin intens. Nafasnya kian berat menderu, setelah aku memasukan tanganku ke balik lingrie yang dia kenakan.
Tanpa pembatas, tanganku kini kian erat meremas payudaranya. Putingnya cukup besar, lembut dan aku tidak menyangka, payudaranya masih sekencang ini. Tubuh bu Dwi kian menggelinjang tidak teratur setelah aku memainkan area putingnya. Ciumanku juga sudah berganti menjadi jilatan ke sekujur lehernya. Menambah panas adegan pagi itu.
Aku sempat sedikit kaget, ketika dia menarik keluar tanganku, lalu mendorongku untuk merebahkan badan. Dia menciumi bibir, leher hingga telingaku tanpa henti, tanganya aktif meremas bahu dan bagian dadaku. Ia berusaha membuka bajuku, lalu dengan seketika menjilati putingku. Mendapat rangsangan yang sedemikian, membuat kontolku makin mengeras "Aaahhhh" aku mendesah kenikmatan.
Jilatannya kian turun, sekarang bu Dwi aktif menjilati area pusar, lalu turun, sigap membuka celanaku.
Kontolku yang kian keras terlepas dari celana dalam, dengan cepat bu dwi menggenggam dan dengan rakus menjilatinya tanpa henti, dari bagian bawah sampai kepala kontolku pun tidak lepas dari jilatannya.
Hangat, ketika bu Dwi memasukan semua kontolku ke mulutnya, karena memang ukurannya yang lumayan besar, membuatnya sedikit kesulitan dan tersedak. Tapi dia tidak berputus asa, kontolku dengan lahap dia lumat dan mengocoknya tanpa henti.
Aku yang tidak mau pertahananku jebol, buru-buru memegang kepalanya, dan berganti menindihnya. Payudaranya aku buka paksa dari BH yang ia kenakan. Putingnya yang menjadi sasaran jilatanku pertama, aku kenyot dengan keras, membuat tanda merah disana sini, meremasnya tanpa irama, memasukan lagi ke dalam mulutku. Kenyal besar dan begitu indah, Hanya itu yang dapat aku diskripsikan dari payudaranya.
Setelah aku cukup puas dengan payudaranya, aku turun membuka celana dalamnya. Aku memandangi memek yang ada didepan mataku sejenak. Putih, bersih, tanpa bulu. "Aku belum pernah" katanya lirih. Aku tidak mempedulikannya, dengan cepat mukaku tenggelam dalam memeknya, menjilati inci demi inci. Basah, sangat basah dan berbau khas.
Aku sibak sedikit memeknya, lalu kutemukan biji kelentit yang tampak kemerahan, lidahku menari-nari diatasnya, membuat erengan bu Dwi makin menjadi-jadi.
"Aku mau keluar mass" katanya lirih tertahan. Seketika tubuhnya menggelinjang, Aaaaahhhhhhhhhhh erengan panjang itu menandai pertahanannya yang roboh, Bu Dwi orgasme untuk pertama kali.
Aku membiarkannya tenang sebentar, nafasnya tidak teratur, matanya membeliak. "Itu enak sekali, mas. Aku belum pernah sampai klimaks seperti ini" Katanya terbata-bata.
"Mau lebih?" Kataku. Ia hanya membalas anggukan, lalu berdiri, menariku untuk berpindah tempat.
2778Please respect copyright.PENANANoJMigHK8J