
Setelah pertempuran di pagi itu, aku terlelap. Rasa kantuk dan lelah menjadi satu, tapi sama sekali tidak sebanding dengan kenikmatan yang sudah kami rasakan.
Aku terbangun, ketika tangan lembut bu Dwi menyapu mukaku. Perlahan aku membuka mata, bu Dwi duduk tepat di sampingku. Rupanya dia sudah dandan dan sudah siap untuk bekerja. Wangi, cantik natural berpadu dengan tatanan makeup yang tidak terlalu berlebihan menambah kesan mewah mukanya pagi ini.
"Mas, aku berangkat dulu, ya. Aku sudah siapkan makanan untukmu. Kamu tunggu saja disini sampai aku pulang" Kata bu Dwi lembut.
Aku memegang tangannya ketika dia hendak berdiri "Bisakah kamu izin tidak berangkat sekali ini saja?"
Cukup lama bu Dwi diam, lalu membuka ponselnya.
"Aku sudah izin, dan bisa menemanimu disini mas" Katanya.
Aku bangun, senyum penuh kemenangan. Memeluk tubuhnya, yang wangi, lalu mengusap kepalanya. Aku pandangi muknya, sebelum akhirnya kami berciuman mesra.
"Bu, Aku menyukaimu. Apa kamu mau menjadi pacarku?"
"Kamu ngaco mas, mana mungkin si ih" Jawabnya, meski kalimatnya memiliki makna sedikit penolakan, tapi aku tahu kalau hanya sedikit lagi rayuan, bu Dwi pasti akan aku taklukan.
"Tidak mungkinnya dimana?" Jawabku
"Aku sudah tua, kamu masih sangat muda dan juga aku sudah menikah, mas" Jawab bu Dwi.
"Aku tidak peduli dengan statusmu. Aku hanya memikirkan perasaan kita. Aku tahu kamu juga menyukaiku, Bukan begitu?"
Bu Dwi diam, tidak berkomentar lagi. Mukanya merah, menunduk malu. Aku mencium keningnya.
"Bagaimana? Apa kamu mau menjadi pacarku?" Tanyaku lagi. Bu Dwi diam, cukup lama. Sebelum akhirnya dia mengangguk pelan.
"I Love you"
"I Love you too mas" Jawa bu Dwi.
Kami kembali berciuman, ciuman kali ini sudah tidak ada lagi kata canggung atau ragu-ragu. Mulut, lidah, dan bibir kami saling beradu. Tanganku dan tangannya kian aktif memainkan area sensitif.
Pagi itu aku menyetubuhi bu Dwi dengan sangat brutal. Ronde pertama masih memakai baju kerjanya, lengkap dengan Jilbab. Lalu ronde kedua kita sudah sama-sama telanjang bulat. Dan banyak sudah spermaku yang keluar dalam memeknya. Dia sama sekali tidak peduli lagi mau jadi atau tidak. Buat apa ngentot kalo ga crot dalam memek, kata bu Dwi.
Kami masih diatas ranjang. Saling berpelukan, beberapa menit lalu kami mandi bersama, tentu terjadilah perngentotan ronde ke tiga di kamar mandi.
"Jangan panggil aku bu Dwi. Panggil saja namaku" Katanya. Aku mengangguk, lalu mengecup keningnya.
***
Sayang, Aku jemput ya. Jadikan hari ini ke kota? Kataku mengirim pesan whatsapp ke bu Dwi, Pacarku.
Aku udah siap, kamu kesini sekarang aja Balasnya
Aku langsung menuju kerumah bu Dwi, hari ini aku ada janji dengannya untuk malam minggu di kota. Karena jarak desa kami ke kota lumayan jauh, sekitar satu jam kalo naik motor. Jadi rencananya hari kami akan naik mobil bu Dwi untuk ke bioskop, lalu dilanjut checkin di Hotel.
Hubunganku dengan bu Dwi sudah berjalan hampir tiga minggu. Dan selama tiga minggu ini, setiap malam aku selalu menginap dirumahnya. Ketika anaknya yang paling kecil dirumah, aku akan datang kerumahnya setlah anaknya tidur. Dan kalau hari-hari biasa, jam 8 aku pasti sudah dirumahnya. Dan jelas, setiap malam kontolku selalu masuk ke memeknya.
Entah kenapa, memeknya selalu membuatku kangen, dan untungnya bu Dwi juga selalu ketagihan dengan kontolku.
Aku sudah tiba di gerbang rumah bu Dwi sore itu. Anaknya sengaja belum di jemput, hanya bu Dwi saja yang menemuinya kemarin, dan izin ada urusan di hari sabtu sampai minggu, jadi tidak bisa menjemput anaknya yang paling kecil.
Sore itu bu Dwi memakai baju gamis hitam, jilbab pink muda, seperti biasa,makeupnya tidak berlebihan, anggun, dan semakin menonjolkan kecantikan naturalnya. Jelas, menonjolkan payudara dan pantatnya yang sangat seksi itu.
1444Please respect copyright.PENANAn8vqGakqbV
(Muluastri bu Dwi sore itu)1444Please respect copyright.PENANAPvbYM3G6s5
Kali ini aku yang membawa mobilnya. Gengsi juga kan, masa cowok di setirin cewek. Kataku dalam hati.
Sepanjang jalan apapun kami obrolkan, mulai dari perasaannya ke aku sampai pandangannya kedepan bersamaku.
"Aku rencana akan segera menceraikan suamiku, mas" Kata bu Dwi. Aku tidak membalas, diam dan hanya mengangguk.1444Please respect copyright.PENANAzz66sMu0J6
"Kamu ga suka?" Kali ini, nadanya sedikit meninggi. Mukanya manyun. Aku membalasnya dengan senyuman.
"Bukan, aku menyerahkan semua kepadamu. Aku yakin, kamu pasti punya pertimbangan matang. Apapun yang akan terjadi, aku akan siap mendukungmu"
"Ihhh mas sayang" Manjanya, sambil memeuku yang masih fokus dengan kemudi.
Kali ini tangan bu Dwi tidak pernah lepas dari kontolku, ia terus menggenggam erat "Kenapa si sayang, ini kontolku ngga akan kemana-mana kok" Kataku. Bu Dwi tertawa, lalu perlahan melepasnya.
Akhirnya kami tiba di mall, Bioskop yang akan kami tuju. Kami benar-benar seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah. Tangan bu Dwi tidak pernah lepas bergandengan denganku. Belanja kesana kemari sembari meninggu film dimulai.
"Kamu mau beli apa sayang? Aku akan membelikannya untukmu" Kata bu Dwi kepadaku. Aku kaget dengan apa yang dia ucapkan. Bukan apa, aku merasa seperti hina ketika dia berkata seperti itu.
Sontak, aku melepas gandengan tangannya "Aku ngga mau kamu begitu lagi. Aku mencintaimu bukan karena harta atau apa yang kamu. Miliki, apa yang aku mau, aku bisa membelinya sendiri meski tanpa kamu. Jadi tolong, jangan pandang aku begitu" Ucapku tegas.
Mata bu Dwi lalu berkaca-kaca, tanpa malu, ia langsung memelukku. Menariku keluar menuju ke parkiran, padahal film belum dimulai. Aku sedikit bingung, apa dia marah? kenapa tiba-tiba meminta keluar.
"Aku ngga mau nonton. Bawa aku ke hotel, Sekarang" Kata bu Dwi. Aku tersenyum. Meluncur membawanya langsung ke hotel. Sebelum jalan, aku mengecup mesra bibirnya.1444Please respect copyright.PENANAC4j3KDLBZF