Istilah:
Huangdi : Sebutan untuk kaisar
Dianxia : Yang Mulia
Huanghou : Sebutan untuk permasuri/ratu/ maharani
Huang Guifei : Sebutan untuk selir resmi kekaisaran yang memiliki tingkat dibawah permaisuri
Hanfu : Pakaian
Jiejie : Sebutan untuk kakak perempuan
Meimei : Sebutan untuk adik perempuan
Zhen : Sebutan aku untuk kaisar pada dirinya sendiri
Zongli : Sebutan untuk perdana menteri
"Aaaaaaaa!" terdengar suara teriakan yang begitu menggema di salah satu ruangan di dalam bangunan yang begitu megah. Di satu sisi terdengar suara derap kaki yang berjalan setengah tergesa-gesa menuju bangunan tersebut. Entah apa yang terjadi, namun malam itu terasa begitu mencekam.
Sesampainya di tempat yang dituju, seorang pria paruh baya dengan hanfu kebesarannya pun segera memasuki ruangan yang sebelumnya di buka terlebih dahulu oleh pelayan yang menjaganya. Dari sorotan tajam matanya terlihat dirinya begitu berwibawa dan memiliki kuasa. Dilihatnya dua orang wanita tengah duduk dengan ekspresi yang menegangkan. Terlihat begitu banyak darah yang berceceran dimana-mana.
"Mengapa anda melakukannya huanghou? Apa salah putri-putriku sehingga anda melakukan hal sekejam ini? Mengapa anda membunuhnya? Apa salahnya?" salah satu wanita itu terlihat menangis terisak-isak sembari memeluk putrinya yang masih bayi berlumuran darah. Sementara putrinya yang lain terkapar tak bernyawa di pinggir tempatnya duduk.
Wanita yang di panggil huanghou sebelumnya hanya terdiam gemetaran, matanya terlihat panik dan ditangan kanannya terdapat pisau yang meneteskan cairan merah. "Aku..aku, bukan..bukan aku yang melakukannya Wu huang guifei" Elaknya menampik apa yang baru saja di tuduhkannya terhadap dirinya barusan.
"Jadi anda tak mau mengakuinya setelah semua bukti menuju pada anda?" Tanyanya lagi memojokkan. Wanita yang di panggil Wu huang guifei pun nampak sangat sedih, baru saja ia kehilangan kedua putri yang begitu di cintainya dengan cara yang mengenaskan.
Pria paruh baya yang sedari tadi hanya diam dengan pandangan tak percaya pun akhirnya angkat bicara. "Apa yang sebenarnya terjadi huanghou?" Tanyanya terdengar menekan. Ia tak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Pria itu adalah seorang kaisar yang bernama Li Yingzheng suami dari permaisuri Fengyi sekaligus selir Wu Zetian.
Wanita yang di panggil huanghou itu pun segera menjatuhkan pisau yang dipegangnya dan berlutut dihadapan pria itu sembari memegang hanfu emas yang dikenakannya. "Dianxia percayalah padaku, itu tak seperti yang anda lihat. Saya sungguh tidak melakukannya" Ujarnya dengan bibir bergetar.
"Tapi bukti mengarahkan padamu, lalu bagaimana zhen harus mempercayaimu?" Tanyanya lagi dengan tatapan lurus kedepan tanpa mau menatap wanita itu.
"Dianxia!Saya..saya sungguh tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, ketika diriku bangun putri-putri Wu huang guifei sudah ada di kasurku dan entah mengapa pisau berdarah itu juga ada di tanganku, kumohon dianxia, percayalah padaku" mohonnya lagi. Sungguh Fengyi benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu karena semua yang terjadi tak seperti yang terlihat.
"Kenapa anda terus mengelak huanghou? Jika bukan anda lalu siapa lagi? Buktinya kedua putriku ada di kamarmu" Tukas Wu Zetian lagi berusaha untuk memojokkannya agar kaisar Li Yingzheng mempercayainya. Ia pun berpura-pura merasa kehilangan. "Saya tahu, jika huanghou iri karena saya bisa memberikan dua putri untuk huangdi, tapi bukan begini caranya. Hanya putri-putriku yang membuat diriku bertahan di istana ini huanghou, kenapa anda begitu tega melakukannya" Aktingnya lagi semakin terisak-isak. Ia pun memukul-mukul pahanya sendiri seperti frustasi.
Kaisar Li Yingzheng pun menghempaskan tangan permaisuri kesayangannya itu dari hanfu nya sehingga wanita itu terjatuh. "Kau ini permaisuri kesayanganku Fengyi, mengapa kau harus melakukannya?" Rupanya kaisar sudah termakan oleh kata-kata kebohongan selirnya itu. Begitu mudahnya kaisar mempercayai tuduhan yang belum terbukti kebenarannya.
"Tidak huangdi! Sungguh bukan aku! Percayalah padaku!" ujarnya berharap suaminya itu mau mempercayainya. Entah apalagi yang harus dikatakannya agar suaminya itu percaya, Fengyi sungguh tak bisa menjelaskan.
"Seberapa kerasnya kau mengelaknya, namun bukti sudah mengarah padamu, jadi kau harus mempertanggung jawabkannya!" Ujarnya bernada dingin. Kaisar Li Yingzheng yang begitu kecewa pun memerintahkan penjaganya segera membawa permaisurinya itu ke penjara dan menguburkan kedua putri dari selirnya yang sudah meninggal. "Bawa Fengyi huanghou kepenjara bawah tanah, dan segera buat pemakaman untuk kedua putri Wu huang guifei! Ingat kasus ini tak boleh sampai di dengar oleh siapapun! Hanya kalian yang melihatnya! Jadi rahasiakan hal ini rapat-rapat!" Perintahnya lagi meskipun suaranya tegas namun terdengar berat.
Mendengar hal itu, membuat Wu Zetian tersenyum penuh kemenangan. 'Akhirnya setelah sekian lama menunggu aku mampu menyingkirkanmu Fengyi meimei' Gumamnya licik. Fengyi adalah adik tirinya, namun iri hati yang sudah bersarang di hati Wu Zetian selama bertahun-tahun membuatnya tega menyingkirkan adiknya itu.
"Tidak! Huangdi! Percayalah, percayalah padaku! Bukan aku yang melakukannya!" Pintanya lagi. Namun kaisar tetap tidak mau merubah keputusannya. Ia pun mengabaikan permaisurinya yang terus meraung memohon dan beranjak pergi meninggalkannya. Merasa frustasi, Fengyi yang masih tak terima dengan hukuman dari kaisar pun memohon pada adiknya. "Wu jiejie, kau tahu kan kalau itu bukanlah perbuatanku. Tolong bantu aku menjelaskannya kepada huangdi bahwa aku tidak bersalah, ku mohon Wu jiejie" Pintanya penuh harap kepada kakak perempuannya itu.Saat ini Fengyi hanya bisa mengandalkannya karena adiknya itu adalah saksi bisu atas kematian kedua putrinya sendiri.
Mendengar adiknya memohon, Wu Zetian pun melepaskan pelukan untuk putrinya dan berdiri dengan sikap angkuh seolah-olah hal itu memang sudah di rencanakannya. "Fengyi meimei, oh tidak, maksudku Fengyi huanghou, maafkan kakakmu ini karena tidak bisa melakukannya. Kau sudah terbukti bersalah, lantas buat apalagi aku memohon hidupmu kepada huangdi?" Cibirnya.
Mendengar perkataan adiknya barusan Fengyi menegakkan tubuhnya dan menatapnya tajam. "Apakah itu semua sebenarnya perbuatanmu sendiri jiejie? Jadi kau memang sengaja melakukannya?" Terkanya tak percaya.
"Apa boleh buat aku sungguh menginginkannya meimei, kau tenang saja jika kau benar-benar merelakan hidupmu untuk mati, aku akan mengurus putramu itu dengan baik" Janjinya sembari melangkah pergi meninggalkannya. Tak peduli bagaimana ekspresi yang dinampakkan adiknya saat ini, mungkin sedih, teluka ataupun menganggapnya kejam. Namun hal itu tak membuatnya menyesal.
Setelah kepergiannya Fengyi pun menjatuhkan tubuhnya lemas. Dirinya tak menyangka bahwa kakaknya itu akan sekejam itu terhadapnya, terlebih dirinya yang sudah mengijinkan Wu Zetian sebagai selir resmi kaisar. Dua orang penjaga pun segera menyeretnya ke penjara bawah tanah.
Sebelum mereka membawanya pergi, Fengyi pun mempercayakan Li Fengying kepada Qiaoniang seorang pelayan setianya untuk menjaga putranya itu dengan baik. Dengan nada terisak-isak dan tak tega pelayannya pun berjanji untuk merawat Li Fengying sebagaimana merawat putranya sendiri.
'Wu Zetian, kau pikir jika kau mendapatkannya dengan cara melakukan perbuatan keji seperti ini, langit akan diam saja? Tunggu saja, aku akan melihat karma yang nanti akan kau dapatkan dari atas sana' Ujarnya mengutuk kakaknya sendiri. Tiba-tiba langit menggemakan gunturnya berkali-kali yang segera di sertai hujan yang begitu deras membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ketakutan.
...
Sementara di tempat lain dua orang pria tengah berlari tergesa-gesa menelusuri hutan yang begitu gelap. Tak peduli tanah yang begitu lembab ataupun kerikil yang menghadang, mereka tetap mengayunkan langkahnya semakin cepat agar terhindar dari incaran beberapa pasukan elite yang terlihat mengejar keduanya. Percikan air yang turuh karena hujan membuat salah satu pria itu harus melindungi bayi yang di gendongnya. Sayangnya mereka harus terjebak di sebuah ujung hutan tepatnya di gua longyou. Konon katanya gua itu merupakan gua tercantik namun penuh dengan hal-hal berbau mistis. Karena keduanya terjebak dan tak mungkin keluar bersama, akhirnya pria yang menggendong bayi tersebut memberikan bayinya kepada pria paruh baya yang berada di sebelahnya.
"Tidak tuan, saya tidak mungkin meninggalkan anda sendiri di sini, bagaimana jika anda tidak selamat?" ujar pria paruh baya yang ternyata adalah pelayan setianya.
"Yan Xi, ku mohon jagalah putriku baik-baik, aku akan mencoba menghalanginya jadi pergilah" perintahnya. Ia pun mengecup keningnya dan memandang sejenak wajah putrinya yang terlihat memiliki mata bulat dan lucu itu sembari meneteskan air matanya. "Baik-baik ya kamu nak, ayah sangat mencintaimu" ujarnya begitu sedih. Ia tak menyangka jika pada akhirnya akan meninggalkan putri kecilnya itu seorang diri. Di pasangnya sebuah kalung berliontin giok hijau ke leher mungilnya. "Yan Xi, ingat jangan pernah kau membiarkan kalung ini terlepas dari leher mungil putriku ini, mengerti?" pintanya berharap.
Kalung liontin giok hijau
"Baik tuan, saya akan selalu mengingatnya" janjinya sedih.
"Jadi cepatlah segera bawa pergi putriku dari sini!" perintahnya kemudian merasa khawatir.
"Tuan, anda tidak bisa seperti ini, saya tidak bisa melakukannya tuan. Meninggalkan anda seperti ini" tolak Yan Xi yang tetap ingin berada di sisinya.
Terdengar kembali derap kaki yang sepertinya semakin mendekat kearah keduanya.
"Yan Xi sudah tidak ada waktu lagi, cepat pergilah! Ku mohon jagalah putriku dengan baik jangan sampai mereka menemukannya" suruhnya panik.
"Tapi tuan..." pelayannya itu masih terlihat ragu untuk mengikuti perintahnya.
"Cepat pergi! Jangan khawatirkan aku!" Suruhnya lagi sembari mendorong Yan Xi agar segera meninggalkan tempat itu.
Dengan berat hati pelayannya pun menundukkan kepalanya sejenak memberikan penghormatan terakhirnya kepada majikannya itu sebelum pergi. 'Ku mohon jagalah dirimu tuan, semoga anda akan baik-baik saja' harapnya sebelum akhirnya berbalik arah dan pergi berlari meninggalkannya.
Pria yang di panggil tuan itupun menatap nanar punggung pelayannya yang semakin lama semakin menjauh. "Xiao Yin, maafkan ayah yang harus meninggalkanmu. Ayah terpaksa melakukannya demi melindungi dirimu putriku, kau harus selamat" Sesalnya begitu dalam.
"Wu Sangui! Pada akhirnya kau akan menyerah di sini juga, lebih baik serahkan putrimu itu sekarang juga atau aku akan secara langsung menebas lehermu!" ancam seorang pria yang terdengar tak main-main itu. Terlihat juga beberapa anak buahnya yang segera mengelilinginya dengan pedang yang masing-masing di arahkan kepada pria bernama Wu Sangui tersebut. Nampak seperti pasukan elite kerajaan.
Dengan tatapan tajamnya Wu Sangui tidak merasa gentar sedikitpun terhadap ancamannya. Dia malah mengeluarkan pedang yang di sarungnya dan mencoba melawannya. "Aku tidak pernah takut dengan ancamanmu! Jika kau ingin mengambil putriku langkahi dulu mayatku! Hyaaaa!" Dengan langkah tegapnya ia pun mengayunkan pedangnya menyerang satu persatu pasukan tersebut. Pedang itu mulai berdenting, bertautan yang haus akan darah. Dengan lincahnya Wu Sangui memainkan pedangnya. Melayangkannya ke udara dan menorehkannya ke bagian-bagian tubuh yang menjadi targetnya.
Sreng!
Namun tiba-tiba salah satu dari prajurit itu berhasil menorahkan pedang dan menggores tangan kanannya membuat pedangnya jatuh ke tanah dan ia pun mengerang kesakitan. "Aaaaaa!" Wu Sangui pun mencoba menahannya dan ingin melawannya kembali, namun sebuah pedang berhasil menghunus lehernya membuatnya tak bisa berkutik.
"Serahkan putrimu, atau kau benar-benar akan mati di tanganku!" Paksanya terdengar kejam. Pria itupun semakin menggesekkan pedangnya ke leher Wu Sangui. Terlihat darah segar sedikit demi sesikit mengalir dari lehernya. Sebisa mungkin Wu Sangui menahan luka yang ada di tangan dan lehernya.
Namun dengan pendiriannya Wu Sangui tidak akan menyerah begitu saja meskipun nyawanya sendiri adalah taruhannya. "Cih, kau pikir dengan mengancamku, aku akan menyerahkannya padamu begitu saja?" ujarnya sembari meludah ke arahnya. "Tidak! Tidak akan pernah! Meskipun harus mengorbankan nyawaku sendiri, putriku bukanlah barang yang bisa kau minta sesuka hatimu!" Tolaknya mentah-mentah.
"Kurang ajar! Baiklah, aku akan mempercepat jalanmu ke neraka! Hya!" pria itupun sudah tak sabar mulai melayangkan pedang untuk menghunus lehernya.
Wu Sangui pun pasrah, jika memang ini adalah akhir dari perjalanan hidupnya, mungkin Tuhan ingin segera mempertemukan dirinya dengan istri tercintanya yang terlebih dahulu pergi meninggalkannya. Meskipun berat pada akhirnya ia terpaksa harus meninggalkan putrinya seorang diri di dunia yang kejam ini. Ia pun perlahan memejamkan matanya untuk bersiap menjemput kematiannya. Namun sepertinya langit masih menyelamatkan hidupnya.
"Hentikan!" tiba-tiba terdengar suara pria yang mencoba menghentikannya.
Pria di hadapannya pun menghentikan aksinya dan segera menoleh ke arah sumber suara. Di lihatnya seorang pria berjenggot yang lebih tua darinya tengah berdiri di hadapannya. Ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Hal itu membuatnya segera menurunkan pedangnya dan berlutut di hadapannya sembari melipat tangan dan mengangkatnya keatas. "Hormat untukmu Guo Hou zongli!" Ucapnya yang di ikuti anak buah yang ada dibelakangya.
"Lupakah formalitasmu itu, jangan dulu membunuhnya. Kita masih membutuhkannya," perintahnya yang langsung diikuti olehnya. Guo Hou pun perlahan berjalan mendekatinya.
Wu Sangui yang melihat kedatangannya pun menatapnya penuh emosi.
Pria berjenggot itupun berjongkok menyamakan tubuhnya dengan tubuh Wu Sangui. "Ckckck jika saja kau tidak menikahi gadis siluman itu, mungkin nasibmu takkan berakhir mengenaskan seperti sekarang! Cinta memang sudah membutakan mata hatimu!" cibirnya terdengar keji.
"Hh, kau pikir dengan membunuhku kau akan mendapatkannya? Lihat saja siapa yang nantinya akan berakhir mengenaskan!" Umpatnya lebih keji.
Pria yang tadi ingin membunuhnya pun tak terima dengan apa yang baru saja Wu Sangui lontarkankan kepada tuannya. Ia pun segera mengambil langkah cepat untuk menghunuskan pedangnya kembali namun lagi-lagi ditahan oleh Guo Hou dengan mengepakkan tangan kanannya keatas melarangnya. "Sudah ku bilang tak perlu tergesa-gesa membunuhnya" ujarnya. Guo Hou pun menatapnya tajam. "Sampai saatnya tiba aku yakin putrimu akan datang dengan sendirinya" Ujarnya bernada santai namun memiliki arti yang mendalam membuat Wu Sangui mengerutkan keningnya tak mengerti. Guo Hou pun menegakkan kembali tubuhnya dan memerintahkan pengawalnya untuk memegang kedua tangan Wu Sangui dengan erat. "Pegang tangannya!"
"Apa yang akan kau lakukan?" tanyanya dengan cemas.Kedua tangannya pun nampak begitu satik akibat cengkraman kedua pengawal tersebut terlebih lagi luka dari salah satu tangannya yang masih mengalirkan darah segar.
Guo Hou hanya menyeringai licik tanpa menjawabnya. "Ambil liontin nature purple carnelian fox yang ada di hanfu nya!" suruhya lagi.
Dengan segera pengawalnya itu merogoh hanfu atas miliknya dan mengambil benda yang di perintahkan tuannya barusan. Sebuah jimat berbentuk liontin rubah ungu yang memiliki sisi misteri terlihat begitu berharga.
Liontin nature purple carnelian fox
Melihat hal itu Wu Sangui pun mencoba memberontak, melepas kedua tangannya dari kedua prajurit itu. "Apa yang akan kau lakukan dengan benda itu?! Lepaskan!" Sungguh ia tak bisa membiarkan liontin itu jatuh ke tangan yang salah.
Lagi-lagi hanya seringaian liciknya yang tersungging di bibirnya. "Kau pasti lebih tahu dari apa yang aku pikirkan" ujarnya santai. "Masukan dia ke dalam gua itu!" perintahnya kemudian.
"Tidak! Apa yang akan kau lakukan dengan benda itu?!" tanya Wu Sangui sekali lagi terlihat khawatir. Ia pun berusaha melepaskan diri namun dengan segera tengkuknya di pukul oleh salah satu prajurit tersebut yang membuatnya pingsan seketika.
Tanpa menggubris pertanyaannya Guo Hou pun segera beranjak pergi meninggalkannya di ikuti para pengawalnya dan hanya menyisakkan prajurit yang membawa Wu Sangui kedalam gua longyou yang akan terjebak di dalamnya.
Rintikan hujan perlahan mulai mereda diikuti dengan hilangnya gua longyou tersebut.
582Please respect copyright.PENANAbwl5DYxPlk
Pemeran :582Please respect copyright.PENANACVlh4OR3EN
Li Yingzheng as kaisar dinasti Ming582Please respect copyright.PENANAzkSEnEgwYz
Fengyi as permaisuri/ibu Li Fengying582Please respect copyright.PENANAL150dyba81
Wu Zetian as selir kaisar582Please respect copyright.PENANARJqZvAKXaI
Qiaoniang as pelayan setia permaisuri582Please respect copyright.PENANArtvyyqu1LZ
Wu Sangui as ayah Xiao Yin582Please respect copyright.PENANADqruHmfhSD
Yan Xi as orang kepercayaan Wu Sangui/paman Xiao Yin582Please respect copyright.PENANA7TtT9Wezdg
Guo Hou as perdana menteri kerajaan Ming582Please respect copyright.PENANAk4qdlMYyEt