Istilah-istilah :
Hanfu : pakaian
Dianxia : Yang Mulia
15 tahun kemudian,
Seorang pemuda cantik ber hanfu putih berjalan santai di dekat pasar sembari mengibas-ibaskan kipas dengan tangannya ketika terjadi kerusuhan di hadapannya. Terlihat beberapa orang berpakaian hitam dengan cadar menutupi wajahnya tengah berlari melewatinya dan membuat keributan membuat para warga yang berada di sekitarnya berlari, menjerit dan menyelamatkan barang dagangannya masing-masing yang berserakan di tanah akibat ulah para orang misterius itu.
"Huft, merepotkanku saja, sebenarnya diriku malas sekali terlibat dengan kakacauan ini, tapi apa boleh buat? Mungkin akan terlihat menarik" desahnya bernada malas.
Dengan sengaja pemuda cantik itu pun menjegal kaki salah satu dari kawanan orang misterius yang melewatinya itu hingga jatuh tersungkur ke tanah. "Ups maaf!" ujarnya tak sungguh-sungguh sembari mengedarkan pandangannya menatap kearah lain menghindari tatapan orang misterius yang nampak tengah memandanginya dengan raut wajah kesal.
Dengan cepat orang misterius yang ada di hadapannya itu pun melemparkan sebilah pisau kecil yang di sembunyikannya di balik pakaian hitamnya. Hal itu langsung di tangkis oleh si pemuda cantik dengan cara menghindarinya namun naas sebuah goresan kecil mengenai lengan tangan kanannya membuat hanfu putihnya sobek dan ternoda oleh darah.
"Aish! Apa kau tak tahu pakaian ini pemberian terbaik dari guruku kemarin? Beraninya kau menyobeknya! Baiklah jika kau ingin bermain-main denganku! Hya!" Akhirnya mau tak mau demi hanfu terbaiknya ia pun terlibat perkelahian kecil dengannya. Serangan demi serangan di tangkisnya menggunakan kipas kesayangannya itu. Terlihat begitu lihai di setiap gerakannya. Bahkan dapat menipu musuh sehingga lawannya tak dapat melihat sisi setiap gerak geriknya.
'Sial! Sepertinya pemuda ini menggunakan tenaga Yin di setiap gerakannya!' umpat pria berpakaian hitam merasa terkecoh. Dilihatnya dengan seksama pemuda cantik dihadapannya itu tengah memandang remeh kearahnya dengan tatapan tajam sembari mengibaskan kipasnya.
Melihat tak ada gerakan sedikitpun, pemuda cantik itu pun bertanya. "Hai! Ada apa dengan dirimu? Apakah kau mulai terkecoh dengan gerakanku?" terkanya meremehkan.
"Hai pemuda sombong! Kau pikir kau akan berhasil melawanku?" Tiba-tiba sekelompok kawanan yang di duga anggota dari orang misterius itu datang dari berbagai arah membuat si pemuda cantik kelabakan. Sekitar sepuluh orang berhasil mengepung dirinya. Yang terlihat semuanya adalah kawanan pria.
'Aduh bagaimana bisa aku melawannya sendirian jika jumlahnya terlalu banyak seperti ini?' gumamnya terlihat panik. Ia tak menyangka kalau ternyata jiwa sok kepahlawanannya itu menyebabkan dirinya harus berada di situasi bahaya seperti itu. Meskipun ia mempelajari ilmu Yin, ia belum sepenuhnya benar-benar memahaminya. Mungkin jika satu atau dua orang ia masih sanggup menghadapinya tapi jika banyak seperti itu ia tidak yakin bisa meloloskan diri semudah harapannya.
Ia pun akhirnya mendapatkan cara untuk meloloskan diri dari kepungan segerombol pria misterius itu. Di ambilnya sebuah bubuk putih dari dalam hanfu miliknya. Ia pun mencoba menegakkan tubuhnya melakukan ancang-ancang percaya dirinya terlihat seperti ingin melawan pria-pria di hadapannya itu. "Ayo maju kalau berani! Kalian pikir aku takut menghadapi kalian semua?!" gertaknya pura-pura.
Sekelompok pria itupun mengangkat pedang dan menyerbu kearahnya. Dengan langkah cepat pemuda cantik itu menaburkan bubuk putih yang berada di tangannya dengan arah memutar sehingga mengenai setiap mata pria-pria misterius itu yang menyebabkan perih di setiap matanya. Melihat situasinya kacau karena ulah dirinya yang menabur bubuk putih tersebut ia pun segera berlari meloloskan diri sekencang-kencangnya.
Sekelompok pria misterius itu telah selesai meredamkan perih di matanya ketika pemuda cantik itu lenyap dari pandangannya. Dengan segera mereka pun mencari keberadaannya namun segera di cegah oleh salah satu dari pria itu yang terlihat seperti ketua dari kelompok tersebut.
"Untuk kali ini biarkan saja pemuda nakal itu! Ketika ada kesempatan kita bisa mencarinya kembali! Target utama kita saat ini adalah melenyapkan putra mahkota! Jadi, cepat temukan keberadaannya segera!" perintahnya yang kemudian di setujui para bawahannya. Mereka pun kembali berpencar untuk menemukan sosok targetnya tersebut dengan mengabaikan pemuda yang baru saja bermain-main dengan mereka.
Pemuda cantik yang berhasil lolos itu pun berhenti di sebuah lorong dengan nafas terengah-engah. "Apakah mereka tak mengikutiku lagi?" Terkanya sembari membungkukkan dirinya dengan menopangkan tangan kanan di lutut kanannya dan menoleh ke belakang. Namun tiba-tiba penglihatannya agak kabur, dan di sekujur tubuhnya terasa seperti ada sesuatu yang menjalar ke pembuluh darahnya. Ia pun memegangi kepalanya yang pening dan teringat pisau yang baru saja mengenai lengan tangannya. "Mungkinkah pisau itu beracun?" terkanya curiga.
Tak jauh dari tempatnya berada terlihat dua orang misterius tengah bertarung. Seorang pria yang berpakaian hitam seperti yang tadi ditemuinya dan seorang pemuda bercadar dengan hanfu biru berpoenix mewah terlihat begitu elegant. Dari tatapannya, pemuda berhanfu biru itu nampak begitu dingin dan penuh rahasia. Terlihat salah satu dari pria itu hendak menggunakan serangan curangnya, diam-diam ia mengeluarkan beberapa belati kecil yang tersimpan di balik lengan tangannya untuk menyerang pemuda dihadapannya tersebut.
"Sebenarnya ada apa dengan hari ini? kenapa banyak sekali orang-orang aneh yang berkeliaran di hadapanku?" keluhnya bingung. "Ah biarkan! Biarkan! Aku tak peduli! Gara-gara tadi diriku ingin menjadi pahlawan aku hampir kehilangan nyawaku sendiri!" ujarnya mencoba acuh. Namun lagi-lagi instingnya mengatakan untuk tak mengabaikannya. "Ah sial!" Ia pun mencoba melawan rasa sakit di lengannya dengan mengibaskan kipas yang dipegangnya dan melemparkannya kearah pria curang tersebut.
Setelah pertarungannya beberapa saat yang lalu akhirnya pemuda berhanfu biru itu berhasil mengalahkan lawannya. Ia pun mencengkram kerah pria berpakaian hitam itu. "Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu?!" tanyanya dengan tatapan tajam. Tanpa di sadarinya tangan lawannya itu mengarahkan sesuatu kearah tubuhnya.
Set!
Tiba-tiba sebuah kipas melayang mengenai tubuh pria yang belum sempat mengeluarkan belati dari tangannya itu dan langsung membuatnya mati seketika. Pemuda berhanfu biru itupun terkejut dan segera melihat sumber kipas yang melayang kerahnya. Dilihatnya seorang pemuda berhanfu putih berjalan mendekatinya dengan tertatih-tatih.
"Siapa kau?!" tanyanya bernada kesal.
Dilihatnya pemuda cantik itu tengah memungut kipasnya yang berlumuran darah.
"Hai tuan muda, anggap saja saya ini pahlawanmu. Tenang saja saya tidak butuh ucapan terima kasihmu, sudah kewajibanku untuk menolong orang yang membutuhkan pertolonganku" ujarnya terdengar sombong.
Pemuda berhanfu birupun melepaskan kerah mayat pria yang tadi di genggamnya dan membiarkannya jatuh ke tanah dan dengan segera menatap kearah kipas putih yang di pegang pemuda cantik tersebut. 'Yin?' gumamnya heran.
Sebelum membalas perkataan pemuda cantik itu, tiba-tiba dari arah lain terdengar derap langkah kaki menuju kearah keduanya. Dengan segera pemuda cantik itu menarik tangan pemuda berhanfu biru menuju lorong tempat dirinya bersembunyi tadi.
"Apa yang ingin kau lakuan sebenarnya?" Tanya pemuda berhanfu biru itu penuh curiga. "Kau tahu gara-gara kau, aku jadi kehilangannya!" celotehnya.
Pemuda cantik itupun segera mendorong tubuhnya ke dinding lorong dan membekap pemuda dihadapannya dengan tangan kanannya. "Diamlah! Jika tidak, kita berdua akan tertangkap!" bisiknya panik. "Apa itu menjadi penting bagimu saat ini?" ujarnya lagi terdengar lebih panik.
Tanpa memberontak pemuda berhanfu biru itu pun menurutinya. Sejenak ia pun mencoba mempercayai perkataan orang yang kini membekapnya itu, karena ia juga tak ingin tertangkap oleh segerombol penjahat yang mungkin tengah mengincar nyawanya saat ini.
Dari tembusan cahaya yang menyinari wajahnya, dilihatnya dengan seksama pemuda di hadapannya yang terlihat lebih pendek darinya itu memiliki bulu mata lentik, hidung mancung dan bibirnya yang merah ceri namun sedikit pucat nampak tidak cocok dengan hanfu yang dipakainya, ia merasa jika pemuda dihadapannya itu lebih terlihat seperti seorang gadis. Sayangnya ia tak melihat kondisi lengannya yang terluka karena gelapnya lorong tersebut.
Dari luar lorong terlihat beberapa kelompok berpakaian hitam tengah mengawasi tempat tersebut seperti mencari sesuatu. Salah satu dari pria berpakaian hitam itu mendekati pria tak bernyawa yang tergeletak di tanah. "Sial! Sepertinya seseorang membantunya!" umpatnya kesal.
Dengan tubuh gemetar pemuda cantik itu membekap mulutnya sembari menahan sakit akibat racun yang mengenai lengan tangannya. Namun ia harus berusaha menahannya agar tetap sadar. Jika tidak, ia tidak akan tahu apa yang nantinya akan dilakukan oleh pemuda berhanfu biru itu terhadapnya, meskipun ia sudah menolongnya, namun pemuda dihadapannya itu terlihat mencurigai dirinya.
Setelah beberapa saat kemudian kelompok berpakaian hitam pun pergi dari tempat tersebut. Racun itu terasa mulai menyebar ke seluruh tubuhnya membuat pemuda cantik itu tak dapat menahan rasa sakitnya sehingga melepaskan bekapannya dan hampir jatuh ke tanah sembari memegang lengan tangannya yang terluka.
Pemuda berhanfu biru itupun segera menangkap tubuhnya yang terkulai lemah. Ia pun baru menyadarinya dan segera menyalakan api dengan jurus yang dimiliknya untuk membuat cahaya di sekitar lorong tersebut. Dilihatnya lengan pemuda cantik itu penuh dengan darah ia pun mencoba merobek kain yang sudah terlanjur sobek tersebut tanpa meminta ijin pemiliknya terlebih dahulu. 'Sepertinya racun mulai menyebar ke tubuhnya' gumamnya. Tiba-tiba aroma darah itu terasa manis tercium dari hidungnya. Tanpa sadar ia pun mendekatkan hidungnya kearah lengan pemuda cantik itu seperti tergoda dengan darah manisnya.
"Hei, apa yang akan anda lakukan?" tanyanya curiga bercampur heran, pemuda cantik itupun segera memegang erat lengannya dengan sisa kekuatan yang dimilikinya melarang pemuda berhanfu biru itu untuk tidak melakukan hal yang tidak senonoh terhadapnya. "Jika dari awal saya tahu anda adalah pemuda mesum, saya takkan menyelamatkanmu" sesalnya kemudian.
Pemuda berhanfu biru itupun tersadar dan segera menjauhkan kepalanya untuk menetralkan pikiran anehnya. Ia pun kemudian menyeringaikan bibirnya. Andaikan pemuda cantik dihadapanya itu melihat seringai manisnya, mungkin saat itu juga ia tak bisa menolak ketampanannya. "Ku pikir kita sama-sama seorang pemuda, kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? Apakah kau penyuka sesama jenis?" cibirnya menohok. "Lihat lukamu semakin parah, ku rasa kau terkena racun. Jika tidak segera di obati mungkin kau akan kehilangan nyawamu" ujarnya, membuat pemuda cantik itu merenggangkan tangannya sedikit."Mungkin dengan cara ini kita tidak berhutang satu sama lain" tawarnya kemudian.
'Benar juga, pria ini tidak mungkin berani bersikap tidak sopan denganku ketika aku berpakaian seperti ini. lagipula dia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Jika dilihat juga sepertinya pemuda ini keturunan bangsawan' pikirnya sembari menatap dalam pemuda itu. Ia pun menyodorkan tangannya yang terluka dan membiarkan pemuda di hadapannya menyentuh tangannya.
Melihat hal itu dengan segera pemuda berhanfu biru itu merobek lengan hanfu pemuda cantik itu memperlihatkan lengannya yang begitu putih dan mulus. Lagi-lagi ia berpikir kalau sebenarnya pemuda cantik di hadapannya itu adalah seorang gadis, namun ia segera menampiknya. Tak mungkin seorang gadis diterima di sekte Yin. Terlebih pemuda cantik itu sepertinya bukan orang biasa.
Melihat gerakan yang begitu lambat dari pemuda di hadapannya, pemuda cantik itu pun menggoyangkan lengannya. "Ada apa? Anda tergoda dengan lenganku?" tanyanya begitu percaya diri.
Mendengar hal itu, pemuda berhanfu biru kembali tersadar dari lamunan bodohnya dan mengambil botol cairan dari dalam hanfunya. "Ku rasa aksimu tadi tidak terlihat seperti menyelamatkanku, sebaliknya malah merugikan diriku. Orang yang kau bunuh itu, aku berhasil menangkapnya, sebelum aku tahu motifnya kau tiba-tiba datang tanpa harapan" keluhnya sembari meneteskan beberapa cairan tersebut ke atas luka yang membuat pemuda cantik di hadapannya meringis kesakitan. Ia pun merobek ikatan kain yang melilit di tangan kanannya dan segera membalutkan ke lengan pemuda cantik itu.
"Cih, dasar manusia tak tahu berterima kasih" cibirnya bergumam. "Setidaknya saya memperlambat kematianmu" ujarnya acuh dan menarik lengannya kembali menjauhi tangan pemuda di hadapannya itu. Ia pun mengerucutkan bibirnya ketika melihat lengan hanfunya yang tinggal menggantung setengah. Hanfu itu adalah satu-satunya pemberian terbaik dari gurunya, namun sayangnya karena kecerobohan yang dilakukannya membuatnya merusak hanfu terbaik menurutnya itu.
Karena rasa penasarannya pemuda berhanfu biru itupun bertanya. "Kau, bagaimana tadi kau bisa melakukan jurus Yin seperti tadi?"
Mendengar pertanyaannya itu, pemuda cantik itu menyeringaikan bibirnya. "Lihat, lihat, apa kini anda tertarik dengan jurus yang saya miliki tadi?" tanyanya balik tanpa menjawab langsung pertanyaannya. Tidak heran, banyak orang yang begitu tertarik dengan jurus Yin yang dimilikinya. Namun ia tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan pemuda berhanfu biru di hadapannya itu dan memilih untuk melarikan diri dengan cara yang sama seperti tadi. Ia tidak tahu motif apa yang di miliki pemuda itu ketika bertanya soal 'Yin'. Gurunya sendiri tak pernah membiarkan orang lain tahu mengenai ilmu yang di milikinya. Sayangnya sebelum ia berhasil menabur bubuk putih yang dimilikinya pemuda berhanfu biru itu menyadarinya terlebih dahulu dan menotok tubuhnya membuat dirinya pingsan seketika. Ia pun segera menangkap tubuhnya yang lemah.
"Dianxia!" terdengar seseorang memanggil dirinya dari luar lorong.
Dengan hati-hati pemuda yang di panggil dianxia pun meletakkan tubuh pemuda cantik itu ke tanah.
Seseorang masuk ke lorong tersebut dengan langkah tergesa-gesa. "Dianxia! Apakah anda baik-baik saja?" tanyanya terlihat cemas. Seorang pemuda bertubuh tinggi dan berbadan kekar seperti dirinya serta memiliki paras yang tampan tengah berdiri sembari memegang pedang di sisi tangan kirinya. Terlihat seperti pengawal pribadinya.
"Lei Kun, aku baik-baik saja, apa mereka masih mengejarmu?" tanyanya dengan nada hati-hati sembari menegakkan tubuhnya. Di rasa aman pemuda berhanfu biru pun membuka cadar yang menutupi wajahnya. Jauh terlihat begitu tampan. Dengan wajah putih, hidung mancung dan bibir tipisnya tidak ada kata tidak sempurna mengenai wajahnya. Untuk sebagian pemuda yang berada di dekatnya pasti merasa iri melihat ketampanannya.
Pengawal pribadinya pun memajukan tangannya kedepan memberi hormat sebelum menjawab. "Dianxia, mereka sudah pergi jauh. Sepertinya untuk saat ini mereka takkan mengejar kita lagi, kita aman" lapornya.
"Baiklah, kita harus kembali sebelum matahari terbit" perintahnya kemudian.
"Dia.." pengawalnya itu terlihat bertanya-tanya ketika melihat kearah pemuda yang tergeletak diatas tanah.
Melihat cara pandangnya pemuda berhanfu birupun menjelaskannya. "Kau tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja. Dia hanya pingsan" ujarnya sembari melangkahkan kakinya keluar.
"Baiklah" ia pun menuruti majikannya dan mengikutinya keluar meninggalkan pemuda yang tergeletak tak berdaya itu seorang diri.
Sebelum beranjak pergi, pemuda yang diketahui seorang putra mahkota itu memberikan sebuah perlindungan ke mulut lorong tersebut agar tidak ada binatang buas atau orang jahat yang berani memasuki lorong yang di tempati pemuda cantik itu. Melihat hal itu, sepertinya pengawalnya mengerti kalau orang yang pingsan tadi adalah seseorang yang penting menurut majikannya.
Di sisi lain pria paruh baya berjenggot putih dengan tongkat di tangannya memanggil-manggil nama seseorang dengan terbatuk-batuk. "Xiao Yin! Uhuk! Uhuk! Xiao Yin! Dimana kau?!" panggilnya dengan nada teriak-teriak. "Bocah nakal ini, apakah dia tidak tahu kalau kehidupan diluar itu sangat berbahaya? Kenapa harus membuat pria tua sepertiku khawatir?" keluhnya kesal.
523Please respect copyright.PENANAAyesOMNgcD