Beberapa minggu setelah kejadian itu, membuatku trauma dan tidak mau keluar rumah pada malam hari, aku diizinkan untuk tidak mengikuti pengajian seperti biasanya bersama teman-temanku. Untuk sesaat akhirnya aku bisa bersikap normal dan bermain seperti biasa tapi bayangan sosok itu masih saja muncul di malam hari saat aku ingin tidur. Mungkin di usiaku saat itu akan banyak orang yang tidak percaya atau bahkan menyebutku pembohong yang imajinasinya berlebihan. Tetapi tidak dengan ayah dan mamah, teman-temanku serta guru mengaji, mereka mempercayai semua apa yang aku ceritakan.
Pagi itu, seperti biasa aku berjalan kerumah teman-temanku untuk berangkat sekolah bersama. Aku harus menjemput Wawan dulu baru Musi dan seterusnya sampai ke rumah Andi. Pagi hari di desa itu suasananya enak, masih bisa melihat burung bebas beterbangan, angin pagi yang sejuk, dan ada pula pemandangan orang mandi (karena ada beberapa rumah yang WC nya diluar tapi mereka mandi di luarnya). Ketika sedang asik bercanda dengan Wawan dan Musi, kebetulan mataku menangkap sosok anak perempuan seumuran kami sedang duduk termenung di dekat tiang lampu jalan. Awalnya aku pikir itu hanyalah anak kecil biasa yang sedang menunggu teman-temannya untuk berangkat sekolah, atau mungkin dia sedang tersesat, karena aku juga udah biasa tersesat pulang sekolah padahal jalan besar menuju ke rumahku itu cuman satu tapi ya karena dari dulu aku memang suka buta arah jadi sudah biasa buat aku tersesat atau malah hampir hilang seharian karena gak tau jalan pulang dan itu terjadi kadang-kadang sampai aku dewasa.
Balik lagi ke gadis kecil itu. Awalnya aku menganggap biasa aja, tapi entah lama kelamaan aku sadar ada beberapa yang janggal dari penglihatanku, seperti setiap aku melihat ke arah gadis itu, entah kenapa selalu blur, seperti ada distorasi yang berbeda atau seperti terhalang cadar tipis dan membuatnya beda dari ketika aku melihat ke arah lain. Tapi itu semua cuman perasaan aja sih, mungkin dulu di pikiranku itu cuman kebetulan dan akhirnya aku mengikuti kedua temanku untuk melanjutkan jalan ke sekolah sekaligus menjemput keempat temanku yang lainnya.433Please respect copyright.PENANA6ligvNjiOa
Seperti biasa selepas pulang sekolah, aku dan teman-temanku pasti selalu bermain di halaman sekolah. Dan seperti biasa kami selalu memainkan Patil Lele, permainan tradisional ala anak-anak jaman baheula, maklumlah jaman itu belum ada yang namanya game controller apalagi handphone. Anak 80an atau 90an pasti tau nih permainannya seperti apa.433Please respect copyright.PENANAW68VEuaATf
Nah, karena keasikan main sampe siang kalau gak salah jam 2an ya karena sekolah waktu itu bubar jam 11an (kalau gak salah ingat), akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang.
****
Dan seperti tadi pagi, di tempat yang sama, dimana aku melihat gadis itu. Dan lebih herannya lagi, dia juga melakukan hal yang sama seperti tadi pagi, duduk merenung di bawah tiang lampu, dengan posisi yang sama. Disitu pikiran pertamaku malah ‘mungkin dia kepanasan udah nungguin seharian disitu’ dan dengan memberanikan diri akhirnya aku mendekati gadis itu.
“Kamu gak apa-apa? Kamu gak kepanasan nunggu disitu?” dengan polosnya aku bertanya.
Dan dia cuman ngeliatin aku tanpa menjawab ataupun menggelengkan kepala, ya setidaknya aku tau dia bisa mendengarkan apa yang aku bicarakan.
“Nama kamu siapa?”
Gak ada respon.
“Kamu tinggal dimana?
Tetep gak ada respon.
“Nama aku Mitha. Aku tinggal di ujung jalan itu” samping nunjuk ke arah rumahku. Sampai akhirnya aku menoleh lagi kearahnya dan ternyata..
Deg!
Dia menghilang.
Waktu itu entah apa yang aku pikirkan, tetapi suara Wawan dan Musi menyadarkan aku kalau ternyata dari tadi mereka melihat apa yang aku lakukan, dan apa yang mereka katakan?
“Kamu ngomong sama siapa Tha?”
Oke. Fix kalau apa yang aku lihat atau aku lakuin itu suatu kebodohan. Bodoh karena aku terjebak lagi dengan melihat sosok-sosok yang seharusnya gak aku lihat.
“Gak apa-apa, tadi cuman ada anak perempuan aja.” jawabku, karena aku tau mereka gak akan mungkin menganggapku gila atau pembohong, aku bisa menceritakan apa saja yang saat itu aku rasakan.
“Iya sudah, pulang yuk. Keburu sore loh.” ajak Wawan
“Hayuk” jawabku dan Musi
****
Setelah selesai sholat maghrib, aku menyempatkan diri buat belajar sambil bermain sama Icha, maklum karena jam segitu anak-anak gak akan mungkin boleh keluar kecuali mengaji, itupun hanya sampai isya aja. Dan untuk keluar main gak mungkin, secara rumah tetangga itu jaraknya lumayan jauh dan di jalan setapak masih jarang dipasang lampu, siapa coba yang berani keluar malam?
Akhirnya aku habiskan bermain bareng adik, entah waktu itu sedang seru main apa. Kita berada didalam kelambu kamar mamah, jendela kamarnya menghadap ke samping rumah dan itu gelap banget. Sedang asik bercanda, aku ngerasa dari arah jendela kayak ada yang memperhatikan, seperti ada yang membuat arah mata aku menarik kesana. Tapi setiap aku melihat ke arah jendela gak ada apa-apa, mungkin sugesti atau perasaan aja sih dan itu terjadi hampir beberapa kali.
Sampai akhirnya...
Ada satu sosok yang aku kenal..
Sosok yang tadi pagi aku lihat di jalan arah sekolah
Sosok gadis kecil yang duduk termenung di bawah tiang lampu!
Tapi sekarang sosok kecil yang tadi pagi aku lihat itu seolah-olah hilang dari raut wajahnya, wajahnya membuatku merasa ada yang salah. Dengan wajah yang pucat dan semakin kelam, sorot mata yang entah berfokus kemana. Tapi sejenak aku gak berpikir kesana, aku lebih memikirkan bagaimana gadis itu bisa ada di dekat jendela, karena…
Rumahku itu jenis rumah panggung, artinya untuk ukuran orang dewasa saja mau melihat ke arah jendela dari luar itu harus memakai tangga. Jadi bagaimana bisa dia dengan mudahnya ada disana?
Seolah-olah aku lupa dengan keberadaan adik yang sedang tiduran di kasur, aku memberanikan diri untuk mendekati arah jendela dan mencari tau apa yang diinginkan gadis itu.
“Kka-kamu si-siapa?”
Hening
“Kke-napa ada dirumahku?”
Terlihat dia tersenyum kecil dan hanya menganggukkan kepalanya.
Aku gak ngerti apa maksudnya, tetapi pada saat aku dekat dengan jendela, aku melihat kalau dia..
Kalau dia ternyata gak memakai tangga ataupun alat apapun untuk berpijak tapi dia --
Melayang!
Seketika aku ambruk dan menangis. Badanku menggigil dan jantungku seakan terhenti sedetik. Otak dan badanku seolah gak mau mencerna ataupun melakukan apa yang aku mau.
Untungnya adik aku menangis dan akhirnya mamah masuk kamar dan melihat kondisiku yang entah kenapa seperti itu. Jujur aku gak ingat apapun setelah malam itu. Kata mamah, aku pingsan atau tertidur selama dua hari dan setelah aku bangun, aku seperti gak disana. Maksudnya adalah, aku udah sepenuhnya sadar dan bangun pada hari ketiga tetapi aku terlihat seperti mayat hidup yang punya pandangan kosong di mata dan gak bisa ngelakuin apapun, hanya tiduran dan malam hari selalu mengigau.
Entah ya, sampai saat ini kalau aku mengingat tentang malam itu aku gak bisa sekalipun ingat apa yang terjadi. Aku hanya ingat melihat dia melayang di dekat jendela kamar mamah dan akhirnya aku jatuh menangis. Hanya itu. Setiap aku mengingat-ingat lagi, kepalaku seperti gak mau dan akhirnya aku merasakan sakit di kepala belakang dan samping kanan. Entah itu cuman perasaanku saja, mungkin. Dan aku gak tau apapun tentang sosok gadis itu sampai sekarang.
ns 15.158.61.44da2