Kalian pernah gak takut sama sesuatu atau mungkin sesuatu itu mengingatkan pada kejadian yang mengerikan. Bahasanya sih trauma yah.. Nah aku punya satu cerita.
Ada satu ketakutan aku saat melihat Keranda, Mobil Jenazah dan Bedug masjid yang besar. Kenapa?
Di chapter ini aku bakal langsung ceritain ketiganya ya. Aku lupa kapan tepatnya sih hehe~
1. Keranda dan Mobil Jenazah
Apa sih yang kalian pikirkan saat melihat keranda atau alat untuk mengangkat jenazah ini? Kalau aku jawabannya satu. Takut saat keranda itu kosong tetapi sekilas dilihat lagi ternyata ada yang menempati.
Hari itu setelah pulang sekolah aku menunggu ayah menjemput tetapi ternyata setelah menunggu sekian lama beliau tak kunjung datang. Akhirnya aku berencana untuk berjalan kaki sendiri untuk pulang kerumah. Memang rumahku dengan sekolah tidak terlalu jauh tetapi karena untuk ukuran anak sd sepertiku jelas itu menjadi perjalanan yang jauh.
Setelah beberapa lama berjalan, aku mendengar suara mobil melewatiku dan berhenti. Si supir menilik dari kaca jendela mobilnya dan terlihat sosok pak Yadi (sebut saja begitu) -seorang teman dari ayahku, tersenyum dan bertanya :
“Kok jalan sendiri? Ayah mana?”
“Ayah kelamaan jadi Mitha jalan aja.” jawabku
“Iyaudah ikut sama om aja gimana?”
Aku tersenyum dan langsung berlari menuju mobil itu dan membuka pintu di samping pengemudi. Oh iya, Om Yadi bekerja di salah satu rumah sakit kecil di tempatku, lebih tepatnya bekerja mengemudikan mobil jenazah dan mengantarkannya ke areal pemakaman. Otomatis sekarang aku ikut dengan om Yadi menggunakan mobil jenazah, mungkin beliau baru pulang dari mengantarkan jenazah karena aku sekilas melihat di belakang mobil seperti baru saja digunakan karena ada sedikit genangan air dan kain putih di dalam keranda.
Sepanjang perjalanan kami hanya mendengarkan lagu lawas dan om Yadi juga bernyanyi dengan semangat saat lagu kesukaannya dimainkan. Mungkin saat itu aku tidak merasakan apa-apa, sampai akhirnya lagu dari tape mobil tiba-tiba berhenti.
Aku segera mengeluarkan gulungan kaset itu dan melihatnya, tidak ada gulungan hitam yang terlilit atau keluar.
Aku masukkan kasetnya dan nyalakan lagi tetapi tidak ada suara yang keluar walaupun cd player nya menyala.
Aneh..
Karena suasana hening akhirnya om Yadi mengisinya dengan cerita-cerita konyol yang beliau lakukan saat memancing minggu lalu.
Saat sedang asyik bercerita, kami dikejutkan dengan suara hentakan yang keras dari belakang mobil.
DUK DUK! DUK DUK!
“Mungkin tadi pintu belakang tidak rapat pas ditutup.” begitu kata om Yadi dan aku hanya menanggapinya dengan diam. Disinilah perasaan was-was menjalar, entah kenapa..
Om Yadi akhirnya melanjutkan lagi ceritanya, tetapi selang beberapa saat tiba-tiba beliau terdiam dan menoleh ke arahku. Aku terdiam karena bingung dengan raut wajahnya yang tidak biasa. Mungkin karena beliau melihat wajah bingungku, akhirnya beliau kembali lagi melihat arah depan dan terdiam. Aku gak suka situasi seperti ini, karena aku tau pasti ada yang tidak beres.
Benar saja, selang beberapa menit aku merasakan sesuatu.
Sesuatu yang seperti angin yang menerpa tengkukku. Itu bukan angin yang pasti, karena angin tidak akan terus-menerus berhembus di tengkuk dalam waktu lama. Aku tau itu apa, jadi aku memutuskan untuk pura-pura tidak merasakannya walaupun sebenarnya aku ingin menangis.
Saat rumahku mulai terlihat, aku berdoa agar tidak ada apa-apa yang mengikutiku pulang. Aku berharap hanya sampai hembusan itu saja. Tetapi aku salah.
Saat om Yadi memberhentikan mobilnya tepat di depan rumahku, kami dikejutkan dengan suara yang terdengar jelas sekali berada di samping.
“Kenapa berhenti? Ini bukan rumahku. Aku ingin pulang”382Please respect copyright.PENANA4QN0XRw7Iz
Aku berteriak kencang saat menoleh ke arah om Yadi, begitupun om Yadi yang juga memucat. Sebab, saat kami menoleh ternyata di samping kami (antara kursi penumpang dan supir) muncul sosok yang ditutupi oleh kain putih dan mempunyai ikatan diatas kain yang membungkus kepalanya. Sosok itu muncul dan berbicara seolah-olah ingin diantarkan ke rumahnya.
Aku berteriak dan cepat-cepat membuka pintu mobil dan berlari menuju ke dalam rumah. Aku tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi dengan om Yadi.
2. Bedug Masjid
Saat bulan puasa, apa kalian ingat omongan seperti ini : “Bulan puasa itu seluruh setan atau jin diikat agar tidak mengganggu manusia.” apakah diantara kalian ada yang dikasih tau seperti itu? Aku sering. Tetapi karena kejadian ini aku langsung berpikiran sebaliknya.
Siapa disini yang ngalamin kegiatan sholat berjamaah saat terawih dan meminta tanda tangan dari imamnya?
Hari itu aku dan teman-teman sholat Ashar di masjid dekat rumah dan selepas itu kami tidak langsung pulang tetapi bermain di area masjid yang memang lumayan luas. Aku lupa waktu itu bermain apa, tapi yang pasti kami semua tertawa lepas.
Masjid itu mempunyai ruangan kecil di belakang yang digunakan untuk menyimpan barang-barang kepentingan masjid dan juga beberapa kursi. Sedangkan di pelataran samping masjid terdapat bedug besar yang digunakan untuk menandakan waktunya sholat atau berbuka puasa tiba.
Teman-temanku sangat jahil. Mereka memang selalu membuat kejahilan yang kadang membuat kami semua ditegur oleh pak ustad atau orang-orang sekitar. Contohnya sekarang. Mereka bermain-main di sekitar bedug dan memukulnya tanpa irama. Mereka terus memukul bedug itu sampai ada ibu-ibu yang menegur dan berkata, “heh jangan mainin bedug, nanti ada yang keluar dan marah.”
Waktu itu yang ada di pikiranku, ‘nanti ada yang keluar dan marah’ adalah pak ustad. Teman-temanku akhirnya berhenti memukuli bedug itu dan kembali ke dalam masjid. Tetapi sebelum itu, Firman, temanku sempat memukul bedug dengan keras menggunakan tangannya.
Sampai ada suara geraman keras dari dalam bedug.
Aku terdiam..
Entah hanya aku saja yang mendengar atau mungkin beberapa dari kami juga mendengar, yang pasti suara itu menggema dari dalam bedug. Dan itu hanya sekali.
Aku berjalan berniat untuk masuk ke dalam masjid dan melewati belakang bedug (bentuk belakang yang tidak ditutupi) itu. Saat aku melihat ke arah dalam bedug ternyata membuatku kaget serta heran.
Pasalnya, yang aku lihat itu ada sesosok meringkuk di dalam bedug dan mengeram. Sosok yang tidak besar tetapi tidak kecil. Dengan mata yang sendu dan wajah yang pucat.
Kalau kalian mengira sosok itu seperti manusia, itu salah. Manusia itu kalau dilihat bentuknya padat, gimana yah bilangnya.. Hmm, berbeda dengan makhluk astral, kalau melihat mereka itu seperti melihat hologram yang biasa ada di film-film gitu, memang kalau dilihat seperti tembus pandang dan seperti ada tirai yang nutupi. Aku gak pintar soal menjelaskan sih. Tetapi yang pasti, kalian akan tau jika sudah pernah melihat sendiri.
ns 15.158.61.17da2