Aku terlambat menyadari betapa sampahnya aku. Aku sudah tidak bisa menempatkan diriku di dunia ini lagi. Gara Aria Wijaya, nama yang terlalu indah untuk hidupku yang penuh kotoran. Setelah membunuh ibu panti, bunda, bahkan Reihan. Aku tidak sanggup menatap abang yang hidupnya suram karenaku. Mengetahui kebenaran ternyata semenyakitkan ini. tatapan Zeno yang penuh kasih sayang tidak cocok untukku. Setelah rekaman pengakuanku diperdengarkan. Aku sudah tidak bisa mengelak lagi daru jeruji besi berkarat itu. Aku memegang tangan abangku, merasakan setiap kehangatan yang mengalir dari dirinya, menelisik setiap sisi jarinya berharap tidak ada bagian yang aku lewatkan. Mungkin ini terakhir kalinya aku di sisi abangku. Ternyata selama ini yang membantu aku keluar dari panti adalah Zeno. Ayah dan bunda menyukai Zeno sehingga Zeno menyarankan aku agar diangkat menjadi anak angkat mereka. Zeno menjadi pendosa karena berprasangka buruk pada ayah yang melindungiku. Cintanya yang terlalu besar membuat kepercayaan yang dia berikan kepadaku menjadi berlebihan. Aku yang salah, semua yang terjadi pada hidupku, aku yang harus bertanggung jawab. Selama ini aku selalu melarikan diri dari kewajiban dan menyerahkannya kepada orang lain. Wahh, sepertinya dunia tidak memerlukan sampah sepertiku hidup.
“Dek, jangan risau, abang akan mengurus semuanya. Umurmu masih dibawah standar untuk berada di penjara. Setidaknya kamu bisa direhabilitasi dulu. Abang bakal sering berkunjung. Jangan kecewakan abang kali ini ra, abang mohon”
Mimiknya yang memelas tidak berdaya, sikapnya yang ingin memepertahankanku walau sebenarnya jiwaku telah mati. Membuatku merasa tidak enak hati.
2 minggu kemudian
“Bagaimana? Sudah siap?”
“Sudah dong!!”
“Semangat?!”
“Banget!!”
Aku menggenggam tangan abang dan berjalan menuju gedung putih. Hal ini mengingatkanku ketika pertama aku menemuinya, menyambutku dari luar pagar panti dengan setelan putih dan celana longgar yang dia kenakan. Senyumannya yang receh, tangannya mengulur dan berkata “Namamu Gara kan? Selamat datang di keluarga kami!” senyuman yang sama mengembang seperti dulu, sekarang aku melihat senyumannya. Kenangan indah kami berjalan cepat, menghujani setiap pikiranku.
Memori itu tidak ingin aku lupakan meski aku sudah tiada nanti. “Roti yang abang dapat cuma ini ra. Buat kamu aja ya”
“Tapi abang juga belum makankan?”
“Makan aja, abang kenyang tadi makan angin diluar”
“Emangnya angin bisa dimakan?”
“Kalau Ara mungkin ga bisa, kalau abang bisa. Hehe”
Kemudian aku kembali teringat
“Abang kenapa ibu mukul kita sih? Kan kita cuma mau makan”
“Karena makanannya sedikit mungkin, tetapi Ara jangan takut. Kan ada abang hahaha.”
Dalam lapar dia masih bisa menunjukkan senyumnya
“Abang janji, kalau abang sudah besar dan sukses, abang janji bakal beliin Ara susu vanilla”
“Abang janji ya!”
“Iya!! Janji dua kelingking” kami pun mengaitkan kedia kelingking kami dan berbagi kehangatan.
Aku tersadar dan sekarang aku ada di atas panggung pertunjukan kematian. Aku menoleh ke arah abangku di bawah sana. Dia menangis, matanya berlinang. Dari jauh aku hanya tersenyum. Aku harap ini senyuman terbaikku yang pernah aku persembahkan kepada seseorang. Bibir abang seperti mengomat ngamit, aku menyipitkan sedikit mataku untuk memperjelas apa yang ingin dia katakan. Abang sayang sama Ara. Meski tidak terdengar, tetapi aku mendengar kata-kata itu dari gerakan mulutnya. Aku menangis, ini hari terakhir aku dapat melihatnya di kehidupan ini. aku bersyukur telah hidup sebagai adik dari abang yang luar biasa.
“Kepada seluruh masyarakat kota madin, dengan hukum adat leluhur kita, peraturan ke-19 bagian IX menetapkan tidak mentoleransi pembunuhan terencana oleh saudari Gara, pertimbangan umur telah ditiadakan pada kasus ini. Hari ini adalah hari penghukumannya. Diharapkan ini akan menjadi pelajaran untuk kita semua”
Aku menidurkan diriku di atas tempat eksekusi. Aku menatap langit bitu dengan angin yang terus saja mengganggu anak rambutku. Aku melihat besi di atas sana mulai berderit. Kemudian besi itu jatuh dengan cepat. Inilah akhir dari seorang sampah masyarakat.
ns 15.158.61.44da2