#2 Perspektif152Please respect copyright.PENANAetOfKEREOA
152Please respect copyright.PENANAXBDp46GGfl
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.152Please respect copyright.PENANAwTECV2PSKl
152Please respect copyright.PENANAw9VmbwNFKJ
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”152Please respect copyright.PENANAnuBGUEhIGM
152Please respect copyright.PENANAmcUrAOPvqQ
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.152Please respect copyright.PENANAloazjnw7bR
152Please respect copyright.PENANAbVPVBGa1Eb
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.152Please respect copyright.PENANAi0WlIi3wAZ
152Please respect copyright.PENANAkW191cNErW
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.152Please respect copyright.PENANAUy0ZDKh9d3
152Please respect copyright.PENANAoDYGY5KOGk
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.152Please respect copyright.PENANArE9tuFI6hx
152Please respect copyright.PENANA2Cggh3ZZ0w
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.152Please respect copyright.PENANA8y4lOy9ZY3
152Please respect copyright.PENANAXQjjYK5yOH
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.152Please respect copyright.PENANAsHLDfFaDfO
152Please respect copyright.PENANAwFVgwNzB3B
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.152Please respect copyright.PENANALBaJ0Uq3ON
152Please respect copyright.PENANA4yPULO4rTV
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.152Please respect copyright.PENANAY0YyR1QB3Z
152Please respect copyright.PENANAeyOVJ2EmiH
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.152Please respect copyright.PENANAVXI2357HGM
152Please respect copyright.PENANAYTG1WfzAZJ
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.152Please respect copyright.PENANAs75SeOuiMR
152Please respect copyright.PENANAS9iQT2MorJ
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.152Please respect copyright.PENANA0SsUMKVxZt
152Please respect copyright.PENANAWpfuDMt1by
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.152Please respect copyright.PENANA9W6F1VwggG
152Please respect copyright.PENANAJoltoKV6QW
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.152Please respect copyright.PENANAqe0nDg1kVO
152Please respect copyright.PENANAwW36U8fEQZ
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.152Please respect copyright.PENANA91HYDhn4dt
152Please respect copyright.PENANAYwD7Cj58Xi
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”152Please respect copyright.PENANAdIKevqrNgw
152Please respect copyright.PENANAVSRku2stln
“Dia jaga stand buku.”.152Please respect copyright.PENANABrjtrau14R
152Please respect copyright.PENANADDJrvIQLuJ
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.152Please respect copyright.PENANANllVwg2o3f
152Please respect copyright.PENANAMKd8oBd76J
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.152Please respect copyright.PENANAR0Fnxpkhum
152Please respect copyright.PENANAw7K07agKp3
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.152Please respect copyright.PENANApfBWMvu59w
152Please respect copyright.PENANAMpHzJIUSki
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”152Please respect copyright.PENANA7eUjDGF2mv
152Please respect copyright.PENANAsLhfCNkiuM
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”152Please respect copyright.PENANADEfcKYdIP5
152Please respect copyright.PENANA2aKspoMjbP
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.152Please respect copyright.PENANAnRCWpEc31O
152Please respect copyright.PENANAVNhwgz2WcC
“Gratis, om.” Tolak Fajar.152Please respect copyright.PENANASf3l1uACuK
152Please respect copyright.PENANAB4eZqEJTcW
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.152Please respect copyright.PENANAwaot2jqpuc
152Please respect copyright.PENANAgSrBbARQgU
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”152Please respect copyright.PENANAE5gdPxwcgV
152Please respect copyright.PENANAcKwax7Ojyb
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.152Please respect copyright.PENANAioxXQ7dZcM
152Please respect copyright.PENANAWpAGEhDupn
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.152Please respect copyright.PENANAMr1JBSIGdg
152Please respect copyright.PENANAhGcqSJOAJN
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.152Please respect copyright.PENANA9d7vpwhr9n
152Please respect copyright.PENANAzz7aIm42iu
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.152Please respect copyright.PENANAWXLihSfBnn
152Please respect copyright.PENANArBSbEsaTK9
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.152Please respect copyright.PENANADEUypx21QP
152Please respect copyright.PENANA13h77uQL7e
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.152Please respect copyright.PENANAfc9oPd7QPN
152Please respect copyright.PENANAFLzH9gJtbn
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.152Please respect copyright.PENANAaxJgG4cknq
152Please respect copyright.PENANA4LckNCwC3E
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.152Please respect copyright.PENANAqP1P5GgYAr
152Please respect copyright.PENANA5xT9vBin0p
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”152Please respect copyright.PENANAH0wFPgSnOQ
152Please respect copyright.PENANAoklDGLAJEm
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.152Please respect copyright.PENANAW2iTYZ28bk
152Please respect copyright.PENANAjw7T943R02
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.152Please respect copyright.PENANAsP4sV4sdwD
152Please respect copyright.PENANAUueeiwK3HB
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.152Please respect copyright.PENANAA4uE2AGtHT
152Please respect copyright.PENANAG3LXic53O6
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.152Please respect copyright.PENANACo1YiGDVC6
152Please respect copyright.PENANAoJqQab8L61
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”152Please respect copyright.PENANABHXzElGJoA
152Please respect copyright.PENANAUmf5f3uibv
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.152Please respect copyright.PENANAl4G9MdoZbQ
152Please respect copyright.PENANAlKMBShtjNN
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.152Please respect copyright.PENANA3tAobGR2Oe
152Please respect copyright.PENANAbBaNSK5jxm
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”152Please respect copyright.PENANAaMeJNcwdaG
152Please respect copyright.PENANAArnY2NP5ID
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.152Please respect copyright.PENANAknb4jwn2bX
152Please respect copyright.PENANAPOlkGiWvlm
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.152Please respect copyright.PENANACJVdDnAyOb
152Please respect copyright.PENANA3LY2LLma0e
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.152Please respect copyright.PENANAQAiR5kmjWV
152Please respect copyright.PENANADAVsqvNyg4
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”152Please respect copyright.PENANAFkmChLBEAQ
152Please respect copyright.PENANAh5yeBGVyIh
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.152Please respect copyright.PENANARTNM6uwFF6
152Please respect copyright.PENANARMXxwYmfcb
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.152Please respect copyright.PENANAsGlcOGyVZZ
152Please respect copyright.PENANAhtSWJ5iu37
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.152Please respect copyright.PENANAnXeEoTarEx
152Please respect copyright.PENANAdrEUpEe2of
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.152Please respect copyright.PENANAhv61s7nBCy
152Please respect copyright.PENANAnvYGzEZjHo
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”152Please respect copyright.PENANAaAIZk00QHH
152Please respect copyright.PENANA441NBHaAPr
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.152Please respect copyright.PENANA8XsHkz5Smo
152Please respect copyright.PENANAoSZHvfDf2C
***152Please respect copyright.PENANAeaICwAVrIh
152Please respect copyright.PENANAHNPy27YBfw
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.152Please respect copyright.PENANAzQwgz69r66
152Please respect copyright.PENANAo9ShLbvpM3
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.152Please respect copyright.PENANAL2O8JkeZcw
152Please respect copyright.PENANAZ2tp9g10Y7
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.152Please respect copyright.PENANAocpVO2xX6Z
152Please respect copyright.PENANALM9RXaEfHW
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”152Please respect copyright.PENANALMDJjJFY8Y
152Please respect copyright.PENANAhY4PPfgNMq
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.152Please respect copyright.PENANAvp2OY6qsjq
152Please respect copyright.PENANAWD0OL1evo3
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.152Please respect copyright.PENANA1x2s70rUfV
152Please respect copyright.PENANA7zeYoq5WaZ
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.152Please respect copyright.PENANApSo5F3IMez
152Please respect copyright.PENANA8DcgRxftx6
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.152Please respect copyright.PENANAE8iQ8PItfN
152Please respect copyright.PENANAAJD4z0DPDi
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.152Please respect copyright.PENANASBljhLlQxd
152Please respect copyright.PENANA6mATzECJVF
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.152Please respect copyright.PENANA8NrnNFHJR6
152Please respect copyright.PENANAFt4uRY9Njj
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”152Please respect copyright.PENANAzAyLKRmtsp
152Please respect copyright.PENANAAlJyh4IbS5
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.152Please respect copyright.PENANASCIQ4yKLPz
152Please respect copyright.PENANAQY41JSHg7W
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.152Please respect copyright.PENANApi9TA0Fcvs
152Please respect copyright.PENANApRQ9Gcewlg
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.152Please respect copyright.PENANAvb1PGJDQHh
152Please respect copyright.PENANAcWL7wpE2XT
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.152Please respect copyright.PENANAWhXWrsz9n5
152Please respect copyright.PENANAcx5L8g9nfa
***152Please respect copyright.PENANAEhk34yA4ft
152Please respect copyright.PENANAXYI230lHqq
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.152Please respect copyright.PENANAFuZIY4x66v
152Please respect copyright.PENANAr1WBgR7Riq
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.152Please respect copyright.PENANAxezMKaB7b6
152Please respect copyright.PENANArUbJXFenrV
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”152Please respect copyright.PENANAmPrbny3SU1
152Please respect copyright.PENANAD0Rdb2LdNf
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”152Please respect copyright.PENANAMGkLvSpIFS
152Please respect copyright.PENANAMMJ62Opcdc
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.152Please respect copyright.PENANATy2Dwf45HY
152Please respect copyright.PENANApEW7QWJcnS
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.152Please respect copyright.PENANAesGgFsvgeb
152Please respect copyright.PENANALb39hCIUp3
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.152Please respect copyright.PENANA88KG6evFUI
152Please respect copyright.PENANA7eGNfWYxvl
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.152Please respect copyright.PENANA6WvZWjoQt0
152Please respect copyright.PENANAEBrwX5UPYy
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.152Please respect copyright.PENANAOeKLX5SKVD
152Please respect copyright.PENANA55QIDztBfx
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.152Please respect copyright.PENANAFxweSkn6pj
152Please respect copyright.PENANAZMmLOgCw6F
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.152Please respect copyright.PENANAImhXZmm90H
152Please respect copyright.PENANAbNSLT2OBJF
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”152Please respect copyright.PENANAiu8v4mH2yT
152Please respect copyright.PENANAPejKsggjBA
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”152Please respect copyright.PENANAjnaUttHcqZ
152Please respect copyright.PENANA8KdCmBUHR0
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.152Please respect copyright.PENANAWmwWlZQ6CG
152Please respect copyright.PENANAeurzuaauT6
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”152Please respect copyright.PENANAKhGX4rx7DR
152Please respect copyright.PENANAoTeaQzwug2
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”152Please respect copyright.PENANAYp9QcTnxTo
152Please respect copyright.PENANADHUylqywXE
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”152Please respect copyright.PENANA5Q7HwBwFMZ
152Please respect copyright.PENANAPzUomSZLDG
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”152Please respect copyright.PENANA9hi9r160pY
152Please respect copyright.PENANAbau7i39LOe
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.152Please respect copyright.PENANA0YrJ2WzzYs
152Please respect copyright.PENANABFt0nRFukP
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”152Please respect copyright.PENANAEfRdvD8jt0
152Please respect copyright.PENANAHwSo4K3yY0
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.152Please respect copyright.PENANAQ5tNlxqRml
152Please respect copyright.PENANA0hujeBeGXN
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.152Please respect copyright.PENANA2ZnF6g6AMd
152Please respect copyright.PENANA1pwPSstnne
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”152Please respect copyright.PENANAzC4VbtNH9k
152Please respect copyright.PENANAc7j6AljAsA
“Umi penasaran doang,” kataku.152Please respect copyright.PENANAcUEN4gieZF
152Please respect copyright.PENANA5lL546mZ3B
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”152Please respect copyright.PENANAt8IDsDJBOj
152Please respect copyright.PENANAlHn2m8Cop3
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.152Please respect copyright.PENANAuh4s0SIfky
152Please respect copyright.PENANAohBdecU7BF
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.152Please respect copyright.PENANAGGauHvyaCS
152Please respect copyright.PENANA4N1zxoSK7s
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.152Please respect copyright.PENANAS5UkbQb09U
152Please respect copyright.PENANALQGOzi4zov
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.152Please respect copyright.PENANA5LrnweWdZI
152Please respect copyright.PENANAUrQAsjSdEL
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”152Please respect copyright.PENANAlJrcH594jh
152Please respect copyright.PENANADe4LsC6qy3
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”152Please respect copyright.PENANA30iVgye5Dv
152Please respect copyright.PENANA2KUfQbtc3r
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”152Please respect copyright.PENANAsmGIhdWx1T
152Please respect copyright.PENANADTJ2NKReHs
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.152Please respect copyright.PENANAUtbE66R0bC
152Please respect copyright.PENANAiq1OKA9yAq
***152Please respect copyright.PENANAqDzljlKjK1
152Please respect copyright.PENANAM7gZcAz09L
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.152Please respect copyright.PENANAs4CweyMSJB
152Please respect copyright.PENANALj1Xxu9e9N
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.152Please respect copyright.PENANA8JvK5GeR8z
152Please respect copyright.PENANA3Lfwj4nFR6
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.152Please respect copyright.PENANAYyGa39KQUD
152Please respect copyright.PENANAGV3fPApOch
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.152Please respect copyright.PENANAiHZYQLIiQd
152Please respect copyright.PENANAxWl0TDPkVn
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.152Please respect copyright.PENANAnydRkSjINE
152Please respect copyright.PENANASL9SVrXPj8
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.152Please respect copyright.PENANAJmMAa9NLBE
152Please respect copyright.PENANA4pb1SACGap
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.152Please respect copyright.PENANAKG0c1MgJRT
152Please respect copyright.PENANANuNNdqgNm3
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.152Please respect copyright.PENANANFj2nzaUvo
152Please respect copyright.PENANAjApMdvTvD7
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.152Please respect copyright.PENANAB4ArJT49QQ
152Please respect copyright.PENANAl9ThARyLdD
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”152Please respect copyright.PENANAj4QZz0vsEr
152Please respect copyright.PENANAepbUeNW5NI
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.152Please respect copyright.PENANARMdc72nRHD
152Please respect copyright.PENANA4OIZCbXfJF
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.152Please respect copyright.PENANAMwippYnK4m
152Please respect copyright.PENANAg4i962qeL1
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.152Please respect copyright.PENANAqPmpL8leBX
152Please respect copyright.PENANACcD8qkofN3
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”152Please respect copyright.PENANA1AQkecUaSH
152Please respect copyright.PENANANkBTzjv8pV
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”152Please respect copyright.PENANA4XKoMkj28y
152Please respect copyright.PENANAAP3OJNuClm
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.152Please respect copyright.PENANAquySiSzUsn
152Please respect copyright.PENANAaQBcYcwmYl
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.152Please respect copyright.PENANArZjpgVuhi3
152Please respect copyright.PENANA4lOmPGyput
“Tante cemburu?” dia menoleh.152Please respect copyright.PENANA9HSc3igdv8
152Please respect copyright.PENANAwseseNtXhp
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.152Please respect copyright.PENANAxZXyXRRgjT
152Please respect copyright.PENANAgCpkgAo6Ye
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.152Please respect copyright.PENANAebLNR5p50B
152Please respect copyright.PENANA7b3JEudDhu
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.152Please respect copyright.PENANAWxKEzu9hTX
152Please respect copyright.PENANAXm27gC4zVc
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.152Please respect copyright.PENANA3LGcnn6otz
152Please respect copyright.PENANA4jSXMz6ldy
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”152Please respect copyright.PENANA3MSTkGhhv9
152Please respect copyright.PENANAPqVnUtqDEC
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.152Please respect copyright.PENANAvQMGQListh
152Please respect copyright.PENANAUpMyH9f3QU
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”152Please respect copyright.PENANAJsdfyt2yyU
152Please respect copyright.PENANALz2NeNl1b6
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.152Please respect copyright.PENANAxgPKGT9XXE
152Please respect copyright.PENANAl3ohDZhLWK
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”152Please respect copyright.PENANAJZtp9XueXb
152Please respect copyright.PENANAHy1sKeuLt4
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.152Please respect copyright.PENANArUp5mvYJDd
152Please respect copyright.PENANAMIe6Ixl3Sw
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.152Please respect copyright.PENANAEWMgHnypuc
152Please respect copyright.PENANAmAsnvk7YxE
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.152Please respect copyright.PENANAhcNhfXoTx8
152Please respect copyright.PENANATJ006Fe8uO
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.152Please respect copyright.PENANAnDv7JpWhAG
152Please respect copyright.PENANAFFayEYJQU5
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.152Please respect copyright.PENANAnmdJVHklsj
152Please respect copyright.PENANAyfUcG52yXv
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.152Please respect copyright.PENANA4ruXM6r7dv
152Please respect copyright.PENANA9SSN14wvJH
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.152Please respect copyright.PENANAwEpDgwmUJx
152Please respect copyright.PENANAuVPB3mfIHC
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.152Please respect copyright.PENANAQQARIC22Ez
152Please respect copyright.PENANAyFpCSuzKSK
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?152Please respect copyright.PENANAhD7PHWVojX
152Please respect copyright.PENANAlSzahK8M1X
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.152Please respect copyright.PENANAlqDDtKFlns
152Please respect copyright.PENANAKIt2d0Ro9K
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.152Please respect copyright.PENANAaaKjzsPG11
152Please respect copyright.PENANAJg0LIZdVbh
***152Please respect copyright.PENANA0ewMEaxpow
152Please respect copyright.PENANA2zJ4bsBG0y
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.152Please respect copyright.PENANAEi2VQdrsOI
152Please respect copyright.PENANA4KwjcNCW9S
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.152Please respect copyright.PENANAT7SbgI0Fu6
152Please respect copyright.PENANAvez3Tf8XLj
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.152Please respect copyright.PENANAJAcRHJcYMC
152Please respect copyright.PENANAkXYZ9XIuaK
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.152Please respect copyright.PENANArJkE6uiEdl
152Please respect copyright.PENANACXTBoGiZ76
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.152Please respect copyright.PENANAVzjjIuwK8z
152Please respect copyright.PENANAgd0fN9fu4F
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.152Please respect copyright.PENANAHaEpQOXpMG
152Please respect copyright.PENANAsy3iZKp9qO
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.152Please respect copyright.PENANAQHJlvlnXYZ
152Please respect copyright.PENANA5wTfqoIaMf
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.152Please respect copyright.PENANAUV7OKuAUUG
152Please respect copyright.PENANAXcGpADCCA0
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.152Please respect copyright.PENANAJ3Lb5wFS5t
152Please respect copyright.PENANALFhI281PTB
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.152Please respect copyright.PENANANFLFXE8jfY
152Please respect copyright.PENANArG2LKEhopw
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.152Please respect copyright.PENANAzyYK4JbQEa
152Please respect copyright.PENANAvIjSjZE0up
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.152Please respect copyright.PENANAPzuUGXXX2L
152Please respect copyright.PENANAkfg3pekuqc
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.152Please respect copyright.PENANA2nYgbnCSRJ
152Please respect copyright.PENANAuIfHNX3BDF
Aku menggelang.152Please respect copyright.PENANAvafEyLQyfL
152Please respect copyright.PENANA1pVbCRDN7E
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”152Please respect copyright.PENANApRHMCKIlOX
152Please respect copyright.PENANAbXogz8QtvM
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”152Please respect copyright.PENANAXxEZSM4KWg
152Please respect copyright.PENANAdGZ1BV41gK
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.152Please respect copyright.PENANA96zaqYq1AZ
152Please respect copyright.PENANAAUyRJ0wm1W
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.152Please respect copyright.PENANAry4dKzgobC
152Please respect copyright.PENANAbN5aSVApCx
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,152Please respect copyright.PENANAbNjRA2BtMc
152Please respect copyright.PENANAQyMebR2aF5
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
ns 15.158.61.55da2