#3 Apa yang memaknai “Segalanya?”79Please respect copyright.PENANAFRuK18QZfr
79Please respect copyright.PENANAGW9ZMKzMmm
Aku berdiri di tengah pintu, memandangi anak-ku dan suamiku yang hendak pergi menuju bandara. Aku tersenyum haru. Waktu berlalu begitu cepat bagaikan kedipan mata. Tak terasa Adit akan lekas kuliah. Ia memutuskan untuk kuliah di ibu kota. Dan Dimas menyertainya untuk mengurus segala keperluannya.79Please respect copyright.PENANAlEm4hFjgYO
79Please respect copyright.PENANAR656wm7YBS
Dari kejauhan, aku melihat Fajar masuk ke dalam mobil. Ia bertugas mengantar mereka. Ya, hubunganku dengan Fajar kian memburuk waktu ke waktu. Satu bulan kami tidak berbicara. Aku enggan, begitupun dia.79Please respect copyright.PENANAygXEXKW7Nf
79Please respect copyright.PENANA2dX9auMTuS
Adit Dan Dimas melambai dari kejauhan dan masuk ke dalam mobil. Aku tersenyum kepada mereka. Lalu, mobil yang dikendarai mereka menjauh dari pandanganku dan perlahan menghilang. Sedih rasanya melepas anak satu-satunya, pastilah rumah akan terasa sepi, cepat-lambat aku harus terbiasa. Aku menghela nafas dan menutup pintu sambil melangkah menuju kamarku.79Please respect copyright.PENANAPwvzfdohV0
79Please respect copyright.PENANAr2SGQJtzaJ
Tiba di kamar aku lekas berbaring. Jarum jam baru menunjuk pukul sepuluh pagi. Aku sudah selesai melakukan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Aku menatap langit-langit kamar. Sesekali aku tersenyum sendirian, mengingat-ingat kenangan sewaktu anakku masih kecil.79Please respect copyright.PENANAD2tbossvSO
79Please respect copyright.PENANAzzsx3qzEtA
Adit tergolong anak yang aktif. Aku sering mengajaknya bermain di taman dekat rumah. Dia bersama Fajar sering berlari-larian di taman. Sesekali mereka berdua mengajakku bermain perosotan. Adit dan Fajar memang akrab sejak kanak-kanak, mereka seperti tidak terpisahkan. Dari SD-SMA, mereka berada di sekolah yang sama. Kini mereka tidak lagi anak kecil, sudah beranjak dan tumbuh dewasa.79Please respect copyright.PENANAO7vQ4pfhi9
79Please respect copyright.PENANAgEC70i21Ol
Satu jam berlalu, aku masih berbaring di ranjang. Entah kenapa aku tidak mood untuk melakukan apapun, kepergian anakku membuatku merasa sedih. Memikirkannya saja membuat bola mataku berkaca-kaca.79Please respect copyright.PENANAvY4MCr995W
79Please respect copyright.PENANArVs5xhzsJB
Aku keluar dari kamar, melangkah menuju dapur. Membuat kopi hangat dan memutuskan untuk bersantai di sofa sambil membaca buku. Aroma kopi hitam tercium. Aku menyesap kopi sambil memejamkan mata. Lalu membuka lembar-lembar buku dan membacanya.79Please respect copyright.PENANApWdq8TkqIQ
79Please respect copyright.PENANARDyKH7HYXM
Satu persatu Lembar-lembar buku terlewati. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, aku menoleh. Fajar tersenyum kepadaku, aku tidak membalas. Berpura-pura membaca buku. Langkahnya semakin mendekat. Entah kenapa aku merasa gugup.79Please respect copyright.PENANA26OzRTyYjf
79Please respect copyright.PENANA506YX21KeT
Fajar duduk di hadapanku. Aku masih bergeming, enggan untuk menatapnya. “Kunci mobilnya, Tan.” Fajar meletakan kunci mobil di atas meja. Kemudian berdiri. “Fajar pulang dulu.”79Please respect copyright.PENANABHqEWAD6Jw
79Please respect copyright.PENANAfYsgJhVq6w
Ingin rasanya aku mengatakan tidak. tapi urung untuk ku lakukan. Sebenarnya aku rindu berbincang dengannya. Tapi, aku tidak ingin terlihat seolah aku suka kepadanya. Nanti, ia pasti akan bersikap semena-mena padaku.79Please respect copyright.PENANA8BS7eA9yZC
79Please respect copyright.PENANAMT0Bbeeack
Maka, kubiarkan ia pergi, dan kembali membaca buku. Aku menghela nafas ketika Fajar telah hilang dari pandanganku. Remaja itu sungguh membuatku jengkel. Ia tidak meminta maaf kepadaku atas perlakuannya tempo dulu. Seakan yang dilakukannya adalah benar. Aku menggelengkan kepala, anak jaman sekarang moralnya pada rusak.79Please respect copyright.PENANAiIdgOhWdkz
79Please respect copyright.PENANAj37TleWew7
Waktu berlalu begitu saja, aku merasa bosan dan bosan. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Kopiku sudah habis menyisakan bubuk-bubuk hitam yang basah. Lembar buku yang berhalaman 120 sudah tuntas kuhabiskan. Sofa yang empuk perlahan terasa keras sebab aku tidak beranjak kemanapun sama sekali.79Please respect copyright.PENANAqMYMwpBFZr
79Please respect copyright.PENANATb5nsMKKtq
Aku meregangkan tanganku sambil menggelengkan kepala, sebab kantuk perlahan menjalar. Aku menyandarkan punggung di sofa sambil menatap langit-langit atap. Berkata dalam hati, Abi, cepetan pulang, umi bosan sendirian.79Please respect copyright.PENANAvUqDomBEqv
79Please respect copyright.PENANAPBIptuj8GW
Terdengar notif WhatsApp. Aku meraih ponselku di atas meja, samping gelas. Pesan WhatsApp tertulis: Abi sama Adit udah di Jakarta, ini lagi cari kost.79Please respect copyright.PENANAVOzSnixu7Y
79Please respect copyright.PENANAt3Vwnxwm5o
Aku merasa lega, lalu mengetik: Alhamdulilah, terus kabarin umi, ya. 79Please respect copyright.PENANAH5lMpHtmSx
79Please respect copyright.PENANAl6bvtvvekC
Aku menunggu balasan, tapi yang kulihat hanya centang biru yang berarti sudah dibaca. Aku mengerti, mungkin mereka sibuk. Maka, aku letakan ponselku kembali ke meja. Kemudian merebahkan tubuhku di sofa yang empuk, menyandarkan kepala di penyanggah sofa, berharap satu minggu cepat berlalu. Kantuk merambat, mataku perlahan malu, bersaman dengan itu, aku terlelap.79Please respect copyright.PENANAYrHeIvD0uQ
79Please respect copyright.PENANAtWcddSu8o2
***79Please respect copyright.PENANA00NNB6WKks
79Please respect copyright.PENANAkg17MWQxqG
Aku terbangun di sore hari, pukul dua. Sehabis mandi aku kembali ke sofa, tentunya dengan secangkir kopi hitam yang selalu menemani kesendirianku. Tapi, kali ini tidak ada buku yang ku baca.79Please respect copyright.PENANAfn1KDZl03g
79Please respect copyright.PENANAHM3iB0huUU
Aku sibuk berkutat dengan ponselku. Berselancar ria di media sosial. Berita-berita terbaru di lini masa membuatku jengkel. Aku bukan seorang ibu rumah tangga yang dengan mudahnya akan termakan hoax. Aku memiliki nalar yang bagus untuk memilah mana yang benar dan tidak.79Please respect copyright.PENANAscfkJI5vKz
79Please respect copyright.PENANAphA2oyaigd
Tapi, itu semua tidak cukup untuk membunuh bosanku. Aku meletakan kembali ponselku dan menyesap kopi hitam yang mulai mendingin, mulai melamun dan membiarkan pikiranku ke mana-mana. Belum ada satu hari setelah Dimas dan Adit pergi, tapi aku sudah hampir mati karena dilanda bosan.79Please respect copyright.PENANArqFn9ER7aT
79Please respect copyright.PENANA9PEXPhXQna
ingin rasanya aku keluar rumah dan ke toko buku, tapi aku tidak bisa mengendarai mobil. Entah kenapa terbesit sesuatu dalam pikiranku. Buru-buru aku mengambil ponsel dan mengirim pesan WhatsApp pada suamiku: Bi, Umi mau ke toko buku. Abi bisa gak bilang sama Fajar buat anterin umi.79Please respect copyright.PENANAUUrSNWwqTS
79Please respect copyright.PENANAWaZT75TfDX
Agak lama aku berfikir sebelum mengirim pesan tersebut. Tapi, pada akhirnya aku menekan tombol kirim. Sambil menunggu, aku beranjak ke kamar. Memoles pipiku dengan sedikit make-up. Dan mungkin saja, dengan langkahku seperti ini, Fajar akan meminta maaf, dan hubungan kami kembali seperti sediakala. Semoga dia menyadari kesalahannya.79Please respect copyright.PENANAQTNCOvTqm4
79Please respect copyright.PENANAHOZgGr3FU5
Lima belas menit aku menunggu balasan dari suamiku. Tapi tak kunjung jua ia membalas. Agak kecewa, aku menyandarkan punggungku di sofa. Derit pintu terdengar, Aku menoleh ke arah pintu, menampilkan sosok remaja yang teramat kurindu. Fajar tersenyum di tengah pintu. Kemudian Ia menghampiriku dan duduk di sofa.79Please respect copyright.PENANAZTZGDRtuNG
79Please respect copyright.PENANA2N9Z6Qn3iJ
“Cie, kangen.” Fajar menggodaku sambil tersenyum kecil.79Please respect copyright.PENANAVhyXbbA6CI
79Please respect copyright.PENANAJrUkppMAy0
Kenapa aku harus merona seperti ini? Aku memejamkan mata sejenak, dan menjawab dengan datar, “Tante cuma mau minta anterin dong, gak lebih.”79Please respect copyright.PENANAHJA6WatPSM
79Please respect copyright.PENANAhzgFSihvrD
Fajar malah terkekeh. Ia tampak rapi dengan jaket jeans, dan celana pendek hitam. “Mau kemana nih, tan?” tanyanya.79Please respect copyright.PENANAop0sTrmObm
79Please respect copyright.PENANABlArsrpXT7
“Ke toko buku,” kataku, masih datar.79Please respect copyright.PENANAVPm2LoTaQE
79Please respect copyright.PENANAJ90TIdFBTa
Fajar mengangguk, lalu berdiri. Aku mengekor. Kami keluar dari rumah. Aku mengeluarkan kunci mobil dari tas yang melingkar di pundakku.79Please respect copyright.PENANA6XB75FEuUc
79Please respect copyright.PENANAqBLKADKIEF
“Nih, kuncinya,” kataku. Fajar berbalik, menyambut uluran ku. Kami berdua lekas masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, aku selalu menggunakan gamis kalau pergi kemana-kemana.79Please respect copyright.PENANAFXN1v7mItN
79Please respect copyright.PENANAcM3RsV3k9q
***79Please respect copyright.PENANAJlfhv7UT4k
79Please respect copyright.PENANAzb8W70GQVV
Dalam mobil, hening menyapa. Fajar fokus menatap jalanan sambil mengemudi. Aku memandang keluar jendela mobil. Memperhatikan jalanan dari kaca yang tertutup. Canggung menyalak dalam ruang. Entah kenapa, berduaan dengan Fajar seperti ini membuat degup jantungku berdetak tak karuan. Di tambah dengan parfum yang dikenakannya, aroma yang segar dan ringan, seperti campuran buah dan bunga. Aku mengernyit heran ketika toko buku terlewati, Aku menoleh dan bertanya kepadanya, “Ini mau kemana?”79Please respect copyright.PENANAN66fa87WjF
79Please respect copyright.PENANAICdlUrqQhY
“Kerumahku,” kata Fajar masih fokus menyetir.79Please respect copyright.PENANAvcLrgp993R
79Please respect copyright.PENANAhMgN5c9Mxo
“Tante mau ke toko buku,” kataku.79Please respect copyright.PENANAxTrZiVwoxe
79Please respect copyright.PENANANY7jG9TXut
Fajar tak menjawab. ia masih fokus menyetir.79Please respect copyright.PENANAcXW1oA6yct
79Please respect copyright.PENANA8eOPVH6ubI
Tapi, entah kenapa aku tidak marah, malah membiarkannya. Padahal tidak sesuai dengan tujuanku. Aku menghela nafas dan kembali memandangi jalanan dengan degup jantung yang semakin berdetak kencang.79Please respect copyright.PENANAphXe7Cw44s
79Please respect copyright.PENANAmAXVo5NP4k
Lima belas menit kemudian, tibalah aku di Rumah Fajar. Ia membuka pintu mobil dan turun, begitupun aku. Aku mengekor dari belakang. Di depan pintu langkahnya terhenti. “Mau di dalam atau di teras, tan?” tanyanya.79Please respect copyright.PENANAqEqSIjRX7e
79Please respect copyright.PENANA4rO6DT6nTa
“Teras aja, Jar.”79Please respect copyright.PENANA8ffAi9ooiN
79Please respect copyright.PENANAAxFL40hKui
Fajar meraih gagang pintu dan membukanya. Sementara Aku duduk di pembatas teras, urung untuk masuk, sebab, jujur saja aku masih ada ketakutan apabila Fajar melecehkan ku.79Please respect copyright.PENANAxpC1rKe9lP
79Please respect copyright.PENANA72WgPHHEge
Fajar tiba dengan bangku karet yang ia angkat di kedua tangannya, lalu meletakan dua bangku karet itu saling bersebelahan. “Duduk, tan, Fajar mau bikin kopi dulu.”79Please respect copyright.PENANAlCih44IYxp
79Please respect copyright.PENANAc5SHdDosY0
Aku beranjak duduk di bangku sambil menunggunya membuat kopi. Halaman rumah Fajar terlihat asri dengan rerumputan hijau.79Please respect copyright.PENANAsny4bVtlVN
79Please respect copyright.PENANAHLdaCkK4O6
Tiba-tiba Ponselku berdering, aku merogoh tasku dan mengangkat telepon.79Please respect copyright.PENANAN0XaYbj6lW
79Please respect copyright.PENANAFGKtnO3NeD
“Assalamualaikum, mi,” Terdengar suara Dimas di sebrang sana.79Please respect copyright.PENANAriwzZDMDCH
79Please respect copyright.PENANAEsuDL603bl
“Walaikumsallam, Abi,” jawabku.79Please respect copyright.PENANAOiZDZ7nuo8
79Please respect copyright.PENANA4lsFmyPyxr
“Abi sama sama Adit udah dapet kos, nih,” Kata Dimas. Aku bisa mendengar suara Adit yang nampaknya ingin berbincang denganku.79Please respect copyright.PENANApKDTu6Tpc6
79Please respect copyright.PENANA3nsOhRUw6E
“Bi, mana Adit,” kataku.79Please respect copyright.PENANAf8gVUSmjxD
79Please respect copyright.PENANA4E98DetRh9
“Assalamualaikum, Umi,” Terdengar suara Adit. “Umi sehat kan? Umi kesepian ya? jangan kangen sama Adit ya, mi.”79Please respect copyright.PENANAvI9mqoeGoQ
79Please respect copyright.PENANAXtQfY4edXe
Aku terkekeh. “Kamu kuliahnya yang benar, awas aja kalau kamu gak karuan di sana.”79Please respect copyright.PENANAaezOL9ycqi
79Please respect copyright.PENANAdjKCmNah2r
Terdengar suara Adit tertawa. “Iya umi sayang, Adit janji, kok, bakal kuliah yang benar dan bikin Umi bangga.”79Please respect copyright.PENANAVBmAKpsSf0
79Please respect copyright.PENANAyUmyJaOgZW
Aku senang mendengarnya. Tapi, obrolan kami tidak berlanjut lama, Terdengar Dimas mengambil alih percakapan. “Mi udah dulu, ya. Abi sama Adit mau lanjut dulu. Yang sehat, ya, Mi. Assalamualaikum.”79Please respect copyright.PENANAGwJEx2eX49
79Please respect copyright.PENANAAUMrfVczE8
Aku membalas salam suamiku dan mematikan telepon. Tak lama, Fajar datang dengan membawa dua cangkir kopi. Ia meletakkannya di pembatas teras, kemudian duduk di sampingku.79Please respect copyright.PENANAIK8KXI1o1v
79Please respect copyright.PENANAJWFMZM8uqK
Canggung kembali menyapa di antara kami, entah kenapa aku merasa mulutku seakan terkunci. Sementara Fajar piawai menyesap kopinya sambil memandang ke depan. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Aku harap dia tidak bertindak aneh-aneh.79Please respect copyright.PENANAeDAn79xxGK
79Please respect copyright.PENANAOxAen8qimE
Aku meletakan kedua tanganku di paha, meremas pelan gamisku sebab canggung menyalak lebih lantang. Sepuluh menit berlalu dan tidak ada perbincangan di antara kami. Bahkan, saking heningnya, desir rumput terdengar.79Please respect copyright.PENANA7WGyocicPe
79Please respect copyright.PENANAhG0bi5HSyT
“Kopinya minum, tan.” Akhirnya Adit membuka percakapan.79Please respect copyright.PENANARjzCfwm2um
79Please respect copyright.PENANArH8ZGUkxCc
Aku mengangguk kikuk sambil meraih secangkir kopi dan menyesapnya sedikit, lalu meletakkannya kembali.79Please respect copyright.PENANANlr73JEUYz
79Please respect copyright.PENANASwVAx8TtTN
“Kamu gak kuliah, Jar?” tanyaku mencoba membuat obrolan memanjang.79Please respect copyright.PENANAU15e42kYHJ
79Please respect copyright.PENANAHg4at8lTek
“Kalau Fajar kuliah, kasihan nenek, Tan,” katanya. “Gak mungkin kan nenek sendirian di rumah?”79Please respect copyright.PENANAWiJf2mgxTq
79Please respect copyright.PENANAIx5yLp1WKi
Aku mengangguk. Mengiyakan. “Nenek belum pulang?”79Please respect copyright.PENANAQ1J1tDLQ4f
79Please respect copyright.PENANANplkS90P1a
“Nenek kalau hari biasa pulangnya agak malem, biasanya habis magrib.”79Please respect copyright.PENANAKzcy5hcLi3
79Please respect copyright.PENANA39We2s06ZZ
“Nenek masih kuat kerja, ya. Padahal udah lumayan tua, lho.”79Please respect copyright.PENANA2ORKEeVAFm
79Please respect copyright.PENANAI7HFXv707U
“Ya, begitulah, tan,” katanya. “Fajar juga udah kasih tau nenek biar Fajar aja yang kerja. Tapi nenek selalu keras kepala.”79Please respect copyright.PENANAXkSi0oByr3
79Please respect copyright.PENANAnHicFcALcq
“Namanya juga orang tua, Jar. Apalagi nenek udah rawat kamu dari kecil, Mungkin nenek mau ngeringanin tanggung jawab Fajar juga, kan?”79Please respect copyright.PENANAnuRswbK3Rj
79Please respect copyright.PENANA5ZpvQQUTCP
Fajar mengangguk masih menatap ke depan. “Mana Adit udah kuliah,” nadanya terdengar kecewa. “Jadi gak bisa lihat tante lagi.”79Please respect copyright.PENANAhNILfub575
79Please respect copyright.PENANA38JycjZHaW
Aku tertawa ringan. “kalau kamu mau main ke rumah, main aja,” kataku. “Pintu rumah terbuka lebar buat kamu.”79Please respect copyright.PENANAQjnb0w8t6i
79Please respect copyright.PENANALVEC0vs6G1
Perlahan, perasaan kesalku kepadanya mereda, bagai sebuah air panas yang mulai mendingin seiring waktu.79Please respect copyright.PENANAt6FFBMnss1
79Please respect copyright.PENANAiCWq6hNImk
Ia terlihat tersenyum, kemudian beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ia datang sambil membawa gitar. Merubah posisi bangkunya mengarah ke aku, dengan gitar yang duduk takzim di pangkuannya.79Please respect copyright.PENANA4nubpkJjNk
79Please respect copyright.PENANAO4dwodrNHA
“Mau dinyanyiin tan?” Tanyanya.79Please respect copyright.PENANAichWEyF88o
79Please respect copyright.PENANAjU4XNeKKUX
Aku terlihat antusias, dan mengubah posisi dudukku. Kini kami saling berhadapan.79Please respect copyright.PENANAurp6iSHDpg
79Please respect copyright.PENANAc2gS7iBqmF
“Boleh,” kataku agak tersipu.79Please respect copyright.PENANAxTVYEsSrpU
79Please respect copyright.PENANAQihVcmkdbv
Perlahan, terdengar nada merdu dari dawai Gitar. Petikan-petikan dari jemarinya membangun sebuah nada yang harmonis. Jemari satunya berpindah-pindah chord. Membentuk sebuah kesatuan irama.79Please respect copyright.PENANAjyXAOF4WoC
79Please respect copyright.PENANAkEtwghj4At
“Badai, puan telah berlalu berlalu, salahkah ku menuntut mesra,” Fajar mulai bernyanyi. Suaranya halus, indah, penuh rasa. Ia menatapku, aku pun begitu. entah bagaimana, rasa hangat bisa kurasakan dari setiap tatapannya.79Please respect copyright.PENANAmTyWsGbgPG
79Please respect copyright.PENANALCg3kVrg9v
Dia melanjutkan, “Tiap taufan menyerang, kau di sampingku, kau aman ada bersamaku.” Ia semakin dalam menatapku, petikannya pada dawai dan suaranya yang indah mampu membuatku terpaku, dan bergeming dari duduk.79Please respect copyright.PENANAMh3GE4JXfc
79Please respect copyright.PENANASNaSUsDCIA
“Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu79Please respect copyright.PENANAMYs58L9Psw
Ku di sebelahmu,” Suara nya terlihat megah dalam petikan dawai yang merdu. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan senyum hangat yang mampu membuatku tak berdaya.79Please respect copyright.PENANAX2ndzfJFjP
79Please respect copyright.PENANAFJHvCD5g7t
Aku menggeleng pelan ke kanan-kiri, menikmati setiap perpindahan Chord C ke G yang begitu indah, nyaman, dan mampu membuatku tak melepaskan pandangan kepadanya.79Please respect copyright.PENANAm4pDz6vmUp
79Please respect copyright.PENANA6Lyj4E6pdh
Fajar tersenyum, jemarinya berhenti memetik dawai. Aku berhenti menggelengkan kepala. Fajar meletakan gitarnya di pembatas teras. Dia kembali menatapku, perlahan wajahnya semakin mendekat. Jantungku berdegup tak karuan. Seketika pupil mataku membesar ketika ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku bergeming. Tiga detik bibir kami saling menyapa, kemudian kudorong tubuhnya cukup kuat.79Please respect copyright.PENANA5L94ycowHn
79Please respect copyright.PENANAo91pggLBFd
“Apaan, sih kamu, Jar!” kataku, geram, merasa terlecehkan. Posisi dudukku berubah, tidak berhadapan dengannya, melainkan kembali menatap ke depan, ke halaman. Aku tidak habis fikir, berani-beraninya ia mencium bibirku.79Please respect copyright.PENANAKVpYRfrXhA
79Please respect copyright.PENANAFmo23npurT
“Fajar cinta sama tante.”79Please respect copyright.PENANAxrcHEvZ7ax
79Please respect copyright.PENANA2b05QXnhMf
Bagai Guntur yang menyalak di siang bolong, kurasakan sentakan kuat. Bagaimana bisa ia mecintai seseorang perempuan yang seharusnya lebih cocok menjadi ibunya. Aku menggeleng-geleng. “Jangan aneh-aneh, Jar,” kataku, ketus. “Kamu udah ngelecehin tante, tau gak?”79Please respect copyright.PENANA1bEzJZX6IQ
79Please respect copyright.PENANAbKlGh8wmD2
Fajar menyentuh bahuku, lekas kugeser bahuku. “Jangan pegang-pegang,” kataku, masih garang.79Please respect copyright.PENANAb8iC9WxKdF
79Please respect copyright.PENANALyLUNUJTsU
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar serius, Fajar cinta sama tante!”79Please respect copyright.PENANAKTfwGj9dTf
79Please respect copyright.PENANAiNQYQbIsRB
“Tante udah punya keluarga, fajar!”79Please respect copyright.PENANAB6R1mbLpXT
79Please respect copyright.PENANAzEvRVdTGkX
“Fajar tahu tante gak bahagia,” katanya dengan mudah menyimpulkan.79Please respect copyright.PENANAvKwEVjrL1C
79Please respect copyright.PENANAzLWT8UbyZB
Otakku terasa panas, aku menatapnya dengan tajam. “Jaga omongan kamu!” bentakku.79Please respect copyright.PENANAwt0rxZVRSB
79Please respect copyright.PENANALdLzWBMvmv
Fajar menunduk, agaknya ia merasa bersalah. Aku sedikit merasa tidak tega membentaknya. Tapi, dia memang pantas mendapatkannya. Tidak pernah seumur-umur lelaki lain mencium bibirku selain suamiku sendiri.79Please respect copyright.PENANAdw3RxbS1kJ
79Please respect copyright.PENANASS0NppkUc1
Terdengar helaan nafasnya lagi. Ia merogoh kantung celana. Aku mengernyit bingung ketika ia mengeluarkan kotak bewarna merah berbentuk love. Fajar membuka kotak itu. Aku menelan ludah ketika melihat cincin yang duduk takzim di dalamnya. Kemudian aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.79Please respect copyright.PENANAJuICl9Wjau
79Please respect copyright.PENANAxjA2wvmtec
Sambil menunduk Fajar berkata, lirih, “Fajar nabung buat beli cincin ini, buat tante.”79Please respect copyright.PENANAV2zJNkJLOg
79Please respect copyright.PENANASISj2x55Ee
Aku terenyah, dadaku berdebar tak karuan. Amarahku menghilang seketika, seakan kata-katanya tersebut mampu menembus jiwaku dan mengobrak-abrik nya dari dalam. Mataku memanas, pandanganku berkaca-kaca, aku terharu. Aku tahu persis bahwa cincin itu sungguhlah mahal, dan dia butuh waktu berapa lama untuk menabung dan membeli cincin itu.79Please respect copyright.PENANA55q87q30Ah
79Please respect copyright.PENANAQuSvHxEkaI
“Tante gak bisa, Jar, maaf,” kataku, sedikit terisak. “Tante udah punya suami.”79Please respect copyright.PENANARvXT6zCXiJ
79Please respect copyright.PENANAll2JBoR3LO
Fajar mengangguk pelan, menutup kembali kotak cincin itu dan berkata, “Iya, tan. Setidaknya Fajar lega udah mengutarakan perasaan Fajar.” Dia tersenyum.79Please respect copyright.PENANA8Y4pMB5MMf
79Please respect copyright.PENANAzn8heq68K7
Lagi-lagi aku merasa terenyah. Senyum yang keluar dari wajah remaja itu mampu membuatku luluh. Isak-ku semakin menjadi. Perlahan ku rasakan jemari-jemarinya mengusap pipiku dan menyeka tangisku. Aku membiarkan jemari itu bergelayut di wajahku. Ada perasaan nyaman ketika Fajar menyentuh wajahku, sebuah perasaan nyaman yang lagi-lagi tidak bisa ku jelaskan.79Please respect copyright.PENANAenZEhUFswL
79Please respect copyright.PENANAoFLKPlYEHU
Kemudian ia menarik tubuhku dalam dekapannya. Tangannya melingkar di tubuhku. Aku membiarkannya. Bersamaan dengan isakku yang mulai mereda, Fajar mengusap kepalaku yang terbalut jilbab. Aku merasa nyaman, ku tenggelamkan wajahku lebih dalam pada dadanya. Berada di pelukannya terasa hangat.79Please respect copyright.PENANA6ruzz2KlyI
79Please respect copyright.PENANAmcAulTmvgo
Kemudian Fajar mendorong tubuhku, lalu menatapku lekat, kedua tangannya memegang kepalaku. Dia tersenyum, kemudian menarik kepalaku. Bisa kurasakan bibirnya mencium keningku. Lagi-lagi aku membiarkannya, padahal aku sadar, apa yang aku lakukan ini adalah dosa yang besar. Yang teramat besar.79Please respect copyright.PENANAEZkJiA1vPS
79Please respect copyright.PENANAys3Maq2kqR
Kami kembali menatap satu sama lain. Fajar tersenyum penuh arti, aku pun begitu. Lalu dia berkata, “Tante mau jadi pacar Fajar?”79Please respect copyright.PENANAewVNsMzBOs
79Please respect copyright.PENANAybotTDClnI
Ungkapan hati remaja itu sungguh tak bisa ku terka. Bagaimana bisa aku menjadi pacarnya, sedangkan aku sendiri bersuami. Maka, aku berkata kepadanya, “Tante gak bisa, Jar. Maaf, ya.”79Please respect copyright.PENANAuo5E0nJe5D
79Please respect copyright.PENANAaPMpIWPgWh
Kedua tangannya beranjak turun dari kepalaku. Aku bisa menangkap kecewa pada raut wajahnya. Ia menggeser bangkunya, menatap kosong halaman.79Please respect copyright.PENANARHPv6P2XJB
79Please respect copyright.PENANA11Ji0A0Aps
“Emang salah ya, Tan, kalau Fajar cinta sama tante?” tanyanya, lirih.79Please respect copyright.PENANAW1Gh04EDLj
79Please respect copyright.PENANAtprxMtPJCD
“Engga ada yang salah dari cinta, Jar,” Aku meliriknya sekilas. Ia masih fokus memandang ke depan. “tapi tante udah bersuami.”79Please respect copyright.PENANAl1kkxGu2hW
79Please respect copyright.PENANADsseh541NQ
“Kan, bisa diem-diem, tan.” ia bersikukuh.79Please respect copyright.PENANAgxVn2zTKBg
79Please respect copyright.PENANAqVCmKLoraN
“Tante gak bisa, Jar,” aku tetap menolak. “Lagian kamu udah punya pacar, kan?”79Please respect copyright.PENANAFwQ55qp5qD
79Please respect copyright.PENANAhu70ag2qfm
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar gak pernah pacaran, Tan. Cewek kebanyakan suka sama Fajar, tapi Fajar engga. Fajar cintanya sama tante dong.”79Please respect copyright.PENANAJIHxXwPjGg
79Please respect copyright.PENANAhpA9SUwP8f
Mendengar perkataannya barusan, aku sedikit tersipu. Tak bisa dipungkiri bahwa Fajar lumayan tampan untuk digandrungi remaja perempuan seumurannya. Dan aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa mencintai seorang ibu rumah tangga sepertiku ini. Agak penasaran aku bertanya, “Kenapa kamu bisa cinta sama tante? Banyak lho perempuan yang seumuran dengan kamu yang lebih cantik daripada tante.”79Please respect copyright.PENANA8k82YsURrT
79Please respect copyright.PENANA72pnxe72X4
Fajar menoleh, mata kami bertemu. Dia berkata, “Yang cantik emang banyak, tan. Tapi, kalau Fajar Sukanya sama tante, gimana?”79Please respect copyright.PENANAjK7JHqnvZe
79Please respect copyright.PENANAeXhkEgBKYL
“Tapi, tante udah bersuami, Jar!” aku mengulangi terus menurus.79Please respect copyright.PENANAh3RZHWJNDS
79Please respect copyright.PENANAgns6oDnuaj
Fajar meraih kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Aku membiarkannya. Ia semakin dalam menatapku, kemudian berkata, “Tan, tolong kasih Fajar kesempatan buat bikin tante Jatuh cinta sama Fajar, ya?”79Please respect copyright.PENANAI7zkwvQM6p
79Please respect copyright.PENANAa153DT0Y28
Aku dilema. Aku mecintai suamiku, tapi, bersama Fajar aku merasa lebih hidup. Aku tahu semua ini dosa yang besar, tapi aku tak sanggup untuk lari dari dosa ini.79Please respect copyright.PENANAUCVTfhp14H
79Please respect copyright.PENANAWbci8wRQtX
“Fajar tahu, Kok, Tante ada perasaan sama Fajar.” Fajar tersenyum sambil terus menatapku. Aku menunduk. Benar yang dikatakannya, bahwa aku menyukainya sebagai lawan jenis.79Please respect copyright.PENANAkDnqnQHJIg
79Please respect copyright.PENANAznNFxaP13u
“Tan,” katanya lembut. Aku mendongak, menatap binar matanya yang seakan meminta kepastian. “Balas perasaan Fajar, ya?” Ia berkata lirih.79Please respect copyright.PENANAqNZCzBwnIC
79Please respect copyright.PENANANA7hZRMgD8
Aku memejamkan mata. Menikmati setiap elusan lembut jemarinya di punggung tanganku. Aku menghela nafas, kemudian menatapnya kembali. Aku tidak bisa membohongi perasaanku kepadanya. Aku mengangguk pelan.79Please respect copyright.PENANAKYwiFAirWo
79Please respect copyright.PENANAitSWyMAGwK
Fajar kembali membawaku pada peluknya. Aku bisa merasakan rasa senang yang mengalir pada tubuhnya. Begitupun aku, aku tidak menghindar bahwa aku juga merasa senang diperlakukan romantis seperti ini.79Please respect copyright.PENANAOtcc5X4bmP
79Please respect copyright.PENANAx2lqIqAZR8
Fajar melepas pelukan. Mata kami bertemu. Wajahnya mendekat, aku memejamkan mata. Membiarkan bibirnya bertemu dengan bibirku. Kenyal, aku merasakan bibirnya yang terasa kenyal. Lidahnya berusaha masuk, aku membuka sedikit bibirku, membiarkan lidahnya menyapa rongga mulutku. Lumatan-lumatan terjadi, aku membiarkannya sambil memejamkan mata.79Please respect copyright.PENANAM27daFrbg4
79Please respect copyright.PENANAvWs5Hzvnqu
Aku merasakan sentuhan di pahaku, tubuhku merinding ketika sentuhan tangan Fajar mulai beralih ke pinggangku. Aku membiarkannya. Lumatannya semakin liar, lidahnya mencoba mencari lidahku. Aku hanya diam, tidak membalas pun menolak.79Please respect copyright.PENANAq8zB4zGjJy
79Please respect copyright.PENANA1QK2mnncbT
Aku mendesah kecil ketika telapak tangannya mulai meremas pelan buah dadaku. Lagi-lagi aku tak menolak, membiarkannya. Remasan itu semakin kasar, membuatku melenguh kecil. Tapi, kemudian, ku dorong pelan dadanya. Aku belum sanggup untuk melangkah ke hal yang lebih jauh.79Please respect copyright.PENANATF5O4A5UXt
79Please respect copyright.PENANAh8AckYPDjr
“Jangan jauh-jauh dulu, ya?” Aku menatapnya meminta pengertian.79Please respect copyright.PENANAPCBWTZ9gYQ
79Please respect copyright.PENANA9dqe6TCt1Y
Fajar mengangguk paham. Kemudian ia usap pelan kepalaku. “Iya, tan. Fajar tunggu kesiapan tante.”79Please respect copyright.PENANA5v59gLI4NA
79Please respect copyright.PENANAuAfk69wHUW
Aku menggangguk.79Please respect copyright.PENANAQXGYWU43pm
79Please respect copyright.PENANACqvCrUoYxJ
Fajar merogoh kantung celananya dan kembali mengeluar kotak bewarna merah itu. Ia bukan kotak itu dan mengambil cincin yang kemudian dengan mesra ia lingkaran di jari manis tangan kiriku. Aku membiarkannya. Aku merasa senang diperlakukan sebegitu romantisnya.79Please respect copyright.PENANAyMUQ1ECM81
79Please respect copyright.PENANAqgCfCNOd14
“Dengan ini, tante udah resmi jadi milik Fajar.” Ia tersenyum sumringah menatapku.79Please respect copyright.PENANAgiJurN5KHf
79Please respect copyright.PENANASc2N0sc90s
“Udah, ih, takut ada yang lihat,” kataku sambil merubah posisi ke depan. Sekilas aku melirik cincin yang ia lingkarkan di jari manisku. Cantik sekali.79Please respect copyright.PENANA3kHOBCGyKh
79Please respect copyright.PENANAMFyHPFJoA7
Kami kembali pada suasana awal. Fajar tersenyum tak karuan sambil menatap halaman-halaman hijau. Aku pun begitu, perasaanku terombang-ambing bagai sebuah ombak kecil yang bergoyang menyapu para perenang.79Please respect copyright.PENANAqUZF6Oe4iw
79Please respect copyright.PENANARcSha9IwsH
“Fajar udah suka sama tante dari kecil, lho.” Fajar terkekeh, kakinya membujur di penyangga teras.79Please respect copyright.PENANAejDkvhenuV
79Please respect copyright.PENANADVRrm3qOSu
“Kok, bisa?” tanyaku, penasaran.79Please respect copyright.PENANA7kgZ9nsnjL
79Please respect copyright.PENANA6nFbi70ns8
“Menurut Fajar, tante baik banget. Waktu masih kecil tante sering ngasih Fajar jajan, sering kasih mainan. Pokoknya tante tuh baik banget. Mana cantik lagi!”79Please respect copyright.PENANAMaGLbQVMh2
79Please respect copyright.PENANAXsWVjNqrvp
Aku sedikit terharu mendengarnya. Dan bisa kurasakan tidak ada kebohongan pada suaranya. “Kamu suka tante, gara-gara itu doang?” tanyaku.79Please respect copyright.PENANAb5rG4phvGC
79Please respect copyright.PENANAz8TblO2SRM
Fajar menggeleng. Aku menoleh ke arahnya, “Terus?” tanyaku lagi.79Please respect copyright.PENANAuCstQBJoek
79Please respect copyright.PENANAsmCJHnZIgb
Fajar menoleh sekilas kemudian kembali menatap ke depan. “Cinta engga butuh alasan, Tan,” katanya. “cintah sudah cukuplah bagi cinta.”79Please respect copyright.PENANAxxoMcKVMnT
79Please respect copyright.PENANAXHh2KxvQ0A
Aku terkekeh. “Dasar pujangga.”79Please respect copyright.PENANAdgIQlcQ8MZ
79Please respect copyright.PENANApK5DNXbug9
Fajar tersenyum kecil. “Tante udah mau pulang?”79Please respect copyright.PENANAVBLetlA3i4
79Please respect copyright.PENANAbOa9zsJxaK
Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Baru pukul setengah empat. Aku menggeleng. “Bentaran lagi, deh, jar.”79Please respect copyright.PENANAqC8Zlzt38L
79Please respect copyright.PENANAsIYhJezm63
“Mau main ps?” tanyanya. “yang kalah dapat hukuman.”79Please respect copyright.PENANAHcabdj65JA
79Please respect copyright.PENANAXZzc0wMjZu
Aku nampak antusias. “Kalau kamu kalah, beliin tante tiga buku, oke?”79Please respect copyright.PENANAG3BceheaWC
79Please respect copyright.PENANAA8dgjIgqR6
Fajar mengangguk. “Kalau tante kalah, aku boleh cium ketiak tante sepuasnya, oke?”79Please respect copyright.PENANAFdLPFBj7cE
79Please respect copyright.PENANANkSnErAbNe
Aku menarik kepalaku sebab terkejut. Lalu berfikir sejenak dan akhirnya mengiyakan. Fajar sumringah. kami berdua berdiri dan masuk ke dalam. Duduk bersampingan di lantai. Fajar menyodorkan stick PS kepadaku dan menyalakan tv. Aku bersiap-siap mengambil posisi yang nyaman. Lagian, tidak mungkin ia bisa mengalahkan ku, aku sangat piawai bermain console game.79Please respect copyright.PENANAxKOnWXz9EF
79Please respect copyright.PENANAj19Un033pN
Pertandingan di mulai. Kami bermain game sepak bola. Tombol stick terdengar. Kami sama-sama fokus. Saling beradu strategi satu sama lain. Riuh gembira terdengar. Suasana semakin intens. Babak pertama skor masih 0-0. Di mulai-lah babak kedua dengan tegang yang menyalak. Aku mendengus kesal ketika Fajar mencetak gol pertamanya. Ia menoleh dan menjulurkan lidah kepadaku. Kami terus bermain dan sampai pada babak akhir. Aku kalah dengan skor 2-0.79Please respect copyright.PENANAR93i1lDS1d
79Please respect copyright.PENANAG7RT5xllMI
Fajar tersenyum sumringah, lalu mengedipkan mata kepadaku, mengejek. Aku malah meringis kesal kepadanya.79Please respect copyright.PENANA1bkSTK95pp
79Please respect copyright.PENANAXvDH2IK1Fv
“Angkat tangannya, tan,” Fajar mendekat ke arahku.79Please respect copyright.PENANAV0eXnsNLEm
79Please respect copyright.PENANAIJEsnFYFS1
Mau tidak mau aku mengangkat tangan kananku ke atas dan membiarkannya menciumi area ketiakku. Fajar memejamkan matanya sambil mengendus bau ketiakku.79Please respect copyright.PENANAJUb6GkPztC
79Please respect copyright.PENANAsTiyaJ4hL8
“Enak banget, baunya Tan,” katanya.79Please respect copyright.PENANAPDr1xOiVLl
79Please respect copyright.PENANA762t42T4Cj
Aku tidak menanggapi. Perlahan tangan kirinya mulai masuk ke dalam Gamisku dan membelai pahaku. Aku membiarkannya,79Please respect copyright.PENANAWwtjc0JAPa
79Please respect copyright.PENANAOIzLKQ2W9Y
“Udah, Ya, Jar. Tangan tante capek.” Aku hendak menurunkan tangan, tapi Fajar lekas mengangkat tanganku kembali ke udara.79Please respect copyright.PENANAZuvpHrAQJQ
79Please respect copyright.PENANAgwqR01vU8Q
“Bentar lagi, tan.”79Please respect copyright.PENANA2ztXUsNi8g
79Please respect copyright.PENANAtfY1OHsjbX
Aku mengiyakan, dan membiarkannya menikmati aroma ketiakku yang aku yakin tidaklah berbau. Aku kerap merawat bagian dalam tubuhku dengan baik, tentu saja aku percaya diri. Fajar semakin nakal. Tangan kanannya mulai merembet menuju pangkal pahaku.79Please respect copyright.PENANAxfU4daEQ00
79Please respect copyright.PENANAk4nc380t7V
“Jangan masuk ke dalam, Jar.” Aku mendorong tangan kanannya agar keluar dari gamisku. Fajar mengerti, tangan kanannya hengkang dari dalam gamisku. Kemudian ia beralih menuju buah dadaku, yang lekas ku tahan.79Please respect copyright.PENANAKi8mcAEcrA
79Please respect copyright.PENANAJPEBEafjMU
“Jangan,” kataku.79Please respect copyright.PENANAwfStxroa9e
79Please respect copyright.PENANAorWqr1TQ5N
Fajar yang masih mengendus ketiak ku tak peduli. Ia dorong tubuhku, aku bergeser merapat ke dinding dengan satu tangan yang masih terangkat ke atas. Tangan kanannya masih berusaha meremas buah dadaku. Lagi-lagi aku berusaha untuk mencegahnya.79Please respect copyright.PENANAF7mJisNdDL
79Please respect copyright.PENANAw8GW2oLouB
Kemudian Fajar menurunkan tanganku dan mengangkat tanganku yang satu. Bergantian, ia endus area ketiakku. Aku menelan ludah sebab posisi ini sungguh membuat desir gairahku bangkit79Please respect copyright.PENANALkNkEepkRy
79Please respect copyright.PENANAS8a1aFFAUE
Aku melenguh ketika buah dadaku di remasnya perlahan. Kali ini aku membiarkannya. Entah kenapa aku malah menikmati setiap sentuhan tangannya. Tapi, aku tidak mau terlalu jauh.79Please respect copyright.PENANApBDVbYVrSU
79Please respect copyright.PENANAHmVZwZmixa
“Udah, Jar. Tante mau pulang.” Aku menurunkan tanganku dan mendorong tangan satunya yang meremas buah dadaku.79Please respect copyright.PENANAb7CuHrXL31
79Please respect copyright.PENANAt9MOMu6Jpv
Sambil bersandar di dinding, aku berkata lagi. “Tante mau pulang, Jar.”79Please respect copyright.PENANAt9HrB6aHBS
79Please respect copyright.PENANAHp0Wg9HnF2
Wajahnya terlihat tanggung. Tapi, dua detik kemudian dia tersenyum dan bangkit. Aku bersyukur sebab dia mengerti. Aku beranjak berdiri sambil membenarkan gamisku yang sedikit berantakan. Lalu melangkah keluar rumah.79Please respect copyright.PENANAk71dj29YPW
79Please respect copyright.PENANAuSEBUeSzNn
Fajar menutup pintu dan menguncinya. “Aku nginep di rumah tante, ya?” tanyanya.79Please respect copyright.PENANAxKbYJKc2Ui
79Please respect copyright.PENANAN7SlOnc8aQ
Aku tidak menjawab. Fajar bertanya lagi. “Boleh gak, tan?”79Please respect copyright.PENANA2X8WdCKyDY
79Please respect copyright.PENANAiYjdlKg9h1
“Nenek sendirian nanti di rumah,” elakku.79Please respect copyright.PENANAQd3x9lzPuK
79Please respect copyright.PENANAJq8vK7xXcA
“Nenek hari ini kebetulan nginep di rumah tetangga, tan.”79Please respect copyright.PENANAkMoEKxxJW1
79Please respect copyright.PENANArgkvC11fwV
Aku tidak punya alasan lagi untuk menyangkal. “Iya,” kataku singkat dan mengangguk.79Please respect copyright.PENANAsM5XMfTvVb
79Please respect copyright.PENANAIAaLjDYM2w
Fajar sumringah. Kemudian ia menggenggam tanganku. Aku membalas genggaman tangannya. Kami melangkah masuk ke dalam mobil bagai pengantin baru. Lagi-lagi, keromantisan ini membuatku tersipu.79Please respect copyright.PENANA1QbRVceShe
79Please respect copyright.PENANAVDljrlo6Of
Dalam mobil, sepanjang perjalanan, aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Posisi ini terasa hangat sekali. Fajar masih fokus mengemudi. Aku ingin menikmati kemesraan ini. Untuk kedepannya, aku tidak tahu, aku tidak bisa menerka apa yang terjadi.79Please respect copyright.PENANACJ1VRyRSGz
79Please respect copyright.PENANAohePVjWpyg
Aku memandang ke kaca mobil depan. Memperhatikan setiap kendaraan di depan mobil kami. Jauh di sana, langit-langit menguning, burung-burung berterbangan bagai mengemis kasih pada awan yang menggulung. Di luar kaca jendela sampingku, bangunan-bangunan, warung-warung, yang kami lewati tampak ramai orang-orang. Aku melirik Fajar sekilas. Wajah remaja itu tampak teduh. Aku tersenyum, menyadari sesuatu, bahwa matanya sungguh indah, bagai mata elang yang beterbangan meninggalkan anaknya untuk mencari makan. Dalam suasana sore yang bisa kurasakan teduh, aku memejamkan mata. Bahunya, menjadi tempat yang teramat nyaman untuk bersandar.79Please respect copyright.PENANA0uH7nFTncY
79Please respect copyright.PENANAvX5vSQNhUt
***79Please respect copyright.PENANAkd04JgBeII
79Please respect copyright.PENANAa7yuBmKY8e
Sesampainya di rumah, Fajar lekas menghambur di sofa. Sementara aku beranjak ke kamar, berganti pakain, lalu kembali menghampirinya.79Please respect copyright.PENANAqXT5CMKCqp
79Please respect copyright.PENANAOg6617cHVc
“Di sini, tan.” Fajar menepuk sofa, mengisyaratkan agar aku duduk sampingnya. Aku mengiyakan, dan duduk sebelahnya.79Please respect copyright.PENANAUqi1ja5pGH
79Please respect copyright.PENANA8gzdiSID7L
“Jangan ngerokok, tante gak tahan asap rokok,” kataku ketika Fajar hendak membakar rokoknya.79Please respect copyright.PENANAAkGtGcsGJj
79Please respect copyright.PENANAjtAW4gjP5Z
Fajar meletakan rokoknya di atas meja, tangannya melingkar di bahuku. “Bikinin kopi dong, tan,” katanya.79Please respect copyright.PENANAgTxPAplTBX
79Please respect copyright.PENANAG51aIvgCfO
Aku tersenyum kepadanya, lalu bangkit. Tapi tiba-tiba Fajar memukul pelan pantatku, sontak aku berbalik dan menatapnya garang. Fajar malah tertawa sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah. Aku yang tidak mau berdebat dengannya langsung melangkah menuju dapur.79Please respect copyright.PENANAROrgYKDxlv
79Please respect copyright.PENANAbFljbLqO75
Tiba di dapur aku mengambil dua cangkir gelas, lalu menuangkan bubuk ke masing-masing gelas. Kemudian memanaskan air. Sambil menunggu air panas aku kembali mengingat-ingat setiap hal yang barusan terjadi. Agaknya aku sudah melewati sebuah batas.79Please respect copyright.PENANAwO5efwlnRR
79Please respect copyright.PENANA6JWVvfNKGI
Istri mana yang berani membiarkan remaja seumuran anaknya mencumbu bibirnya dan mengendus ketiaknya. Aku tak menyangka bahwa aku membiarkannya begitu saja. Pun ketika ia memukul pelan pantatku, aku tidak merespon marah kepadanya. Bukankah dia sudah melecehkanku?79Please respect copyright.PENANAQufxFMJWL7
79Please respect copyright.PENANAOwTvPM19BS
Gemercik air terdengar. Buru-buru aku menuangkan air kedua gelas dan membawanya, kembali menuju ruang tamu.79Please respect copyright.PENANAfij2zQ3nyY
79Please respect copyright.PENANAmIy8CDsN6k
“Ini, tuan muda,” kataku bercanda sambil meletakan dua cangkir kopi di atas meja.79Please respect copyright.PENANAVMEQzeg7m7
79Please respect copyright.PENANAPHqkYnBuYt
Fajar meraih kopinya masih panas. Ia tiup perlahan dan menyesapnya sedikit. Kemudian Terlihat wajahnya yang sumringah.79Please respect copyright.PENANAw7arYZT3vJ
79Please respect copyright.PENANAyjDA4xjXyp
“Nanti Fajar tidur sama tante boleh?” Fajar meletakan kembali cangkirnya dan menoleh ke arahku.79Please respect copyright.PENANAUfp2ynw6Gy
79Please respect copyright.PENANAkjdfNzTmSm
“Jangan aneh-aneh, deh,” kataku, sedikit galak. “kamu tidur di kamar Adit!”79Please respect copyright.PENANAIhQnA9OHcc
79Please respect copyright.PENANAb9WAUOJy2L
Fajar menghela nafas dan berpaling. Terlihat raut wajahnya kecewa. Lalu aku berkata, “Kan tante udah bilang, tante belum bisa sampe jauh.”79Please respect copyright.PENANAUdfD0pAE4w
79Please respect copyright.PENANArzycYXGXUh
Remaja itu sangat ngebet sekali untuk menikmati tubuhku. Tentu saja aku tidak semudah itu untuk memberikannya. Walaupun ia sudah sempat menikmati bibirku. Tapi, aku tidak ingin di pandang serendah itu.79Please respect copyright.PENANACpqPMySefz
79Please respect copyright.PENANA5uiCAo09U6
“Yudah, kalau gitu mau ciuman,” katanya lagi.79Please respect copyright.PENANAPx6PSZe1mB
79Please respect copyright.PENANAf5tEVVu1dW
“Engga boleh!”79Please respect copyright.PENANABN43BVqcuH
79Please respect copyright.PENANASizRwjMn7S
“Tante semuanya gak boleh,” katanya. “Lagian tadi juga kita ciuman.”79Please respect copyright.PENANAcOvHeBMA01
79Please respect copyright.PENANA60RnT36mJ5
Aku menghela nafas sejenak dan berkata, “Ciuman aja, ya, gak lebih. Awas aja tangan kamu sampe ke mana-mana.”79Please respect copyright.PENANApHtWIjS3cR
79Please respect copyright.PENANAYwMVAPZdgf
Fajar terlihat bersemangat. Buru-buru ia mendekat dan memegang kepalaku dengan kedua tangannya lalu mendaratkan cumbuan pada bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami menyatu. Terasa bibirku di gigit kecill olehnya, kemudian lidahnya berusaha masuk dalam rongga mulutku. Lidahnya berusaha mencari lidahku. Aku tak piawai dalam bercumbu, makanya aku hanya diam saja dan membiarkannya. Semakin lama. Lumatan-lumatan Fajar, membuat gejolak birahiku bangkit seketika. Perlahan aku mencoba membalas lumatan pada bibirnya.79Please respect copyright.PENANA3J2mFdCQf7
79Please respect copyright.PENANAByYCy38MG1
Dengan mesra Fajar membaringkanku di sofa sambil terus melumat bibirku. Aku bisa merasakan tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian pahaku yang bisa kurasa menyentuh kakinya. Kemudian Fajar menyudahi aktivitasnya. Kami saling bertatapan.79Please respect copyright.PENANAciXNGCMWHH
79Please respect copyright.PENANAm982r7WOH9
“Boleh cium ketek, tan?” tanya Fajar.79Please respect copyright.PENANAZ1C2OrIVn2
79Please respect copyright.PENANAMbmpKeRwW3
Aku mengangguk. Dengan segera Fajar mengangkat tangan kananku dan membenamkan wajahnya dalam ketiakku. Aku yakin dia bisa mencium aroma ketiakku dengan lebih leluasa, sebab pakaian yang ku gunakan sekarang cukup tipis.79Please respect copyright.PENANA0MzFnTDZ9z
79Please respect copyright.PENANAiosk2lF1gM
Aku merasa geli ketika merasakan ketiak ku dijilati dari luar, seketika aku mendorong kepalanya pelan. “Jorok, ih,” kataku. Fajar tidak peduli, Kini giliran ketiakku yang satunya ia cium aromanya.79Please respect copyright.PENANACs5PGjPWX3
79Please respect copyright.PENANAsvkqKcffxG
Tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian dadaku yang ditindih oleh dadanya. Aku yakin dia pasti bisa merasakan kenyalnya kedua buah dadaku.79Please respect copyright.PENANAi36hkUnhfG
79Please respect copyright.PENANA5xDlVsenmd
Permainan Fajar semakin liar, aku bisa merasakan tangan satunya meraba bagian pahaku. Lagi dan lagi, aku dorong pelan tangannya agar tidak menyentuh areh sensitif ku. Sebab aku memang benar-benar belum siap.79Please respect copyright.PENANA5xBPZF9ysZ
79Please respect copyright.PENANAXjrJKWbMxd
Bosan mencium ketiakku, dia mulai mencumbu bibirku kembali. Aku kembali memejamkan mata. Sambil kepalaku bersandar di penyangga sofa, aku membalas kecil lumatan-lumatannya.79Please respect copyright.PENANAyNDE7dZDtu
79Please respect copyright.PENANAvyoWCBGxXo
Lagi-lagi ia berusaha meremas buah dadaku, kembali ku halangi dan mendorong tangannya. Tangannya yang satu meraba pahaku. Aku sedikit kesulitan untuk mencegah aktivitas tangannya yang begitu nakal.79Please respect copyright.PENANAXhl4hP4Vlj
79Please respect copyright.PENANA0rgkErvYIv
Lumatan-lumatan yang dilayangkannya membuatku semakin bergairah. Perlahan, aku membiarkannya meremas buah dadaku. Posisi kami tampak seperti orang yang sedang bercinta, dengannya yang di atas sementara aku berada di bawah.79Please respect copyright.PENANA8WKTkNYHbC
79Please respect copyright.PENANAf9zMhpxj4o
Suara-suara yang diciptakan dari percumbuan kami memenuhi ruang tamu. Semakin lama permainan Fajar semakin liar. Aku bisa merasakan celana kainku mulai terangkat melewati betis. Menampakan sekujur area kakiku yang putih dan bersih. Aku tidak ingin terbawa suasana, makanya kudorong pelan dadanya, dan cumbuan kami terlepas.79Please respect copyright.PENANAVYpBPtOxcZ
79Please respect copyright.PENANAPhCSPiJR8q
“Udahan, Jar.” Aku mencoba bangkit.79Please respect copyright.PENANAEwiauhCe93
79Please respect copyright.PENANAWBM6CYn6uI
Fajar mengerti, ia tarik tubuhnya yang menghalangi lajuku. Kemudian duduk kembali di sofa. Aku mendorong tubuhku bangkit, lalu duduk sambil membenarkan celana, pakaian, serta jilbabku yang tampak berantakan.79Please respect copyright.PENANAiVmyzdhsYd
79Please respect copyright.PENANAycBtJBhUU0
“Ih, mukanya cemberut banget,” kataku sambil terkekeh memandangi wajahnya yang terlihat tanggung. Remaja jaman sekarang memang sangat mesum sekali.79Please respect copyright.PENANAhsUEbODmsf
79Please respect copyright.PENANASqw0T4eeQv
Fajar menoleh dan memandangiku. Kemudian dia meraih kedua tanganku dan mengusap mesra jemari-jemariku. “Fajar pengen banget bercinta sama tante. Tapi, Fajar gak mau kalau tante terpaksa.”79Please respect copyright.PENANAXXfu0DMjfr
79Please respect copyright.PENANAT5xSt7DkgC
Mendengarnya membuatku tersenyum haru, hubungan yang kami lakukan memang salah, tapi, setidaknya dia masih menghargaiku. “Makasih, ya, jar,” kataku.79Please respect copyright.PENANAD3XDPcglce
79Please respect copyright.PENANAbZzEJ21nqD
Fajar menarik kedua tanganku menuju wajahnya. Tiba-tiba hatiku terasa hangat ketika dia mencium punggung tanganku bergantian.79Please respect copyright.PENANA2IRen0kX7C
79Please respect copyright.PENANAtfc0cpQl3e
Terdengar suara Adzan berkumandang.79Please respect copyright.PENANAppIbISCKxt
79Please respect copyright.PENANAmhq80XrR8s
“Tante solat dulu, ya?” kataku. Walaupun aku melakukan zina seperti sekarang ini, tapi aku masih ingat akan kewajiban. Kemudian aku beranjak berdiri, lalu melirik Fajar yang mendongak menatapku. Aku melayangkan senyum singkat kepadanya, lalu menuju kamar dan melaksanakan solat magrib.79Please respect copyright.PENANAtY5C51sVND
79Please respect copyright.PENANASWXKgwA7Xp
Bersambuing
ns 15.158.61.55da2