# 4 Makin Terbuai
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.71Please respect copyright.PENANAsl6PthRqVF
71Please respect copyright.PENANABLQUwItqwI
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.71Please respect copyright.PENANAbIoxDWyDWz
71Please respect copyright.PENANAKAYg2pVkfP
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.71Please respect copyright.PENANAyoA8n9zwqG
71Please respect copyright.PENANAjP48aYG50v
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.71Please respect copyright.PENANAQjHByMc58e
71Please respect copyright.PENANArakfUi0gMI
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.71Please respect copyright.PENANAfLMxIgxsle
71Please respect copyright.PENANAF0WGwJb25e
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.71Please respect copyright.PENANAE1PTNiSihE
71Please respect copyright.PENANAJBrvIarfTT
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.71Please respect copyright.PENANAB09HYiqRBq
71Please respect copyright.PENANALXTqAoFnVM
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.71Please respect copyright.PENANA1aS8ShpjcS
71Please respect copyright.PENANALje8BY5Ncf
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.71Please respect copyright.PENANAoEifG1Glsv
71Please respect copyright.PENANAn5fy9eYo01
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.71Please respect copyright.PENANAYnlFDKJMCs
71Please respect copyright.PENANA3yX55xPQVP
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.71Please respect copyright.PENANASES3VMfffu
71Please respect copyright.PENANA0J2b4bWJcX
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”71Please respect copyright.PENANAbEyglOceEf
71Please respect copyright.PENANAag8vfnquBf
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”71Please respect copyright.PENANAo0ekPqIMbW
71Please respect copyright.PENANAHHf8MbljJJ
“iya, sayang,” kata Fajar.71Please respect copyright.PENANAB1yRhdNIGv
71Please respect copyright.PENANAcq5CZ5PS4u
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.71Please respect copyright.PENANAUC7hiAt6MK
71Please respect copyright.PENANAhkTgOotSwI
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.71Please respect copyright.PENANAAOIjZjN9fj
71Please respect copyright.PENANAmp71GNd1iT
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.71Please respect copyright.PENANAYPlDTXSYOE
71Please respect copyright.PENANAOL2IxhFMAN
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”71Please respect copyright.PENANASK0uKzXHiO
71Please respect copyright.PENANAqSQ5EO7fxi
“Ngobrol aja di ruang tamu.”71Please respect copyright.PENANACty8JQhyKJ
71Please respect copyright.PENANAB6ouecqEbY
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.71Please respect copyright.PENANAbzJukEzzxK
71Please respect copyright.PENANAGy6YH7gbvr
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.71Please respect copyright.PENANArstKsLAMsy
71Please respect copyright.PENANAcBx4Ey9xjr
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.71Please respect copyright.PENANA2NRwfd0M7W
71Please respect copyright.PENANA5shdVQqKqn
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.71Please respect copyright.PENANAkMKAfPl6jZ
71Please respect copyright.PENANAzcuo9jXFUi
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.71Please respect copyright.PENANAb94xAIOYHD
71Please respect copyright.PENANALIONMtT1W0
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.71Please respect copyright.PENANA3e5jtez2l2
71Please respect copyright.PENANAgn2ok0yfcZ
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.71Please respect copyright.PENANAvVfQv3Bd3X
71Please respect copyright.PENANA60isTZNj7G
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.71Please respect copyright.PENANAAwRjFqRsrG
71Please respect copyright.PENANAUTx0Szxik0
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.71Please respect copyright.PENANAWvUojFJg7e
71Please respect copyright.PENANA9ATzuaGJjU
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.71Please respect copyright.PENANAHjDKwNEcJk
71Please respect copyright.PENANAJ4NoEbGIxd
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.71Please respect copyright.PENANAylf8yDohR2
71Please respect copyright.PENANATUSOjFMTGh
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.71Please respect copyright.PENANARAbAzN5aJ0
71Please respect copyright.PENANAtWnfb3yqWU
“Ke mana?”71Please respect copyright.PENANAdOQ4eVvITX
71Please respect copyright.PENANAGtVZOqJaDy
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”71Please respect copyright.PENANA9Xf7Zpryc8
71Please respect copyright.PENANAJaKUknn8gw
“Tante ikut aja, sih.”71Please respect copyright.PENANAr4sSV3sWsr
71Please respect copyright.PENANADoj0h1bxtD
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”71Please respect copyright.PENANAoTRvc5ofcL
71Please respect copyright.PENANAOMJ0KQ5uAt
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.71Please respect copyright.PENANA9ziJfDR2n2
71Please respect copyright.PENANALpr6xQUvZK
“Tan?” tanyanya lagi.71Please respect copyright.PENANA35JDGOheWn
71Please respect copyright.PENANAyu4EANrdEG
Aku ragu untuk menjawab iya.71Please respect copyright.PENANApKUcw3Rioa
71Please respect copyright.PENANAdt9rLu2vjg
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.71Please respect copyright.PENANAbngqWeWlxp
71Please respect copyright.PENANAVzwEes1JYz
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.71Please respect copyright.PENANAjE1Wgr7NsO
71Please respect copyright.PENANARglnpdf4dq
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”71Please respect copyright.PENANAJ9GTJUBwEz
71Please respect copyright.PENANAvpA2blzx8L
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.71Please respect copyright.PENANAVnOrbzTgsy
71Please respect copyright.PENANAjm7Ap5wooV
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.71Please respect copyright.PENANAoLoIMJa78x
71Please respect copyright.PENANAEsgBXsH8n9
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.71Please respect copyright.PENANAWL4oV9epP2
71Please respect copyright.PENANAd0SRAl3zo2
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.71Please respect copyright.PENANA2VqVSxLDG5
71Please respect copyright.PENANAIJB9ZukyYU
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.71Please respect copyright.PENANA1cK4dZTM34
71Please respect copyright.PENANAprNIyG6KZe
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.71Please respect copyright.PENANAuNiI3oN2nB
71Please respect copyright.PENANAPWEZ3G8g8g
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.71Please respect copyright.PENANAvl2JuCXVip
71Please respect copyright.PENANA0jNhhJQrXT
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.71Please respect copyright.PENANA3AmHUdMmKu
71Please respect copyright.PENANAvgJ3yeMvXs
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.71Please respect copyright.PENANAtSC6W0z8VC
71Please respect copyright.PENANAPffZLC7lzb
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.71Please respect copyright.PENANA2vkGgnV82I
71Please respect copyright.PENANAgkGSPOh02u
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.71Please respect copyright.PENANAoHQWhi84Nc
71Please respect copyright.PENANAyycecfKKmF
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”71Please respect copyright.PENANAk6j57MmfRd
71Please respect copyright.PENANABXu1dmqVun
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.71Please respect copyright.PENANAhdHrCAtVkl
71Please respect copyright.PENANAgPdXRWhgoc
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.71Please respect copyright.PENANAvosmVtv8EH
71Please respect copyright.PENANAFcpeOQLoL3
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.71Please respect copyright.PENANAmESAQyoSIz
71Please respect copyright.PENANAflHFEZUHf1
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.71Please respect copyright.PENANA2uHNloSSMh
71Please respect copyright.PENANAKu6K5s38cC
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.71Please respect copyright.PENANAVt4LKOf4GR
71Please respect copyright.PENANAvhwB1HnAE0
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.71Please respect copyright.PENANAA56uSXS3Ij
71Please respect copyright.PENANAg7Sc4bmq4Y
***71Please respect copyright.PENANAIHQ46NbB65
71Please respect copyright.PENANAh6U12EITeV
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.71Please respect copyright.PENANAVV3j6ZMK9a
71Please respect copyright.PENANAU5iUOETXtm
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.71Please respect copyright.PENANAqz8OP63QbG
71Please respect copyright.PENANAz12IeT7u9J
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.71Please respect copyright.PENANAeiX2tJwxIz
71Please respect copyright.PENANAzLGWfBUS2m
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”71Please respect copyright.PENANA0tc31n4r5X
71Please respect copyright.PENANAMNlXEA3I3W
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”71Please respect copyright.PENANAwX3Q083CtF
71Please respect copyright.PENANAIzjvdymJ66
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”71Please respect copyright.PENANAa2ozf3scEc
71Please respect copyright.PENANAkacWRDX4HJ
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”71Please respect copyright.PENANAsB2q4mg1It
71Please respect copyright.PENANAzNsFP9v4Yy
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”71Please respect copyright.PENANAO7RXD0Fa3R
71Please respect copyright.PENANAcjVaaeZ2is
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”71Please respect copyright.PENANAANpAIpSQPk
71Please respect copyright.PENANAhe6cJbaw17
Aku menggangguk antusias.71Please respect copyright.PENANATW5epCO7x2
71Please respect copyright.PENANAsnNnWRXeoq
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.71Please respect copyright.PENANAmM1GAtBM0p
71Please respect copyright.PENANAF81Dweibvr
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.71Please respect copyright.PENANAa8pYmW8ZnV
71Please respect copyright.PENANAmat4JMJqKK
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”71Please respect copyright.PENANAlgxhKEfyO6
71Please respect copyright.PENANAKsLK6Xo56L
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”71Please respect copyright.PENANAuQYH1c5Ghz
71Please respect copyright.PENANAgZiOSaWFJO
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.71Please respect copyright.PENANAl2Ns7AGW9W
71Please respect copyright.PENANA9K4iwZGOZi
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.71Please respect copyright.PENANAKh8aky9yqf
71Please respect copyright.PENANAbri9VJqRvS
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.71Please respect copyright.PENANAzayRgbuWYn
71Please respect copyright.PENANARi3Rls43mH
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.71Please respect copyright.PENANA0mNlseDboH
71Please respect copyright.PENANAsLNHZEAHW0
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.71Please respect copyright.PENANARH2mqOtk9s
71Please respect copyright.PENANA2D6WNZv8As
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.71Please respect copyright.PENANAMUWaraQx76
71Please respect copyright.PENANAV5TQVNGROr
“Kenapa?” tanyaku.71Please respect copyright.PENANA8YzobhF0Sv
71Please respect copyright.PENANA2P2a7jY9YK
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.71Please respect copyright.PENANA6BxFpZKQNm
71Please respect copyright.PENANAbWiSGnVvvP
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”71Please respect copyright.PENANA7YYpD0M5jT
71Please respect copyright.PENANATZRaoFKsSg
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”71Please respect copyright.PENANAUwZ5USL1mg
71Please respect copyright.PENANAxPgtUqqqGH
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.71Please respect copyright.PENANA9yR8DcX4Gi
71Please respect copyright.PENANAp3H9jDb4g0
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.71Please respect copyright.PENANA66FpKit7cj
71Please respect copyright.PENANAafA6v3dxc6
***71Please respect copyright.PENANAUfGUa8I3uC
71Please respect copyright.PENANAgcCYAk2u1M
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.71Please respect copyright.PENANAri9Va2oDMU
71Please respect copyright.PENANAn2IW8KFQSM
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.71Please respect copyright.PENANAXHot4m9Z4G
71Please respect copyright.PENANAYX4eooPseG
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.71Please respect copyright.PENANAdnubTZ9Qds
71Please respect copyright.PENANA4ZMLVKnMDE
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.71Please respect copyright.PENANAyuzubLdq5s
71Please respect copyright.PENANAU167mAoukj
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.71Please respect copyright.PENANAacTDtDb78F
71Please respect copyright.PENANA2ejfNMPm0Q
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.71Please respect copyright.PENANAqTYwPvalHV
71Please respect copyright.PENANAFcpxJmf4Ap
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.71Please respect copyright.PENANA2ABSpQZ9GP
71Please respect copyright.PENANAsRITNwEzGC
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.71Please respect copyright.PENANAW4ZVWN3ggy
71Please respect copyright.PENANAN9O0OhMS6n
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.71Please respect copyright.PENANAH1yCioYxs6
71Please respect copyright.PENANAHimbsmEqVY
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.71Please respect copyright.PENANABT39ewLlcy
71Please respect copyright.PENANAGyTzpBPDx1
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.71Please respect copyright.PENANAT3TbrXdC2O
71Please respect copyright.PENANASl0EI409WE
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.71Please respect copyright.PENANAXk3QyKJLHR
71Please respect copyright.PENANAnuX7twSgYM
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.71Please respect copyright.PENANAgrBwrvFmNP
71Please respect copyright.PENANAfOze221X8Y
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.71Please respect copyright.PENANAfUPGSG6Tdy
71Please respect copyright.PENANARmDpqhlegQ
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”71Please respect copyright.PENANAUpkvP60g4e
71Please respect copyright.PENANAJJ5WRj76Hi
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.71Please respect copyright.PENANAKwuvdKfNIB
71Please respect copyright.PENANA4s2n2cHpY4
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.71Please respect copyright.PENANAmLExF1kLwZ
71Please respect copyright.PENANAi0DPZg5L7K
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.71Please respect copyright.PENANALff7X8sbdi
71Please respect copyright.PENANAYmuqj0wP1O
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.71Please respect copyright.PENANAGQ5OonGt6w
71Please respect copyright.PENANArGHNAhk0kP
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.71Please respect copyright.PENANAkGfTwVFf2X
71Please respect copyright.PENANAUnyHpqAzvz
Aku tersenyum, “Iya, pak.”71Please respect copyright.PENANAT6kA9uCNjT
71Please respect copyright.PENANA9uM5NAVqqv
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.71Please respect copyright.PENANAP1FqfzNlCM
71Please respect copyright.PENANAFGivEEUxrp
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.71Please respect copyright.PENANAcFZDYlNvsT
71Please respect copyright.PENANAOt1MHxP4zd
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.71Please respect copyright.PENANAagBxSqbE0H
71Please respect copyright.PENANARu9hTk1l8X
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.71Please respect copyright.PENANAsyTFFcIJfQ
71Please respect copyright.PENANAb0a2xQqd5F
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.71Please respect copyright.PENANAbEVkMBLI75
71Please respect copyright.PENANA4Wzyt7r3wR
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.71Please respect copyright.PENANAYYSa1Ek0B3
71Please respect copyright.PENANAHYc6jj94f0
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.71Please respect copyright.PENANAIIwUqDGOKz
71Please respect copyright.PENANAVQ1VRHR7kv
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.71Please respect copyright.PENANA6uLkTO5eiD
71Please respect copyright.PENANAe1sbNUT7f5
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.71Please respect copyright.PENANAmAc2nRRKG1
71Please respect copyright.PENANAjHTSVAkXFW
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.71Please respect copyright.PENANA8PsK4lM7bD
71Please respect copyright.PENANAW7m7LcGuOP
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.71Please respect copyright.PENANA65QvlWObVQ
71Please respect copyright.PENANAJaLQRHMcls
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.71Please respect copyright.PENANAE9SRRtpb1I
71Please respect copyright.PENANAYHaNN7jN4Y
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.71Please respect copyright.PENANAOrum3qkxE7
71Please respect copyright.PENANA97BmdjrbyH
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”71Please respect copyright.PENANAQQj5CYE01l
71Please respect copyright.PENANAteYEwrphl0
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.71Please respect copyright.PENANAMpg6dIWGih
71Please respect copyright.PENANA1bTAepLexY
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.71Please respect copyright.PENANAc73UxFtk1O
71Please respect copyright.PENANAr0SmSMr6JK
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.71Please respect copyright.PENANAdIU8ftumc8
71Please respect copyright.PENANAIpEAJ4s9ut
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.71Please respect copyright.PENANAm6ohastp7W
71Please respect copyright.PENANAy6kZddAfPZ
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.71Please respect copyright.PENANAFr5eC3qtKB
71Please respect copyright.PENANAcmOpHBggti
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.71Please respect copyright.PENANAGuf2CZhffn
71Please respect copyright.PENANAZDghGopLSq
Aku membalas dengan tersenyum lebar.71Please respect copyright.PENANAmcKz7qB9E8
71Please respect copyright.PENANAP7RTnwaYtI
***71Please respect copyright.PENANAYBpqEIPSDf
71Please respect copyright.PENANAe3qj4K8Vjw
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.71Please respect copyright.PENANAV6gIWmW0gH
71Please respect copyright.PENANADp0ikOek1n
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.71Please respect copyright.PENANALls8ouSsF6
71Please respect copyright.PENANAmvGxCk94iy
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.71Please respect copyright.PENANAQXcOM5sjQn
71Please respect copyright.PENANAgDDNKgsFs0
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.71Please respect copyright.PENANADq0hNxxuYo
71Please respect copyright.PENANAGos67nqsqH
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.71Please respect copyright.PENANAWdqCj1gWx0
71Please respect copyright.PENANAGkpHxs4tnc
“Masih lama, Jar?” tanyaku.71Please respect copyright.PENANAvDGtIPLSz2
71Please respect copyright.PENANAts0qXYKal2
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.71Please respect copyright.PENANATKLkWIwkRf
71Please respect copyright.PENANATuMqdL7oBB
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.71Please respect copyright.PENANAsRp2iLCsYa
71Please respect copyright.PENANAGqvviQc1bq
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.71Please respect copyright.PENANAFupPnqtS86
71Please respect copyright.PENANAHMCFOLjr2L
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.71Please respect copyright.PENANACVqgxrDj36
71Please respect copyright.PENANAqGmcqPNnHj
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.71Please respect copyright.PENANAqJ8Yv6aZmz
71Please respect copyright.PENANAhp0G4XUEUy
“Perlengkapan buat piknik.”71Please respect copyright.PENANA940DK2YKrC
71Please respect copyright.PENANA1gLxWvHK9p
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.71Please respect copyright.PENANAmhPz7VWy6B
71Please respect copyright.PENANAZGnPclS7w6
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.71Please respect copyright.PENANAl7i69ZuW9K
71Please respect copyright.PENANAr51UxgWqv0
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.71Please respect copyright.PENANAO2kZBC8ctD
71Please respect copyright.PENANAKxOBbodqAn
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.71Please respect copyright.PENANArMcD87AawK
71Please respect copyright.PENANAfBkDnf7Oj4
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.71Please respect copyright.PENANAFr3LgpZHr8
71Please respect copyright.PENANAxo9quIp7Mm
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.71Please respect copyright.PENANAtD9n8Dasdo
71Please respect copyright.PENANAMrKCkZRm5C
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.71Please respect copyright.PENANAyEABP0QhCg
71Please respect copyright.PENANAt4slXaVFFt
“Kamu excited banget, Jar.”71Please respect copyright.PENANA3dpJTytLzz
71Please respect copyright.PENANA4GTRxIrMr8
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.71Please respect copyright.PENANAJYgghz7gbE
71Please respect copyright.PENANACTjivM0Svv
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.71Please respect copyright.PENANAT5963Jvw4n
71Please respect copyright.PENANAnkWC18T4xq
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.71Please respect copyright.PENANA1FrjI7zxFV
71Please respect copyright.PENANAiFdYQT2IWK
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.71Please respect copyright.PENANA4kvxV02rm6
71Please respect copyright.PENANAYBBU2nX5iq
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.71Please respect copyright.PENANA0q9LI1o8ZC
71Please respect copyright.PENANAsqm3z6ftci
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.71Please respect copyright.PENANARPUkVcL1bD
71Please respect copyright.PENANAyDox1h28EU
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.71Please respect copyright.PENANA8QrFyo2gE6
71Please respect copyright.PENANAnfMIKy6tyl
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.71Please respect copyright.PENANAbTDnwzj7FS
71Please respect copyright.PENANAUnotBhUnW3
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.71Please respect copyright.PENANAj9CJoZ1d2E
71Please respect copyright.PENANAHgfK2nokz5
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.71Please respect copyright.PENANAWorW16hPLT
71Please respect copyright.PENANAp6ll524aMX
“Assamulaikum, bi,” kataku.71Please respect copyright.PENANACLnd8Iszyw
71Please respect copyright.PENANAbcLS56YVkv
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”71Please respect copyright.PENANAq0ZVXccIeT
71Please respect copyright.PENANACJ0VlGkoGs
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.71Please respect copyright.PENANAOQDytqoo2n
71Please respect copyright.PENANAawq9lvHBGV
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.71Please respect copyright.PENANA37HF9D5bql
71Please respect copyright.PENANANnZQysd973
“Umi kenapa?”71Please respect copyright.PENANAUX4qSxb8OS
71Please respect copyright.PENANAscmtEFZ94p
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.71Please respect copyright.PENANAoAgxpiOr2y
71Please respect copyright.PENANAfEpd576B3s
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.71Please respect copyright.PENANAyDkOcnBxXI
71Please respect copyright.PENANAkHifVCcTR6
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”71Please respect copyright.PENANAXXoOcQvCNH
71Please respect copyright.PENANAaXwpjEzKME
“Iya, bi,” jawabku singkat.71Please respect copyright.PENANAQTtxqgEm7O
71Please respect copyright.PENANA36NS5t7xgl
“Umi mau oleh-oleh, apa?”71Please respect copyright.PENANAjlPEgQv4Tt
71Please respect copyright.PENANAAKP7f1aybp
“Terserah, bi.”71Please respect copyright.PENANAlqkiILKToF
71Please respect copyright.PENANAo2hO9pxmON
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.71Please respect copyright.PENANAniGH6CMV1V
71Please respect copyright.PENANApiv6asqofK
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.71Please respect copyright.PENANAGRDM6iVFmT
71Please respect copyright.PENANASxwQ46DN1G
“Umi?”71Please respect copyright.PENANAYS4MGJRg4a
71Please respect copyright.PENANAuk3eEgkTMB
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.71Please respect copyright.PENANAwQbVO2M0RK
71Please respect copyright.PENANAfsGVd3Ygi1
“Umi gak denger abi ngomong apa dari tadi?”71Please respect copyright.PENANAx7NJYevNSH
71Please respect copyright.PENANAqdkRrSdWuy
“Umi lagi fokus makan, bi. Maaf, ya.”71Please respect copyright.PENANA48W1jK3iio
71Please respect copyright.PENANATchlDqP8pm
“Maaf, mi. Kalau gitu Abi matiin, ya?”71Please respect copyright.PENANAg9SUrv2FmD
71Please respect copyright.PENANACZYa3grBpf
“Iya, bi,” kataku dan langsung mematikan telepon tanpa mengucapkan sepatah salam.71Please respect copyright.PENANAG35FlCQdGi
71Please respect copyright.PENANAN39vDY7tWF
Fajar semakin gencar meremas buah dadaku.71Please respect copyright.PENANAEl9SjZnyi4
71Please respect copyright.PENANAVuXLvH66w3
“Empshh…, Jar…, ihh…., udah…,” terdengar desah ketika aku berkata.71Please respect copyright.PENANAQNRUMJ2gJt
71Please respect copyright.PENANApM25O9CcmN
Fajar berhenti sejenak. “Tan, boleh cium lehernya?” ia menatapku.71Please respect copyright.PENANAprQMvXrAeX
71Please respect copyright.PENANAteEBkb1qjP
Aku menggeleng. Menolak. Tapi, Fajar kekeuh dan terus meminta. Pada akhirnya, seperti yang sudah dan yang berlalu, aku mengiyakan dan mengganguk pelan.71Please respect copyright.PENANAJTKCzGFj0u
71Please respect copyright.PENANA8WgXOd6aoz
Seketika bola matanya berbinar. Ia singkap jilbabku sedikit ke atas.71Please respect copyright.PENANAp7ufc8mOXG
71Please respect copyright.PENANAcNNaVutyiv
“Empss…,” aku melenguh pelan, merasakan lidahnya menjilati leherku. Rasa geli dan juga gairah bercampur ketika ludahnya membasuh leherku.71Please respect copyright.PENANA7zOhmDEoLD
71Please respect copyright.PENANAIX4AfpdoNR
Aku memejamkan mata. Lidahnya semakin gencar.71Please respect copyright.PENANAbfmuJVfqPl
71Please respect copyright.PENANAajd0hRSLcd
“Aw…, Jar, ih, jangan di kasih tanda.” Aku menahan pelan kepalanya agar tak melanjutkan gigitannya.71Please respect copyright.PENANAt7rhMS26c7
71Please respect copyright.PENANA0fEOmbLgv8
Lama-kelamaan aku merasakan gairahku bangkit. Aku bisa merasakan kemaluanku terasa lembab. Bersamaan dengan itu, Fajar terus saja memberi tanda di leherku. Satu-dua gigitan kecil ia layangkan, membuatku meringis kecil.71Please respect copyright.PENANAkIs8SMXMPl
71Please respect copyright.PENANAm4Ob0rnVa3
Merasa bosan, Fajar berpindah ke sisi satunya. Giliran sisi satunya ia kasih tanda. Ludah-ludahnya bisa kurasakan mengaliri leherku bagai sawah yang dialiri air oleh sang petani.71Please respect copyright.PENANAlz1o8Prcac
71Please respect copyright.PENANAtVUCNT02dW
Aku bisa menebak pastilah leherku memerah. Tapi, aku tidak terlalu takut, sebab, merah itu akan hilang beberapa hari kemudian.71Please respect copyright.PENANAsJBejL9Lzh
71Please respect copyright.PENANAqSFw94MSaI
Mendadak tubuhku seperti dialuri listrik. “Jar…, empsh…, jangan di situ.” Aku mendorong pelan tangannya yang mengelus kemaluanku dari balik gamis.71Please respect copyright.PENANAH3HCl8t9Zg
71Please respect copyright.PENANA9Ut7fCJuMm
“Jar, berhenti, gak!” Suaraku terdengar meninggi.71Please respect copyright.PENANAJvYLk6nQTO
71Please respect copyright.PENANA6auLn1Pb9v
Sambil terus menjilati leherku, Fajar menarik kembali tangannya, berpindah meremas buah dadaku.71Please respect copyright.PENANAFKyP0TbLlH
71Please respect copyright.PENANAFzKC93zBLR
“Empshh…,” aku melenguh pelan.71Please respect copyright.PENANAtXbp2RHHLL
71Please respect copyright.PENANAQnaXEkyj5D
Tak lama kemudian, Kegiatannya di leherku berakhir. Lekas kurapikan jilbabku yang terlihat berantakan.71Please respect copyright.PENANAbHGUfdBI9b
71Please respect copyright.PENANAq7BWTOOOSJ
“Tan, maaf, ya lehernya aku merahin.” katanya tersenyum.71Please respect copyright.PENANA08N7RwtaPL
71Please respect copyright.PENANApjY245UjC6
“Ish…, gimana kalau bekasnya gak ilang?” aku memayunkan bibir.71Please respect copyright.PENANAr7hYcm7ndq
71Please respect copyright.PENANA3vycphsqLn
Fajar malah terkekeh sambil membenarkan posisi duduknya.71Please respect copyright.PENANAt7oht27UX8
71Please respect copyright.PENANA3e8OWfuzrm
“Itu tanda cinta, tan,” lanjutnya. “Tapi, enak, kan?”71Please respect copyright.PENANA3RcEHiVix3
71Please respect copyright.PENANA8l5kwszAtW
Aku tidak menjawab.71Please respect copyright.PENANA8HPaKr7hYW
71Please respect copyright.PENANAJPPQcErUpy
“Enak, tan?” cercanya.71Please respect copyright.PENANAeMQWWPjC81
71Please respect copyright.PENANAks3Dy6nCqN
“Iya…, enak,” kataku akhirnya.71Please respect copyright.PENANAZDlUjPmueR
71Please respect copyright.PENANA2kCkzGNkz7
Fajar tersenyum dan mengelus puncak kepalaku. Seketika kuerasakan pipiku memanas, tindakan romantisnya barusan berhasil membuatku salah tingkah.71Please respect copyright.PENANA6VNmaCQSCq
71Please respect copyright.PENANAhbFQNXn2Pw
Terdengar tawa dari suaranya. Agaknya ia mentertawakan tingkahku yang seperti remaja putri ketika sedang jatuh cinta. Kupukul pelan bahunya. Ia malah menarik tubuhku, dan aku kembali ambruk dalam peluknya.71Please respect copyright.PENANAA67hsTwowx
71Please respect copyright.PENANAKfHNrgohqP
Elusan tanganya di kepalaku terasa begitu hangat, ombak-ombak bagai sebuah iringan musik yang menemani kami berpaduh kasih. Aku melingkaran tanganku di pinggangnya. Erat.71Please respect copyright.PENANAaPUYHmRafX
71Please respect copyright.PENANAWSIgw6f770
Dalam dekapnya, aku merasa aman, seperti kalipertama ia bernyanyi kepadaku. “Ku aman ada bersamamu”. Aman, adalah sebuah rasa yang menurutku hadir atas perlakuan lembut yang penuh kasih. Yang hadir dan terasa nyata, begitulah aku memaknainya.71Please respect copyright.PENANA27hRMYVSJL
71Please respect copyright.PENANAXFtuYey3d1
Fajar telah membuatku terbang jauh mengarungi sesuatu yang belum pernah kurasakan. Sebelumnya aku belum pernah memeluk pria lain selain anakku dan suamiku, apalagi bercumbu. Dan ia, adalah yang pertama kalinya merenggut itu selain mereka yang pantas.71Please respect copyright.PENANAGhiaIYC3z9
71Please respect copyright.PENANAl8VqEHutv5
Kemudian Fajar meraih tangan kananku dan ia letakan di pahanya. Kami saling bertatapan, saling jatuh dalam pandangan satu sama lain. Daun-daun kelapa yang melindungi kami dari atas, terdengar berdesir. Terdengar merdu seperti syair Rumi.71Please respect copyright.PENANAGSVcFdAvBu
71Please respect copyright.PENANAwAYrkGHioX
“Terus sama Fajar, ya, Tan.” Fajar mengusap punggung tanganku mesra.71Please respect copyright.PENANAILnbKDzPtH
71Please respect copyright.PENANApVV820JF55
Aku mengganguk. “Iya, Jar,” kataku singkat.71Please respect copyright.PENANAJNZfV15Srh
71Please respect copyright.PENANAWeSH2h4DjM
“Selamanya?”71Please respect copyright.PENANAZF9fOWiCNf
71Please respect copyright.PENANAfjkECD6ONp
“Selamanya.”71Please respect copyright.PENANA4TZrfR42ie
71Please respect copyright.PENANAOfHEUuSgct
Dia tersenyum. aku balik tersenyum. Kali ini aku yang mendaratkan ciuman di bibirnya. Hanya sekedar ciuman tanpa lumatan. Cukup lama. Sampai pada akhirnya, ia berkata, “Tan, Fajar bakal usahain semaksimal mungkin untuk membuat tante nyaman; membuat tante terus bersama Fajar, selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu.”71Please respect copyright.PENANA0Jeq4fCyID
71Please respect copyright.PENANA57TWfNf3Vw
Aku terharu dan sedikit terkekeh. “sampai jadi tua?”, Aku sendiri sudah berumur 38 tahun, sudah cukup tua. Tapi, perkataannya barusan entah kenapa, mampu membuatku memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak pantas dipikirkan oleh ibu rumah tangga sekaligus istiri sepertiku.71Please respect copyright.PENANAasJrUVLhjN
71Please respect copyright.PENANAi3q79WsaKz
Aku berfikir dan jatuh dalam sebuah khayal: bagaimana jika aku memulai hidup dengannya dalam artian adalah pernikahan. Apa yang terjadi? Apakah aku akan sebahagia ini atau malah lebih bahagia lagi? lantas sampai mana kami bisa bertahan? Apakah sampai kelak kami memilik cucu dari ketiga anak kami? Khayal itu sungguh terlampau jauh; sungguh terlampau nekat, dan; sungguh membuatku meringis getir.71Please respect copyright.PENANAxML3uMTZGn
71Please respect copyright.PENANAwkOLXkFZlR
Andaikan aku lebih muda dan belum menikah, atau andaikan saja Fajar bertemuku terlebih dahulu daripada Dimas, mungkinkah aku akan hidup bersamanya?71Please respect copyright.PENANA2IwrNuO0HG
71Please respect copyright.PENANA5kxncEr6BY
“Jar, Tante gak bisa memberi kamu kepastian tentang hubungan kita yang akan sampai mana.” Akhirnya aku mengungkapkan sesuatu yang selama ini ingin ku bahas dengannya.71Please respect copyright.PENANAGVqbQgORXT
71Please respect copyright.PENANALLSSP1NLWg
“Kenapa gak bisa, Tan? Tante bahagia kan sama Fajar? Seharusnya tante ikutin naluri tante sendiri. Tinggalin Om Dimas dan Adit, lalu hidup berdua dengan Fajar. Fajar memang gak punya banyak uang, tapi Fajar orangnya pekerja keras, kok. Tan.” Ia berkata tanpa jeda, suaranya terdengar pilu.71Please respect copyright.PENANAbWHsrpQJEU
71Please respect copyright.PENANAbfvp59El57
“Jar,” aku menatapnya dalam. “Kehidupan kamu masih panjang, kamu ganteng, pintar, pekerja keras. Apa yang kamu harapkan dari perempuan tua seperti tante. Masa depan yang indah menanti kamu, Jar. Untuk sekarang, tante akan terus sama kamu. Tapi, jika pada akhirnya tante disuruh milih. Tante pasti milih keluarga tante.”71Please respect copyright.PENANAJMRaLFK95b
71Please respect copyright.PENANAMRPbg9mbQS
Fajar terlihat muram. Bola matanya berkaca-kaca. Tangannya tidak lagi menggengam tanganku. Ia fokus memandangi lelautan.71Please respect copyright.PENANAa8ErW0dQbD
71Please respect copyright.PENANAB1JYptmEjg
Terdengar lirih suaranya, “Tan, kalau pada akhirnya kita gak bisa bersama, terus buat apa kita kaya gini? Bahagia, lalu tersakiti lebih lanjut? Bahagia terus mati dalam ruang kekosongan?”71Please respect copyright.PENANAPVUFPf2rAq
71Please respect copyright.PENANAarie2aMQWI
“Kita jalanin dulu, oke?” Giliran aku yang meraih tangannya, mengelus punggung tangannya dengan lembut, meminta pengertian. “Untuk kedepannya, biarin waktu yang menjawab.”71Please respect copyright.PENANA5NcoK0KEm3
71Please respect copyright.PENANAFmkdxg1QQC
Fajar menatapku dalam. Alisnya sedikit berkerut, kedua sudut bibirnya terangkat sedikit ke atas, seperti meringis. “Tan, Fajar akan selalu mencintai Tante. Selamanya.”71Please respect copyright.PENANAYaFCTcKS6j
71Please respect copyright.PENANAp9Gv7IhIez
Kalimat singkat itu, mampu membuatku tersenyum kecil. Walaupun aku tahu, bahwa aku tidak yakin bisa membalas “selamanya” ia, dengan “selamanya” aku. Tapi, ada sesuatu kehangatan yang kurasakan pada kalimat itu, sehingga aku sampai pada sebuah pemikiran, apa yang menandakan “selamanya”, atau apa yang memaknai arti “selamanya?”. Ya, mungkin kelak aku akan menemukan jawabannya.71Please respect copyright.PENANAKUfGpoHGV1
71Please respect copyright.PENANAEU3MBDcBWv
Setelah itu kami terus mengobrol, berbincang tentang banyak hal, sesekali aku tertawa lepas, sebab lelucon yang ia lontarkan. Sementara sinar Matahari semakin terik membakar puncak kepala, menembus dedaunan kelapa yang melindungi kami.71Please respect copyright.PENANA6OhE302dnl
71Please respect copyright.PENANAziM9QU6Bax
Aku bersandar di bahunya. Romantisme ini membuatku ingin dan ingin terus menapak ruang dengannya, mencipta sebuah kenangan yang membuat kami tertawa, jatuh cinta, dan bahagia.71Please respect copyright.PENANADPMiVYG3Et
71Please respect copyright.PENANAeisW95qRag
“Banyak perempuan telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.” Fajar berkata sambil tangannya membuka lembar alkitab. “Amsal 31:29.”71Please respect copyright.PENANAE5Dh6V8WAu
71Please respect copyright.PENANAXzYQenGfyM
Aku meliriknya dan berkata, “Ayatnya cantik.”71Please respect copyright.PENANAVuqnKdu9oS
71Please respect copyright.PENANAWBh4qm8c5b
“Fajar suka kalimat yang ini,” Terdengar lembaran alkitab yang ia buka dengan tergesa. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu,” Fajar berkata lugas. “1 Korintus 13:4-7.” Lanjutnya.71Please respect copyright.PENANAOypG8g1qmH
71Please respect copyright.PENANAh2smJNMRLJ
Aku terus bersandar di bahunya, entah kenapa, kalimat yang ia comot dari alkitab itu, membuatku jiwaku terasa tenang. “Bacain lagi, dong,” kataku. Aku meliriknya. Ia terlihat antusias.71Please respect copyright.PENANAnh0j6uolaC
71Please respect copyright.PENANAy77tvnC9qH
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. – Roma 10:9.” Ia berkata dengan irama dan kesesuaian nada sehingga mirip seperti berpuisi.71Please respect copyright.PENANAI0NA89TNuG
71Please respect copyright.PENANAR0twuVNzLh
Namun, entah kenapa, aku seakan mengerti apa yang dimaksud Fajar. Kemudian aku hengkang dari bahunya. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan penuh arti.71Please respect copyright.PENANAZjwEgJdqej
71Please respect copyright.PENANAkQQeoEbVLG
“Fajar pengen kita berjalan dalam satu arah di antara lima persimpangan” ia berkata dengan wajah yang terlihat senduh. Ia kemudian meraih kedua tanganku dan mengecup punggung tanganku bergantian.71Please respect copyright.PENANAq6jxhyQd1R
71Please respect copyright.PENANAdTuO8Xp9UD
Aku tidak ingin membahas perihal itu, sebab bagaimanapun aku memiliki keyakinan kuat terhadap imanku, begitupun ia.71Please respect copyright.PENANAOTI4IDXKIN
71Please respect copyright.PENANAQ281zkLMqb
“Habis ini ke mana lagi?” tanyaku. Mengalihkan topik obrolan.71Please respect copyright.PENANA18mkmefYD7
71Please respect copyright.PENANA9YzV0iZ9kC
Fajar masih memegang kedua tanganku. “Ke rumah Fajar, gimana?”71Please respect copyright.PENANA59sBP8GmHK
71Please respect copyright.PENANAt3TgFLdKZN
Aku berfikir sejenak. “Nenek ada di rumah?”71Please respect copyright.PENANAXZsOD75B1P
71Please respect copyright.PENANAV3B0gh2eA4
“Nenek pulangnya sore.” Dia tersenyum nakal kepadaku. “Mau nyusu, boleh?” tanyanya lugas sambil menatap lekat buah dadaku.71Please respect copyright.PENANA3f18Flgu02
71Please respect copyright.PENANArT3YpI46b5
Sontak aku mentuup dadaku dengan kedua tangan. “Remes aja, gak lebih!” kataku sedikit galak.71Please respect copyright.PENANAOf8VYrT3RR
71Please respect copyright.PENANAuj9VdtwtLK
Fajar memayunkan bibir, lalu merengek. “Remes doang bosan, tan. Pengen nyusu. Boleh, ya, ya.”71Please respect copyright.PENANAORSlcAqabe
71Please respect copyright.PENANAZOhciSIKFT
“Engga!”71Please respect copyright.PENANAaWboLK6ekj
71Please respect copyright.PENANAtB6UMdS9DJ
Fajar terus saja merengek. Berkali-kali aku mengatakan tidak, berkali-kali juga ia memohon layaknya anak kecil yang ingin membeli mainan.71Please respect copyright.PENANAlIEH7Q5u5Z
71Please respect copyright.PENANAdR1gKO1SUU
Aku menghela nafas, dalam. “Nyusu doang, kan? gak lebih?” akhirnya aku mengiyakan. Entah kenapa, melihatnya merengek seperti anak kecil membuatku kasihan kepadanya.71Please respect copyright.PENANAAbg3rmCCQ6
71Please respect copyright.PENANAVNOtnCFn4Z
Seketika bola matanya berbinar. Ia mengangguk berkali-kali. Aku menghembus nafas kuat. “Janji?” aku mengulurkan jari kelingking di hadapannya.71Please respect copyright.PENANAHKPAiu9t0j
71Please respect copyright.PENANAXGjZJSXeSJ
Fajar tersenyum sambil jari kelingkingnya memeluk jari kelingkingku. “Janji!”71Please respect copyright.PENANAxRlilVoHRP
71Please respect copyright.PENANAblMrCbpMVC
Lalu, kami menghabiskan sisa-sisa waktu dengan bermesraan, berbincang, dan bergurau. Sampai pada akhirnya, Jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjuk pukul 13. 00. Aku berkata padanya untuk pulang. Kemudian kami beranjak bangkit dari karpet dan merapikan alat-alat. Dan, tentunya melepas ikatan Hammock yang sebenarnya tidak berguna sama sekali.71Please respect copyright.PENANAeqrZpEy2ug
71Please respect copyright.PENANAL35wz6sRIp
Tidak lama kemudian kami kembali menapak kaki di pantai. Berpadu bersama semilir angin dan deru ombak. Sepanjang langkah, kami saling menggenggam tangan sambil membentangkan pandangan ke lautan. Angin-angin mulai menyapa wajah kami dengan lembut, deru ombak bernyanyi mengawal perpisahan, menghantar kami menuju daratan.71Please respect copyright.PENANAolZyRHO6p5
71Please respect copyright.PENANAhh6gXSq2EF
Aku baru menyadari sesuatu. Sejak kami menapak kaki di sini, kami tidak membeli satupun makanan atau minuman. Tapi, entah kenapa, aku tidak mempersalahkan itu. Atau, bisa jadi remaja itu memiliki cara tersendiri untuk memperlakukanku.71Please respect copyright.PENANAvaTzrrESaY
71Please respect copyright.PENANALjj579exw4
Dalam mobil kami saling melempar senyum satu sama lain. kemudian aku bersandar lagi di bahunya. Agaknya, bahunya adalah tempat ternyaman yang pernah kurasakan.71Please respect copyright.PENANAQMaWq2qD43
71Please respect copyright.PENANASHvDtKUd4E
***71Please respect copyright.PENANAwtMnrPJ5W7
71Please respect copyright.PENANAgxHvZWu271
Tiba di rumahnya, aku segera masuk. Fajar menarik ku masuk dalam kamarnya. Katanya, lebih aman di kamar. Maka, aku iyakan.71Please respect copyright.PENANAblcPVUQQlX
71Please respect copyright.PENANA2EN92RMGbi
Aku duduk di tepi ranjang sambil membentangkan pandangan ke penjuru ruang. Banyak stiker yang tertempel di balik pintu kamarnya. Di tembok tempat tidur, beberapa lukisan bertengger indah, salah satu yang kuketahui adalah lukisan Kahlil Gibran, seorang penyair terkenal kelahiran Lebanon. Di samping pintu, terdapat meja belajar dengan buku-buku yang tertumpuk.71Please respect copyright.PENANAY1fJYXEuJg
71Please respect copyright.PENANAx1E19wdFQz
Fajar mulai mengendus leherku yang tertutup jilbab. Agaknya ia tak sabaran.71Please respect copyright.PENANAzBSbLvqSBL
71Please respect copyright.PENANAoZOEETD6CZ
“Tan, buka dong, bajunya.” Katanya sambil meremas pahaku.71Please respect copyright.PENANAhIjPp1UEEC
71Please respect copyright.PENANADiA43tCip9
Aku menelan ludah. “Janji, kan? gak sampe masuk?” kataku.71Please respect copyright.PENANA7tHYlk5nKA
71Please respect copyright.PENANAZbtgWGTvUL
“Iya, tan,” sahutnya. “Kan daritadi udah Fajar bilang.”71Please respect copyright.PENANAxpuP41HQAJ
71Please respect copyright.PENANAh4trg7N4C1
Aku beranjak bangkit, lalu melepaskan tasku dan menaruhnya di samping meja tempat tidur.71Please respect copyright.PENANAm68KcaCvz7
71Please respect copyright.PENANADNtvb2Fjz3
“Sini, Tan Fajar bantuin.” Fajar bangkit. “Angkat tangannya.”71Please respect copyright.PENANAfp7UBWCWGO
71Please respect copyright.PENANAEAOYqRv3qk
Aku menatapnya dengan ragu. Jujur saja, aku takut seandainya terbawa suasana. “Janji, kan? engga sampe masuk?” kataku lagi, memastikan.71Please respect copyright.PENANAvbIMTDEQes
71Please respect copyright.PENANADiQO9vTAB5
“Udah, angkat tangannya,” kata Fajar tidak sabaran.71Please respect copyright.PENANA6vJWT79DfW
71Please respect copyright.PENANA9Cc9Yvv0NB
Perlahan kuangkat kedua tanganku dan membiarkan Fajar menanggalkan gamisku. Sontak aku menutupi area dadaku yang terbalut bra hitam tanpa motif, serta selangkanganku dengan celana dalam bewarna merah muda.71Please respect copyright.PENANAK6H5yk5jXo
71Please respect copyright.PENANApjqCvrr2iL
Terlihat wajahnya terpukau ketika gamisku tertanggal. lekas aku duduk di tepi ranjang. Fajar mendekat. Aku menahan lengannya ketika ia hendak menanggalkan jilbabku.71Please respect copyright.PENANAc8VGUbi8ra
71Please respect copyright.PENANAOQiWIwF6HC
Fajar mengerti, kemudian ia duduk di sampingku.71Please respect copyright.PENANAiZPwM8qQ6f
71Please respect copyright.PENANAtcbtXcYtT4
“Jangan di tutupin, tan.”71Please respect copyright.PENANAZSUtHabsOT
71Please respect copyright.PENANA7k5nt0W9n8
“Malu,” kataku sambil menutupi area selangkanganku dan dadaku.71Please respect copyright.PENANA1GZ4LHGAOW
71Please respect copyright.PENANA3uCktPKMQa
Perlahan ia menggeser tubuhku bersandar di dinding. Kemudian ia angkat tanganku kananku.71Please respect copyright.PENANAofAXwuoI4u
71Please respect copyright.PENANAjbec7cXA6A
“Ketek tante mulus banget,” pujinya.71Please respect copyright.PENANAN5frkH417F
71Please respect copyright.PENANAJNPuq0mLYI
Aku tidak menjawab.71Please respect copyright.PENANAuYVMoQu1S4
71Please respect copyright.PENANAnTynZxU9xB
Fajar mulai menjilati ketiakku. Terasa lebih geli daripada biasanya. Aku memejamkan mata. Geli yang kurasakan berbeda, geli dengan kenikmatan yang tak bisa kurangkai dengan kata.71Please respect copyright.PENANAB77tcXphng
71Please respect copyright.PENANAUFsoluSHHR
Pinggulku menggeliat, ke kanan, akibat rasa geli yang ia lancarkan. Tanpa rasa jijik, ludahnya bercampur dengan keringatku. Semakin gencar Fajar membasuh ketiakku. Sementara aku, semakin-semakin merasa nikmat.71Please respect copyright.PENANA2CfudW87qu
71Please respect copyright.PENANAFJrjHNLGBv
“empshh…, Jar…, jangan…,” Aku menahan lengannya dengan tangan satunya. Tapi, jangkauanku tak cukup untuk mendorong tangannya.71Please respect copyright.PENANAHZbCOwJmCx
71Please respect copyright.PENANAcNEYIKDwCt
“Empshhhh…Jar…,” aku melenguh merasakan jarinya menyentuh lembut kemaluanku dari balik celana dalam. Kini sentuhan itu semakin terasa. Aku terperanjat ketika kurasakan jemarinya mengelus kemaluanku dari dalam.71Please respect copyright.PENANA6xwwgzeVZW
71Please respect copyright.PENANAuTwUdbPC6v
“Jar…, empshh…” Aku malah mendesah seakan menikmati sentuhannya di kemaluanku. Ia kemudian menyudahi aktivitas di ketiakku, sementara jemarinya bisa kurasakan masih gencar mencari lubang masuk kemaluanku.71Please respect copyright.PENANAbcgCTmPTnY
71Please respect copyright.PENANAqiHGQauPCf
Aku menatapnya sambil menggelengkan kepala.71Please respect copyright.PENANADebeNNkNns
71Please respect copyright.PENANAraeuQNWPxz
“Udah, nikmatin aja, Tan.” Fajar menarik braku ke bawah, membuat buah dadaku terpampang jelas di hadapannya.71Please respect copyright.PENANAAQz8u4cOBa
71Please respect copyright.PENANAsarCYspMMt
“Empshhh…, Ahhh…,” Bibirnya melumat pentilku, sementara tangan satunya meremas buah dadaku. Aku tidak bisa mengelak kalau aku juga menikmati.71Please respect copyright.PENANAt76lVn7zQg
71Please respect copyright.PENANAoKyO7keXY6
Tiba-tiba pinggulku tersentak ke atas ketika kurasakan jarinya masuk dalam kemaluanku. “Aww…, keluarin…” Aku berkata dengan suara pelan, suaraku lebih terdengar seperti menahan desah.71Please respect copyright.PENANAK25R5zmbXN
71Please respect copyright.PENANArgnmgyV2xf
“Ahhh…, Jar…, udah, ya.” Terdengar suaraku memohon. Sebab bagaimanapun aku takut terlena akan kenikmatan yang ia berikan.71Please respect copyright.PENANAinLnHyMUMI
71Please respect copyright.PENANA05cjSs3Rjx
“Memek tante udah becek, lho,” katanya dengan senyum nakal yang ia layangkan.71Please respect copyright.PENANABm1pOY2FTC
71Please respect copyright.PENANAgAOUk30jQH
Dan baru kali ini aku mendengarnya berkata kotor. “Ih, mulutnya, Tante gak suka kamu ngomong kasar gitu,” kataku dengan nafas setengah-setengah.71Please respect copyright.PENANAS8zkdl3LCN
71Please respect copyright.PENANA6ic44Ffeiy
Fajar menghiraukan perkataanku, dan kembali melumat buah dadaku bergantian. Sementara tangannya sedari tadi masih gencar mengobrak-abrik kemaluanku.71Please respect copyright.PENANAKGJ5WJpbhj
71Please respect copyright.PENANAT7hy3dMb2P
“Ahhh…, Mpshhh…” Kali ini desahku terdengar luwes, tanpa penolakan. Lama-kelamaan-an aku malah membiarkannya menyentuh setiap jengkal tubuhku. Dan tanpa kusadari tanganku malah meremas pelan rambutnya.71Please respect copyright.PENANAIuKZj904qT
71Please respect copyright.PENANA1rD7TvZXcv
Fajar berpindah, kepalanya turun ke arah selangkanganku perlahan sambil lidahnya membasahi perutku. Sedangkan aku masih bersandar di tembok.71Please respect copyright.PENANA9pW1RGiq0O
71Please respect copyright.PENANAQWEAjb6ay0
“Jar…, Jangan!” Aku menahan kedua tangannya ketika ia hendak menurunkan celana dalamku. “Kan janjinya Cuma nyusu. Gak lebih.”71Please respect copyright.PENANAd1ENT0TPR0
71Please respect copyright.PENANAWfOshSyqwb
“Tapi Fajar udah sange banget, tan.” Jawabnya.71Please respect copyright.PENANAi4RpdAN4wG
71Please respect copyright.PENANABBD9cKcPRf
Aku tahu, terlihat dari wajahnya yang penuh akan nafsu. Tapi, mau bagaimanapun aku kekeuh terhadap pendirianku.71Please respect copyright.PENANA9MFxVAOUSG
71Please respect copyright.PENANAiyal2BQHfV
Kemudian aku terpikir sesuatu. “Tante kocokin, mau?” tanyaku. Mungkin dengan begitu, nafsunya bisa terlampiaskan.71Please respect copyright.PENANAFPysjoDNyq
71Please respect copyright.PENANAf3BT4VJYxb
Fajar terlihat berfikir, kemudian ia mengangguk. Aku bergeser ke tepi ranjang, duduk di sampingnya.71Please respect copyright.PENANAugSC2Cg3FB
71Please respect copyright.PENANAw3zY9l7lWj
“Bukain celananya, tan.” Suruhnya.71Please respect copyright.PENANAiQ33lwI7xZ
71Please respect copyright.PENANASonOXcwoRe
Aku beranjak bangkit dan bersimpuh di depan selangkangannya. Fajar berdiri. Jemariku membuka kancing celananya terlebih dahulu, perlahan kutarik ke bawah celananya.71Please respect copyright.PENANA1i6JsTQFTC
71Please respect copyright.PENANAMAXkzRujnw
Degup jantung berdetak kencang ketika dengan kulihat tonjolan kemaluannya yang terbungkus celana dalam bewarna abu-abu. Aku menelan ludah sejenak, membayangkan kemaluannya sebesar apa.71Please respect copyright.PENANAbMkXvCh1LR
71Please respect copyright.PENANAQeNkYjJNnT
Perlahan, ku arahkan kedua tanganku menuju pinggangnya. Dalam satu tarikan pelan, kemaluannya menyembul keluar. Bulu-bulu tepis di kemaluannya mencipta desir hangat. Ukurannya lumayan besar, atau bisa dikatakan besar.71Please respect copyright.PENANAvfwSnec1pz
71Please respect copyright.PENANAnlEFjh8J3z
Kemudian ia menampar wajahku dengan kemaluannya. Aku malah membiarkannya, membiarkan penghinaan yang ia layangkan. Mendadak, ku dorong kuat pahanya ketika penisnya mencoba masuk dalam mulutku.71Please respect copyright.PENANAmZYYvKaNHO
71Please respect copyright.PENANAyQ6Qz7pK8R
Fajar terhempas duduk di tepi ranjang dengan keheranan.71Please respect copyright.PENANAGRrMCuN2ys
71Please respect copyright.PENANAJwyGU2q35w
“Tante bilang cuma pake tangan, bukan pake mulut!” kataku galak. Lagian, seumur-umur, aku tak pernah memasukan kemaluan suamiku ke dalam mulutku. Sebab bagaimanapun juga, itu menjijikan.71Please respect copyright.PENANAS1NAWCQ16T
71Please respect copyright.PENANAwh5Gxmxp97
Aku segera bangkit dan duduk di sampingnya. Fajar mengarahkan tanganku menuju penisnya. Kugengganm penisnya. Permukaan kemaluannya terasa kasar, bulu-bulunya bisa kurasakan menyentuh tanganku. Agak pelan, tanganku turun-naik.71Please respect copyright.PENANADsW45jv6jE
71Please respect copyright.PENANAFVZog4Mew1
Aku melirik Fajar sekilas, ia tampak menikmati. Entah kenapa, aku senang mengetahui kalau ia menikmati permainan tanganku. Sementara tangannya meremas buah dadaku.71Please respect copyright.PENANAmkRkCLA6fo
71Please respect copyright.PENANAC6QH28kpBZ
Terdengar suara Fajar meringis. “Sakit…, tan,” katanya.71Please respect copyright.PENANAvkAxf3kOLQ
71Please respect copyright.PENANAgFhGcbqnlF
Aku menatapnya bingung. Lalu, aku menyadari sesuatu, bahwa aku tidak menggunakan pelumas.71Please respect copyright.PENANA6Vjc3qPcUh
71Please respect copyright.PENANA0YVV2IUEC1
“Baby oil ada?” tanyaku dengan kelima jari yang masih melingkar di penisnya.71Please respect copyright.PENANA16cxTQycUh
71Please respect copyright.PENANAdu18thDVU4
Fajar menggeleng. “Pake air ludah aja.”71Please respect copyright.PENANAyCXfmhj0wO
71Please respect copyright.PENANArvUNf0yHam
“engga, Jorok!”71Please respect copyright.PENANAykI8y4BiWB
71Please respect copyright.PENANAK3qgvTMeNh
Mau tak mau, Fajar beranjak bangkit keluar setengah telanjang, Tak lama kemudian ia datang dengan minyak goreng sachet.71Please respect copyright.PENANANo05jacKPC
71Please respect copyright.PENANAIDcTyeHToy
“Kunci pintunya.” Kataku.71Please respect copyright.PENANAdrqG74aT5h
71Please respect copyright.PENANAtmtzTdLvMB
Fajar terdengar mendengus, lalu mengunci pintu. Kemudian ia menyodorkan minyak itu kepadaku. Kuteteskan minyak di telapak tanganku. Lalu ku oleskan perlahan di batang kemaluannya. Kini, terasa lebih lembut. Perlahan, kulanjutkan kocokan yang sempat terhenti.71Please respect copyright.PENANABxB3sDCL5y
71Please respect copyright.PENANAlD0tALLueN
Nafas Fajar terlihat memburu. Nampaknya, ia sungguh menikmati. Sementara tanganku terasa licin.71Please respect copyright.PENANApRJpyLf0Wa
71Please respect copyright.PENANAruu81DDroe
Kurasakan kembali telapak tangannya menyusup melewati celana dalamku. Kali ini kubiarkan. Bersamaan dengan tanganku yang terus mengocok penisnya, Fajar juga melakukan hal yang sama. Satu jarinya masuk dalam kemaluanku.71Please respect copyright.PENANA78yrTfMnQe
71Please respect copyright.PENANAQ7bPWJKSvg
“Empshhh…huftt,” aku melenguh agak tertahan. Pinggulku sedikit meliuk kanan-kiri, mengikut irama jarinya.71Please respect copyright.PENANAXSoXW3qoT0
71Please respect copyright.PENANAjltugVpInE
“Gimana, tan, enak?” tanyanya.71Please respect copyright.PENANA574PcZWWFg
71Please respect copyright.PENANAoaYHOty6Bh
Aku mengangguk pelan. “Kamu gimana?” tanyaku agak malu.71Please respect copyright.PENANAmppfr0nHWK
71Please respect copyright.PENANAbvla1JvUbw
“Tangan tante jos banget.” Suaranya terdengar riang.71Please respect copyright.PENANAFMzXKJKoR7
71Please respect copyright.PENANAtWHaUEUGeB
Aku malah bangga mendengar pernyataannya barusan. Lima menit berlalu. Tapi, tak kunjung kulihat ia akan mencapai orgasme.71Please respect copyright.PENANAlPmrVS4J6u
71Please respect copyright.PENANAT0X5b8MRkn
“Masih lama gak?” tanyaku.71Please respect copyright.PENANA7bOItrk5Gm
71Please respect copyright.PENANAhFkA2MhJLF
“Awww….” Fajar malah menjawab pertanyaan ku dengan mendorong jarinya masuk lebih dalam. sontak membuatku memekik pelan. “Ih, Fajar!” Aku berkata dengan suara manja.71Please respect copyright.PENANAhTMg1hIR7e
71Please respect copyright.PENANAPU2Kw8Z82B
Fajar malah terkekeh. “Kalau mau cepet, sepongin, tan.”71Please respect copyright.PENANAly3oS4XPRq
71Please respect copyright.PENANAP6ILyMNnQg
Dengan cepat aku menggelengkan kepala. Menolak.71Please respect copyright.PENANAdZmyvdEHWv
71Please respect copyright.PENANA1tAN7iWY7y
“Kalau gitu bisa sampe satu jam tante ngocokin kontol Fajar.”71Please respect copyright.PENANAHmqSEt32Fw
71Please respect copyright.PENANAEKJilRj1wP
Sontak kupukul pahanya. “Jangan ngomong Jorok!”71Please respect copyright.PENANAJcPYAY7vqc
71Please respect copyright.PENANAZWw6noQW7P
“Empshhh…,” Fajar menekan jarinya agak dalam. Membuatku mengerang tertahan. “Keluarin, Gak!” Kataku, garang.71Please respect copyright.PENANAMGfVKhNyH9
71Please respect copyright.PENANAXozd7Ytc51
“Dasar tukang marah.” Fajar menarik keluar jarinya dari kemaluanku. Sekarang aku bisa fokus mengocok penisnya.71Please respect copyright.PENANANQz5uksJ31
71Please respect copyright.PENANARtPUJNXaBU
Sepuluh menit berlalu. Tak kunjung juga ia menampakkan tanda-tanda akan orgasme.71Please respect copyright.PENANAqI7ZiJlJeJ
71Please respect copyright.PENANAlu0YyV9Udz
Aku menghela nafas cukup dalam. “Jar, tante capek, lho.”71Please respect copyright.PENANAj4mHsXAPLg
71Please respect copyright.PENANACmwF2Nm7f6
“Kan, udah Fajar bilang, Kalau Cuma pake tangan, bisa satu jam baru keluar.”71Please respect copyright.PENANATRGqEofkSb
71Please respect copyright.PENANAI8FXBCngWx
Aku mendengus kesal. Sudah berapa kali aku melumuri tanganku dengan minyak. Tapi, tak kunjung juga kemaluannya mengeluarkan cairan putih nan kental. Kemudian aku berhenti sejenak, merehatkan tanganku yang terasa pegal.71Please respect copyright.PENANAxSzcqAjeCT
71Please respect copyright.PENANAPtskkb5Ntp
“Gimana kalau kontol Fajar dikocok di tengah-tengah susu tante.” Fajar meremas pelan buah dadaku sambil tersenyum nakal.71Please respect copyright.PENANA2SFzx1yFbH
71Please respect copyright.PENANAvHGVf3zpmK
Reflek kupukul bahunya untuk yang kedua kalinya, cukup keras. “Udah tante bilangin, jangan ngomong jorok!”71Please respect copyright.PENANAWd70tOPyJ4
71Please respect copyright.PENANAeYa3myTDT8
“Mau gak, tan?” alisnya sedikit terangkat.71Please respect copyright.PENANAGIj2mA30Fh
71Please respect copyright.PENANAuXm2jz4wHK
“Gak!” jawabku ketus.71Please respect copyright.PENANACSE15bQzZQ
71Please respect copyright.PENANAvYNYqy7G2w
Fajar meraih kembali tanganku menuju penisnya. Belum ada satu menit beristirahat dan kini aku harus harus mengocok kembali penisnya.71Please respect copyright.PENANAr3MGYYOyoD
71Please respect copyright.PENANAHdzcnYO4Ch
“yaudah, kalau Tante mau capek,” katanya. “Kocokin lagi.”71Please respect copyright.PENANArYnQiNLrhd
71Please respect copyright.PENANAPggw8FIbsB
Aku mendengus dan kembali mengocok penisnya. Terhitung 15 menit aku mengocok kemaluannya. Dan pada akhirnya aku menyerah. “Yaudah boleh. Tapi awas aja kalau sampe masuk!” suaraku terdengar sedikit mengancam.71Please respect copyright.PENANAPjhtoz0PtP
71Please respect copyright.PENANANtCipIGHQ1
Fajar terlihat riang. Perlahan ia rebahkan tubuhku di ranjang. ku sandarkan kepalaku di bantal. Ia beranjak naik di atas ranjang. kemudian berjongkok di kedua buah dadaku. Kini, penisnya tampak jelas di wajahku. Tangannya meremas buah dadaku terlebih dahulu.71Please respect copyright.PENANAceyceVAOcv
71Please respect copyright.PENANAkDmXpt3Qid
“Udah, ih, cepetan!” kataku, memalingkan wajah, sebab penisnya terlalu dengan dengan wajahku.71Please respect copyright.PENANAqIlkByhXhm
71Please respect copyright.PENANAACaWi8K7pz
Kemudian ia meletakan penisnya di tengah buah dadaku. kedua buah dadaku ia hempit di antara kemaluannya. Perlahan pinggulnya maju mundur. Bisa kurasakan penisnya bergesekan dengan buah dadaku. Entah kenapa, ada rangsangan sendiri yang kurasakan. Apalagi ketika menatap penisnya yang menegang. Perlahan kurasakan kemaluanku semakin terasa lembab, seperti embun pagi yang menyelinap melewati kaca jendela.71Please respect copyright.PENANA4nXh4uvQqv
71Please respect copyright.PENANAC9HzUZQpkS
Fajar terus memaju-mundurkan pinggulnya. Matanya terpejam, kedua tangannya menekan buah dadaku. Aku memandang penisnya yang terhimpit di antara kedua buah dadaku. Mendadak tubuhku terasa bergetar dan tersengat ketika semakin lama kuperhatikan penisnya. Terlihat pucuk penisnya mengeluarkan cairan bening, seperti anak bayi yang ngeces.71Please respect copyright.PENANAgG2TQ8ed7g
71Please respect copyright.PENANAj1VWRa83nL
“Gila…, susu tante enak banget!” Suara Fajar terdengar menahan desah. Dahinya banjir akan keringat. Kedua tangannya semakin erat menekan buah dadaku.71Please respect copyright.PENANAssS9yjmlgH
71Please respect copyright.PENANAEpvM6F680R
“Kalau mau keluar bilang,” kataku. “Awas aja kena muka tante.”71Please respect copyright.PENANAtAmwfLb2em
71Please respect copyright.PENANAaEMFhO2SVa
Mendadak Fajar berhenti. Ia kemudian menanggalkan bajunya, lalu menarik keluar penisnya dari himpitan buah dadaku. Aku melihatnya terheran. Ia malah beranjak mundur. Sepersekian detik kemudian, ia melorotkan celana dalamku. Lalu membentangkan kedua kakiku lebar. Sontak, aku mencoba bangkit.71Please respect copyright.PENANAVt8VF8hNfn
71Please respect copyright.PENANAhkp0mtyKSd
“Empshh…, Jar…, jangan.” tubuh kembali terhempas ke ranjang.71Please respect copyright.PENANAXuWnLmEbvw
71Please respect copyright.PENANAesaamtNqeH
Aku merasakan kemaluanku dijilati oleh lidahnya. Tubuhku merinding, desir nikmat kurasakan berkali-kali lipat. Dimas, suamiku, tak pernah menjilati vaginaku. Dan Fajar melakukannya. Memberiku suatu nikmat yang belum pernah kurasakan sejak awal pernikahan. Aku memejamkan mata, pinggulku meliuk-liuk akibat lidahnya.71Please respect copyright.PENANAm6ToZcZPoH
71Please respect copyright.PENANAO7k7z2kZZU
“Ahhh…, Empsshhh….” Tidak ada lagi penolakan dariku. Aku malah semakin menikmati permainan lidahnya. “Empshh… ahhh…berhenti…, Jar” Aku mencoba bangkit kembali, Reflek ia mendorong perutku yang membuatku kembali terbaring.71Please respect copyright.PENANASR8uY4eOiB
71Please respect copyright.PENANA2J5CWGkaew
Permainan lidahnya semakin membuatku merintih nikmat. Kepalaku menggeleng kanan-kiri. Pentilku terasa mengeras, keringat-keringat mulai membanjiri tubuhku. Aku meremas sprei dengan kuat. Kemudian kurasakan lidahnya berhenti. Aku mendongak ke bawah. Terlihat Fajar bangkit dan mengangkat kedua kakiku.71Please respect copyright.PENANArRoMGCyDEL
71Please respect copyright.PENANAnoFNK721SG
“Jar…, please…, jangan!” Aku merapatkan kedua kakiku, mencegah penisnya agar tidak masuk. Tapi, Fajar tidak kehilangan ide. Ia mendekat dan mencumbu bibirku.71Please respect copyright.PENANAATN9xAPsjy
71Please respect copyright.PENANAFAopzdxIWB
Aku malah membalas cumbuannya. Gairahku tidak tertahan. Fajar beranjak ke arah ketiakku. Tanganku ia angkat, dan ia jilati. Aku mengerang menahan geli sekaligus nikmat. Tangan satunya mengobrak-abrik kemaluanku.71Please respect copyright.PENANAVp4jlSCejX
71Please respect copyright.PENANA1VBqSEYer4
“Empshhh…Jar….,” tidak ada penolakan dariku. Hanya lenguhan, desahan, erangan yang kulontarkan.71Please respect copyright.PENANAZ7uddJvMQX
71Please respect copyright.PENANAUDnxY82Rhk
Melihatku yang tak lagi melawan, Fajar kembali mengangkat kedua kakiku. Aku tidak bisa mencegahnya lagi. Tenagaku tak cukup kuat. Kenikmatan yang kurasakan terlalu nikmat.71Please respect copyright.PENANA1Rmdcuy6aM
71Please respect copyright.PENANAVw6l2WL0wk
Nafasku tercekat, jantungku memompa darah begitu cepat, cengkraman tanganku pada sprei semakin menguat. Bersamaan dengan itu, kurasakan ada sebuah benda yang mencoba masuk dalam kemaluanku. Aku menggigit bibir, memalingkan wajah, sedikit meringis.71Please respect copyright.PENANAbxrlrNlfse
71Please respect copyright.PENANA5xqNiuG1uC
“Empshh…, Ahhhh…,” desahku pecah seketika.
71Please respect copyright.PENANAHDgz39j06M
Bersambung
71Please respect copyright.PENANAO1sSrpBkwz