#3 Apa yang memaknai “Segalanya?”128Please respect copyright.PENANAZO2hDK9FDv
128Please respect copyright.PENANAF5Km9hvSe8
Aku berdiri di tengah pintu, memandangi anak-ku dan suamiku yang hendak pergi menuju bandara. Aku tersenyum haru. Waktu berlalu begitu cepat bagaikan kedipan mata. Tak terasa Adit akan lekas kuliah. Ia memutuskan untuk kuliah di ibu kota. Dan Dimas menyertainya untuk mengurus segala keperluannya.128Please respect copyright.PENANAHoW7NAVqdF
128Please respect copyright.PENANACDoV3qBJxk
Dari kejauhan, aku melihat Fajar masuk ke dalam mobil. Ia bertugas mengantar mereka. Ya, hubunganku dengan Fajar kian memburuk waktu ke waktu. Satu bulan kami tidak berbicara. Aku enggan, begitupun dia.128Please respect copyright.PENANA8cqdmXjWgW
128Please respect copyright.PENANAsTgXNwqD3d
Adit Dan Dimas melambai dari kejauhan dan masuk ke dalam mobil. Aku tersenyum kepada mereka. Lalu, mobil yang dikendarai mereka menjauh dari pandanganku dan perlahan menghilang. Sedih rasanya melepas anak satu-satunya, pastilah rumah akan terasa sepi, cepat-lambat aku harus terbiasa. Aku menghela nafas dan menutup pintu sambil melangkah menuju kamarku.128Please respect copyright.PENANAdNtXk0E2MG
128Please respect copyright.PENANAqj6jpMyf22
Tiba di kamar aku lekas berbaring. Jarum jam baru menunjuk pukul sepuluh pagi. Aku sudah selesai melakukan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Aku menatap langit-langit kamar. Sesekali aku tersenyum sendirian, mengingat-ingat kenangan sewaktu anakku masih kecil.128Please respect copyright.PENANApqVyC36b0V
128Please respect copyright.PENANAMJEQJsavvf
Adit tergolong anak yang aktif. Aku sering mengajaknya bermain di taman dekat rumah. Dia bersama Fajar sering berlari-larian di taman. Sesekali mereka berdua mengajakku bermain perosotan. Adit dan Fajar memang akrab sejak kanak-kanak, mereka seperti tidak terpisahkan. Dari SD-SMA, mereka berada di sekolah yang sama. Kini mereka tidak lagi anak kecil, sudah beranjak dan tumbuh dewasa.128Please respect copyright.PENANANplJ54i6ZR
128Please respect copyright.PENANAaboq7xRUyW
Satu jam berlalu, aku masih berbaring di ranjang. Entah kenapa aku tidak mood untuk melakukan apapun, kepergian anakku membuatku merasa sedih. Memikirkannya saja membuat bola mataku berkaca-kaca.128Please respect copyright.PENANA7h44A8ytAt
128Please respect copyright.PENANA47KbxmWzIi
Aku keluar dari kamar, melangkah menuju dapur. Membuat kopi hangat dan memutuskan untuk bersantai di sofa sambil membaca buku. Aroma kopi hitam tercium. Aku menyesap kopi sambil memejamkan mata. Lalu membuka lembar-lembar buku dan membacanya.128Please respect copyright.PENANA5GtJR61ARi
128Please respect copyright.PENANAlSW2I88IQt
Satu persatu Lembar-lembar buku terlewati. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, aku menoleh. Fajar tersenyum kepadaku, aku tidak membalas. Berpura-pura membaca buku. Langkahnya semakin mendekat. Entah kenapa aku merasa gugup.128Please respect copyright.PENANAwGATRumBtl
128Please respect copyright.PENANASLI1E81fhW
Fajar duduk di hadapanku. Aku masih bergeming, enggan untuk menatapnya. “Kunci mobilnya, Tan.” Fajar meletakan kunci mobil di atas meja. Kemudian berdiri. “Fajar pulang dulu.”128Please respect copyright.PENANAOTVZvkDTMe
128Please respect copyright.PENANA3HuN1twpK3
Ingin rasanya aku mengatakan tidak. tapi urung untuk ku lakukan. Sebenarnya aku rindu berbincang dengannya. Tapi, aku tidak ingin terlihat seolah aku suka kepadanya. Nanti, ia pasti akan bersikap semena-mena padaku.128Please respect copyright.PENANAznSstVF1xr
128Please respect copyright.PENANAdUQW7LIptn
Maka, kubiarkan ia pergi, dan kembali membaca buku. Aku menghela nafas ketika Fajar telah hilang dari pandanganku. Remaja itu sungguh membuatku jengkel. Ia tidak meminta maaf kepadaku atas perlakuannya tempo dulu. Seakan yang dilakukannya adalah benar. Aku menggelengkan kepala, anak jaman sekarang moralnya pada rusak.128Please respect copyright.PENANAePJqTkV9LV
128Please respect copyright.PENANAynNPr0pw4G
Waktu berlalu begitu saja, aku merasa bosan dan bosan. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Kopiku sudah habis menyisakan bubuk-bubuk hitam yang basah. Lembar buku yang berhalaman 120 sudah tuntas kuhabiskan. Sofa yang empuk perlahan terasa keras sebab aku tidak beranjak kemanapun sama sekali.128Please respect copyright.PENANANuBWxNPxGf
128Please respect copyright.PENANAwQXXwkpkHv
Aku meregangkan tanganku sambil menggelengkan kepala, sebab kantuk perlahan menjalar. Aku menyandarkan punggung di sofa sambil menatap langit-langit atap. Berkata dalam hati, Abi, cepetan pulang, umi bosan sendirian.128Please respect copyright.PENANAjR4TjwE0a5
128Please respect copyright.PENANAPLdV8GSPyI
Terdengar notif WhatsApp. Aku meraih ponselku di atas meja, samping gelas. Pesan WhatsApp tertulis: Abi sama Adit udah di Jakarta, ini lagi cari kost.128Please respect copyright.PENANA3sM3BzenbW
128Please respect copyright.PENANAoXY2tQEpyw
Aku merasa lega, lalu mengetik: Alhamdulilah, terus kabarin umi, ya. 128Please respect copyright.PENANAC6c1nM63gN
128Please respect copyright.PENANAab99sFaX6X
Aku menunggu balasan, tapi yang kulihat hanya centang biru yang berarti sudah dibaca. Aku mengerti, mungkin mereka sibuk. Maka, aku letakan ponselku kembali ke meja. Kemudian merebahkan tubuhku di sofa yang empuk, menyandarkan kepala di penyanggah sofa, berharap satu minggu cepat berlalu. Kantuk merambat, mataku perlahan malu, bersaman dengan itu, aku terlelap.128Please respect copyright.PENANALBsvraskvB
128Please respect copyright.PENANAEbVTq3TKRC
***128Please respect copyright.PENANAPIa4RYY0ME
128Please respect copyright.PENANANBXVBDSQL2
Aku terbangun di sore hari, pukul dua. Sehabis mandi aku kembali ke sofa, tentunya dengan secangkir kopi hitam yang selalu menemani kesendirianku. Tapi, kali ini tidak ada buku yang ku baca.128Please respect copyright.PENANAKV3UR2gjxX
128Please respect copyright.PENANADNXCU6sx7x
Aku sibuk berkutat dengan ponselku. Berselancar ria di media sosial. Berita-berita terbaru di lini masa membuatku jengkel. Aku bukan seorang ibu rumah tangga yang dengan mudahnya akan termakan hoax. Aku memiliki nalar yang bagus untuk memilah mana yang benar dan tidak.128Please respect copyright.PENANA56IhHafv2B
128Please respect copyright.PENANAAIHZXE8Xff
Tapi, itu semua tidak cukup untuk membunuh bosanku. Aku meletakan kembali ponselku dan menyesap kopi hitam yang mulai mendingin, mulai melamun dan membiarkan pikiranku ke mana-mana. Belum ada satu hari setelah Dimas dan Adit pergi, tapi aku sudah hampir mati karena dilanda bosan.128Please respect copyright.PENANAyaRJYxXTSc
128Please respect copyright.PENANAAVvttJzCU4
ingin rasanya aku keluar rumah dan ke toko buku, tapi aku tidak bisa mengendarai mobil. Entah kenapa terbesit sesuatu dalam pikiranku. Buru-buru aku mengambil ponsel dan mengirim pesan WhatsApp pada suamiku: Bi, Umi mau ke toko buku. Abi bisa gak bilang sama Fajar buat anterin umi.128Please respect copyright.PENANARiqocZNput
128Please respect copyright.PENANAxEAUmYDPbC
Agak lama aku berfikir sebelum mengirim pesan tersebut. Tapi, pada akhirnya aku menekan tombol kirim. Sambil menunggu, aku beranjak ke kamar. Memoles pipiku dengan sedikit make-up. Dan mungkin saja, dengan langkahku seperti ini, Fajar akan meminta maaf, dan hubungan kami kembali seperti sediakala. Semoga dia menyadari kesalahannya.128Please respect copyright.PENANA5HnqCkX8xP
128Please respect copyright.PENANAY32AZwSSEF
Lima belas menit aku menunggu balasan dari suamiku. Tapi tak kunjung jua ia membalas. Agak kecewa, aku menyandarkan punggungku di sofa. Derit pintu terdengar, Aku menoleh ke arah pintu, menampilkan sosok remaja yang teramat kurindu. Fajar tersenyum di tengah pintu. Kemudian Ia menghampiriku dan duduk di sofa.128Please respect copyright.PENANAmEn5744eQj
128Please respect copyright.PENANAxS7u8xqEo6
“Cie, kangen.” Fajar menggodaku sambil tersenyum kecil.128Please respect copyright.PENANAcGwQCVNiGM
128Please respect copyright.PENANAPDv9zUAINW
Kenapa aku harus merona seperti ini? Aku memejamkan mata sejenak, dan menjawab dengan datar, “Tante cuma mau minta anterin dong, gak lebih.”128Please respect copyright.PENANA5xL6179mQw
128Please respect copyright.PENANAIXek76ZsiQ
Fajar malah terkekeh. Ia tampak rapi dengan jaket jeans, dan celana pendek hitam. “Mau kemana nih, tan?” tanyanya.128Please respect copyright.PENANANknaE6T0n9
128Please respect copyright.PENANAeF0GXZc5Gc
“Ke toko buku,” kataku, masih datar.128Please respect copyright.PENANAn3Ks7Ay746
128Please respect copyright.PENANA46qeth98r0
Fajar mengangguk, lalu berdiri. Aku mengekor. Kami keluar dari rumah. Aku mengeluarkan kunci mobil dari tas yang melingkar di pundakku.128Please respect copyright.PENANAVlQ8oFS10N
128Please respect copyright.PENANAErZOICsNcy
“Nih, kuncinya,” kataku. Fajar berbalik, menyambut uluran ku. Kami berdua lekas masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, aku selalu menggunakan gamis kalau pergi kemana-kemana.128Please respect copyright.PENANA94NHIYRf2S
128Please respect copyright.PENANAmO8502br4Z
***128Please respect copyright.PENANA0ctK3JEKBm
128Please respect copyright.PENANANeLQrEExWe
Dalam mobil, hening menyapa. Fajar fokus menatap jalanan sambil mengemudi. Aku memandang keluar jendela mobil. Memperhatikan jalanan dari kaca yang tertutup. Canggung menyalak dalam ruang. Entah kenapa, berduaan dengan Fajar seperti ini membuat degup jantungku berdetak tak karuan. Di tambah dengan parfum yang dikenakannya, aroma yang segar dan ringan, seperti campuran buah dan bunga. Aku mengernyit heran ketika toko buku terlewati, Aku menoleh dan bertanya kepadanya, “Ini mau kemana?”128Please respect copyright.PENANAXPRlKIk4O0
128Please respect copyright.PENANAFE29JqglTr
“Kerumahku,” kata Fajar masih fokus menyetir.128Please respect copyright.PENANAFErph9ClQq
128Please respect copyright.PENANAl8HbylkREU
“Tante mau ke toko buku,” kataku.128Please respect copyright.PENANAafCVZdxljP
128Please respect copyright.PENANAjlbIazH6kc
Fajar tak menjawab. ia masih fokus menyetir.128Please respect copyright.PENANAj2GcbAfDvr
128Please respect copyright.PENANAwNRqfJMO8j
Tapi, entah kenapa aku tidak marah, malah membiarkannya. Padahal tidak sesuai dengan tujuanku. Aku menghela nafas dan kembali memandangi jalanan dengan degup jantung yang semakin berdetak kencang.128Please respect copyright.PENANADh1Rf1dAEs
128Please respect copyright.PENANAzbWezUNUzJ
Lima belas menit kemudian, tibalah aku di Rumah Fajar. Ia membuka pintu mobil dan turun, begitupun aku. Aku mengekor dari belakang. Di depan pintu langkahnya terhenti. “Mau di dalam atau di teras, tan?” tanyanya.128Please respect copyright.PENANAd7mbrvkekf
128Please respect copyright.PENANAUEHxJFHnxA
“Teras aja, Jar.”128Please respect copyright.PENANA9tytF61bBc
128Please respect copyright.PENANADa7kf7QUpL
Fajar meraih gagang pintu dan membukanya. Sementara Aku duduk di pembatas teras, urung untuk masuk, sebab, jujur saja aku masih ada ketakutan apabila Fajar melecehkan ku.128Please respect copyright.PENANAKBHhrGF4Uw
128Please respect copyright.PENANACMbnDzUokg
Fajar tiba dengan bangku karet yang ia angkat di kedua tangannya, lalu meletakan dua bangku karet itu saling bersebelahan. “Duduk, tan, Fajar mau bikin kopi dulu.”128Please respect copyright.PENANAoKH25K2NRb
128Please respect copyright.PENANAjn7NDeo258
Aku beranjak duduk di bangku sambil menunggunya membuat kopi. Halaman rumah Fajar terlihat asri dengan rerumputan hijau.128Please respect copyright.PENANAL06fwbi2Fj
128Please respect copyright.PENANAd2QUetraX4
Tiba-tiba Ponselku berdering, aku merogoh tasku dan mengangkat telepon.128Please respect copyright.PENANAwdspgmZjU1
128Please respect copyright.PENANAteov5sZErX
“Assalamualaikum, mi,” Terdengar suara Dimas di sebrang sana.128Please respect copyright.PENANAuTYXKczraX
128Please respect copyright.PENANA9SU1a5xO5P
“Walaikumsallam, Abi,” jawabku.128Please respect copyright.PENANA99qWIPlIbg
128Please respect copyright.PENANAq65DWC7HP6
“Abi sama sama Adit udah dapet kos, nih,” Kata Dimas. Aku bisa mendengar suara Adit yang nampaknya ingin berbincang denganku.128Please respect copyright.PENANAyA3fqUQVZO
128Please respect copyright.PENANAkPXEkSOj1o
“Bi, mana Adit,” kataku.128Please respect copyright.PENANApHAxwu4Jid
128Please respect copyright.PENANAUud5EyfCTK
“Assalamualaikum, Umi,” Terdengar suara Adit. “Umi sehat kan? Umi kesepian ya? jangan kangen sama Adit ya, mi.”128Please respect copyright.PENANAzvwM67vRUy
128Please respect copyright.PENANAtAp5B3f6vi
Aku terkekeh. “Kamu kuliahnya yang benar, awas aja kalau kamu gak karuan di sana.”128Please respect copyright.PENANAl4i305LWUj
128Please respect copyright.PENANAT7KKmCfrFW
Terdengar suara Adit tertawa. “Iya umi sayang, Adit janji, kok, bakal kuliah yang benar dan bikin Umi bangga.”128Please respect copyright.PENANA9Avni44uQK
128Please respect copyright.PENANAuEVySDvcDi
Aku senang mendengarnya. Tapi, obrolan kami tidak berlanjut lama, Terdengar Dimas mengambil alih percakapan. “Mi udah dulu, ya. Abi sama Adit mau lanjut dulu. Yang sehat, ya, Mi. Assalamualaikum.”128Please respect copyright.PENANAmav4sqBPe8
128Please respect copyright.PENANAdjVEjDejXp
Aku membalas salam suamiku dan mematikan telepon. Tak lama, Fajar datang dengan membawa dua cangkir kopi. Ia meletakkannya di pembatas teras, kemudian duduk di sampingku.128Please respect copyright.PENANAbn4pQsBNul
128Please respect copyright.PENANAtbcgnifIbP
Canggung kembali menyapa di antara kami, entah kenapa aku merasa mulutku seakan terkunci. Sementara Fajar piawai menyesap kopinya sambil memandang ke depan. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Aku harap dia tidak bertindak aneh-aneh.128Please respect copyright.PENANAjE2h0TDl42
128Please respect copyright.PENANAIrjWIgfoE8
Aku meletakan kedua tanganku di paha, meremas pelan gamisku sebab canggung menyalak lebih lantang. Sepuluh menit berlalu dan tidak ada perbincangan di antara kami. Bahkan, saking heningnya, desir rumput terdengar.128Please respect copyright.PENANA4RGmoG1ft6
128Please respect copyright.PENANA9iRtIWc6D3
“Kopinya minum, tan.” Akhirnya Adit membuka percakapan.128Please respect copyright.PENANAxTL1NVN6Gy
128Please respect copyright.PENANAXoDf3KziCi
Aku mengangguk kikuk sambil meraih secangkir kopi dan menyesapnya sedikit, lalu meletakkannya kembali.128Please respect copyright.PENANAxaKLc8yiaJ
128Please respect copyright.PENANAqblHwtr8Mo
“Kamu gak kuliah, Jar?” tanyaku mencoba membuat obrolan memanjang.128Please respect copyright.PENANA2eGuoqVFov
128Please respect copyright.PENANArQFPFeFsbd
“Kalau Fajar kuliah, kasihan nenek, Tan,” katanya. “Gak mungkin kan nenek sendirian di rumah?”128Please respect copyright.PENANA6nQbgbDKLU
128Please respect copyright.PENANAwsFZJXAS12
Aku mengangguk. Mengiyakan. “Nenek belum pulang?”128Please respect copyright.PENANAyllWREiNb1
128Please respect copyright.PENANAJVXhZFhjY0
“Nenek kalau hari biasa pulangnya agak malem, biasanya habis magrib.”128Please respect copyright.PENANAfe7ZWD1FvB
128Please respect copyright.PENANA0Uj0njPfCB
“Nenek masih kuat kerja, ya. Padahal udah lumayan tua, lho.”128Please respect copyright.PENANACsGBoHnMA6
128Please respect copyright.PENANAEQjrkjkGcT
“Ya, begitulah, tan,” katanya. “Fajar juga udah kasih tau nenek biar Fajar aja yang kerja. Tapi nenek selalu keras kepala.”128Please respect copyright.PENANAcYdgs401UZ
128Please respect copyright.PENANAFyBk0xw3V5
“Namanya juga orang tua, Jar. Apalagi nenek udah rawat kamu dari kecil, Mungkin nenek mau ngeringanin tanggung jawab Fajar juga, kan?”128Please respect copyright.PENANAypqwrPVD66
128Please respect copyright.PENANAQZJB2FElX7
Fajar mengangguk masih menatap ke depan. “Mana Adit udah kuliah,” nadanya terdengar kecewa. “Jadi gak bisa lihat tante lagi.”128Please respect copyright.PENANAVSvwsfjL2O
128Please respect copyright.PENANA8hJzVGXg5A
Aku tertawa ringan. “kalau kamu mau main ke rumah, main aja,” kataku. “Pintu rumah terbuka lebar buat kamu.”128Please respect copyright.PENANAuji0IMeQlL
128Please respect copyright.PENANAKlDSycezsv
Perlahan, perasaan kesalku kepadanya mereda, bagai sebuah air panas yang mulai mendingin seiring waktu.128Please respect copyright.PENANAYKIhQvXuzq
128Please respect copyright.PENANAUnUbXVY6gb
Ia terlihat tersenyum, kemudian beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ia datang sambil membawa gitar. Merubah posisi bangkunya mengarah ke aku, dengan gitar yang duduk takzim di pangkuannya.128Please respect copyright.PENANApcpXiwfp4M
128Please respect copyright.PENANA5Oe6ATG5gN
“Mau dinyanyiin tan?” Tanyanya.128Please respect copyright.PENANAJgTLrtDF2J
128Please respect copyright.PENANAWrCRj0SmqQ
Aku terlihat antusias, dan mengubah posisi dudukku. Kini kami saling berhadapan.128Please respect copyright.PENANAspSDNHzU5D
128Please respect copyright.PENANA7cOmceDCOM
“Boleh,” kataku agak tersipu.128Please respect copyright.PENANAkZQxIq5bNB
128Please respect copyright.PENANAyVLl9ZyAx7
Perlahan, terdengar nada merdu dari dawai Gitar. Petikan-petikan dari jemarinya membangun sebuah nada yang harmonis. Jemari satunya berpindah-pindah chord. Membentuk sebuah kesatuan irama.128Please respect copyright.PENANAdOT8Ih7ss0
128Please respect copyright.PENANAJaGNuxB8O1
“Badai, puan telah berlalu berlalu, salahkah ku menuntut mesra,” Fajar mulai bernyanyi. Suaranya halus, indah, penuh rasa. Ia menatapku, aku pun begitu. entah bagaimana, rasa hangat bisa kurasakan dari setiap tatapannya.128Please respect copyright.PENANAEHoJJ2ceD6
128Please respect copyright.PENANAkv1Jx0YNGz
Dia melanjutkan, “Tiap taufan menyerang, kau di sampingku, kau aman ada bersamaku.” Ia semakin dalam menatapku, petikannya pada dawai dan suaranya yang indah mampu membuatku terpaku, dan bergeming dari duduk.128Please respect copyright.PENANAJTJQbZ06fl
128Please respect copyright.PENANASrM96qXu0d
“Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu128Please respect copyright.PENANAuqgznSxcgU
Ku di sebelahmu,” Suara nya terlihat megah dalam petikan dawai yang merdu. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan senyum hangat yang mampu membuatku tak berdaya.128Please respect copyright.PENANAlhTJN5ROex
128Please respect copyright.PENANAvZ04reg4OD
Aku menggeleng pelan ke kanan-kiri, menikmati setiap perpindahan Chord C ke G yang begitu indah, nyaman, dan mampu membuatku tak melepaskan pandangan kepadanya.128Please respect copyright.PENANA26NPTEad8B
128Please respect copyright.PENANAq3csNnwKSo
Fajar tersenyum, jemarinya berhenti memetik dawai. Aku berhenti menggelengkan kepala. Fajar meletakan gitarnya di pembatas teras. Dia kembali menatapku, perlahan wajahnya semakin mendekat. Jantungku berdegup tak karuan. Seketika pupil mataku membesar ketika ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku bergeming. Tiga detik bibir kami saling menyapa, kemudian kudorong tubuhnya cukup kuat.128Please respect copyright.PENANAejs1q7aenc
128Please respect copyright.PENANA0ZujpGgRvX
“Apaan, sih kamu, Jar!” kataku, geram, merasa terlecehkan. Posisi dudukku berubah, tidak berhadapan dengannya, melainkan kembali menatap ke depan, ke halaman. Aku tidak habis fikir, berani-beraninya ia mencium bibirku.128Please respect copyright.PENANADouw8cmPgZ
128Please respect copyright.PENANAxQxq3yfG1q
“Fajar cinta sama tante.”128Please respect copyright.PENANA3xsVE0k9Qj
128Please respect copyright.PENANAzysWTZ1Wjr
Bagai Guntur yang menyalak di siang bolong, kurasakan sentakan kuat. Bagaimana bisa ia mecintai seseorang perempuan yang seharusnya lebih cocok menjadi ibunya. Aku menggeleng-geleng. “Jangan aneh-aneh, Jar,” kataku, ketus. “Kamu udah ngelecehin tante, tau gak?”128Please respect copyright.PENANAuY1R7dTjZe
128Please respect copyright.PENANAyRGmEnOucT
Fajar menyentuh bahuku, lekas kugeser bahuku. “Jangan pegang-pegang,” kataku, masih garang.128Please respect copyright.PENANAV0jjbjyS4p
128Please respect copyright.PENANAbOIkO5SuQU
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar serius, Fajar cinta sama tante!”128Please respect copyright.PENANAW5rRjqTi9D
128Please respect copyright.PENANAptEQhBSz9n
“Tante udah punya keluarga, fajar!”128Please respect copyright.PENANAds5oLEjDWy
128Please respect copyright.PENANAUJFB4nM888
“Fajar tahu tante gak bahagia,” katanya dengan mudah menyimpulkan.128Please respect copyright.PENANA7huJ6DBmbh
128Please respect copyright.PENANAPeifuK36pi
Otakku terasa panas, aku menatapnya dengan tajam. “Jaga omongan kamu!” bentakku.128Please respect copyright.PENANAgkqyroFnZ2
128Please respect copyright.PENANASyUx1YQtNW
Fajar menunduk, agaknya ia merasa bersalah. Aku sedikit merasa tidak tega membentaknya. Tapi, dia memang pantas mendapatkannya. Tidak pernah seumur-umur lelaki lain mencium bibirku selain suamiku sendiri.128Please respect copyright.PENANAgWlItygTgJ
128Please respect copyright.PENANAnOMIDhDxBa
Terdengar helaan nafasnya lagi. Ia merogoh kantung celana. Aku mengernyit bingung ketika ia mengeluarkan kotak bewarna merah berbentuk love. Fajar membuka kotak itu. Aku menelan ludah ketika melihat cincin yang duduk takzim di dalamnya. Kemudian aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.128Please respect copyright.PENANAcKwClpGSsb
128Please respect copyright.PENANALqwxijlgTF
Sambil menunduk Fajar berkata, lirih, “Fajar nabung buat beli cincin ini, buat tante.”128Please respect copyright.PENANAgIh0LCgU2r
128Please respect copyright.PENANAiCngI4AW4w
Aku terenyah, dadaku berdebar tak karuan. Amarahku menghilang seketika, seakan kata-katanya tersebut mampu menembus jiwaku dan mengobrak-abrik nya dari dalam. Mataku memanas, pandanganku berkaca-kaca, aku terharu. Aku tahu persis bahwa cincin itu sungguhlah mahal, dan dia butuh waktu berapa lama untuk menabung dan membeli cincin itu.128Please respect copyright.PENANAVfqHQlAtWC
128Please respect copyright.PENANAWAJnqZmPis
“Tante gak bisa, Jar, maaf,” kataku, sedikit terisak. “Tante udah punya suami.”128Please respect copyright.PENANAHO0jueki3R
128Please respect copyright.PENANA7WH2PY7Pck
Fajar mengangguk pelan, menutup kembali kotak cincin itu dan berkata, “Iya, tan. Setidaknya Fajar lega udah mengutarakan perasaan Fajar.” Dia tersenyum.128Please respect copyright.PENANAsOz5BBlxHE
128Please respect copyright.PENANAEbqqFXjsgz
Lagi-lagi aku merasa terenyah. Senyum yang keluar dari wajah remaja itu mampu membuatku luluh. Isak-ku semakin menjadi. Perlahan ku rasakan jemari-jemarinya mengusap pipiku dan menyeka tangisku. Aku membiarkan jemari itu bergelayut di wajahku. Ada perasaan nyaman ketika Fajar menyentuh wajahku, sebuah perasaan nyaman yang lagi-lagi tidak bisa ku jelaskan.128Please respect copyright.PENANAL4A6uGHWJU
128Please respect copyright.PENANAveLrK2bl5j
Kemudian ia menarik tubuhku dalam dekapannya. Tangannya melingkar di tubuhku. Aku membiarkannya. Bersamaan dengan isakku yang mulai mereda, Fajar mengusap kepalaku yang terbalut jilbab. Aku merasa nyaman, ku tenggelamkan wajahku lebih dalam pada dadanya. Berada di pelukannya terasa hangat.128Please respect copyright.PENANA16uYdRt2ts
128Please respect copyright.PENANAxpwju0thyx
Kemudian Fajar mendorong tubuhku, lalu menatapku lekat, kedua tangannya memegang kepalaku. Dia tersenyum, kemudian menarik kepalaku. Bisa kurasakan bibirnya mencium keningku. Lagi-lagi aku membiarkannya, padahal aku sadar, apa yang aku lakukan ini adalah dosa yang besar. Yang teramat besar.128Please respect copyright.PENANAcnOvJqiEks
128Please respect copyright.PENANAZpPlDC0uk3
Kami kembali menatap satu sama lain. Fajar tersenyum penuh arti, aku pun begitu. Lalu dia berkata, “Tante mau jadi pacar Fajar?”128Please respect copyright.PENANA293ZlY8yNu
128Please respect copyright.PENANAKMQizJ9KvR
Ungkapan hati remaja itu sungguh tak bisa ku terka. Bagaimana bisa aku menjadi pacarnya, sedangkan aku sendiri bersuami. Maka, aku berkata kepadanya, “Tante gak bisa, Jar. Maaf, ya.”128Please respect copyright.PENANAEfa0Ou6wcj
128Please respect copyright.PENANAkIE1GzFozC
Kedua tangannya beranjak turun dari kepalaku. Aku bisa menangkap kecewa pada raut wajahnya. Ia menggeser bangkunya, menatap kosong halaman.128Please respect copyright.PENANAQgXsYxh8O4
128Please respect copyright.PENANA03Pw0YxrWL
“Emang salah ya, Tan, kalau Fajar cinta sama tante?” tanyanya, lirih.128Please respect copyright.PENANAmTeiCE35MM
128Please respect copyright.PENANAiJ21ZnfdBf
“Engga ada yang salah dari cinta, Jar,” Aku meliriknya sekilas. Ia masih fokus memandang ke depan. “tapi tante udah bersuami.”128Please respect copyright.PENANA0Wa8Ne9z8L
128Please respect copyright.PENANAzWlSMfhjJf
“Kan, bisa diem-diem, tan.” ia bersikukuh.128Please respect copyright.PENANALQZHUeZmGg
128Please respect copyright.PENANAOILgBcIOMO
“Tante gak bisa, Jar,” aku tetap menolak. “Lagian kamu udah punya pacar, kan?”128Please respect copyright.PENANABRb2gurtAZ
128Please respect copyright.PENANA8fhgibnrwn
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar gak pernah pacaran, Tan. Cewek kebanyakan suka sama Fajar, tapi Fajar engga. Fajar cintanya sama tante dong.”128Please respect copyright.PENANA7FnApz1Jc5
128Please respect copyright.PENANA00022GxVUI
Mendengar perkataannya barusan, aku sedikit tersipu. Tak bisa dipungkiri bahwa Fajar lumayan tampan untuk digandrungi remaja perempuan seumurannya. Dan aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa mencintai seorang ibu rumah tangga sepertiku ini. Agak penasaran aku bertanya, “Kenapa kamu bisa cinta sama tante? Banyak lho perempuan yang seumuran dengan kamu yang lebih cantik daripada tante.”128Please respect copyright.PENANABEfdHKrw7K
128Please respect copyright.PENANAPF7rDNuMaf
Fajar menoleh, mata kami bertemu. Dia berkata, “Yang cantik emang banyak, tan. Tapi, kalau Fajar Sukanya sama tante, gimana?”128Please respect copyright.PENANAOC4Q27UMsW
128Please respect copyright.PENANAetybnTH9Ah
“Tapi, tante udah bersuami, Jar!” aku mengulangi terus menurus.128Please respect copyright.PENANAZSfGPgwPqE
128Please respect copyright.PENANATZfHuGGac3
Fajar meraih kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Aku membiarkannya. Ia semakin dalam menatapku, kemudian berkata, “Tan, tolong kasih Fajar kesempatan buat bikin tante Jatuh cinta sama Fajar, ya?”128Please respect copyright.PENANAx1l6uYTAzn
128Please respect copyright.PENANAMzyP8j4pTV
Aku dilema. Aku mecintai suamiku, tapi, bersama Fajar aku merasa lebih hidup. Aku tahu semua ini dosa yang besar, tapi aku tak sanggup untuk lari dari dosa ini.128Please respect copyright.PENANAMGnXS6Z3Jz
128Please respect copyright.PENANAS6GGaY8iyU
“Fajar tahu, Kok, Tante ada perasaan sama Fajar.” Fajar tersenyum sambil terus menatapku. Aku menunduk. Benar yang dikatakannya, bahwa aku menyukainya sebagai lawan jenis.128Please respect copyright.PENANAi39wJA4y8G
128Please respect copyright.PENANAntEuMcalIL
“Tan,” katanya lembut. Aku mendongak, menatap binar matanya yang seakan meminta kepastian. “Balas perasaan Fajar, ya?” Ia berkata lirih.128Please respect copyright.PENANAgSe1De2JRc
128Please respect copyright.PENANA5YkHiAe4dB
Aku memejamkan mata. Menikmati setiap elusan lembut jemarinya di punggung tanganku. Aku menghela nafas, kemudian menatapnya kembali. Aku tidak bisa membohongi perasaanku kepadanya. Aku mengangguk pelan.128Please respect copyright.PENANAqHo9QuhcuJ
128Please respect copyright.PENANA34oB2SX2RT
Fajar kembali membawaku pada peluknya. Aku bisa merasakan rasa senang yang mengalir pada tubuhnya. Begitupun aku, aku tidak menghindar bahwa aku juga merasa senang diperlakukan romantis seperti ini.128Please respect copyright.PENANAf37NOvkTim
128Please respect copyright.PENANA0gurgwdk2T
Fajar melepas pelukan. Mata kami bertemu. Wajahnya mendekat, aku memejamkan mata. Membiarkan bibirnya bertemu dengan bibirku. Kenyal, aku merasakan bibirnya yang terasa kenyal. Lidahnya berusaha masuk, aku membuka sedikit bibirku, membiarkan lidahnya menyapa rongga mulutku. Lumatan-lumatan terjadi, aku membiarkannya sambil memejamkan mata.128Please respect copyright.PENANAW4Vevwfo2R
128Please respect copyright.PENANAshrc44Ay2d
Aku merasakan sentuhan di pahaku, tubuhku merinding ketika sentuhan tangan Fajar mulai beralih ke pinggangku. Aku membiarkannya. Lumatannya semakin liar, lidahnya mencoba mencari lidahku. Aku hanya diam, tidak membalas pun menolak.128Please respect copyright.PENANAsNREueukXN
128Please respect copyright.PENANAIPTJpeSaAi
Aku mendesah kecil ketika telapak tangannya mulai meremas pelan buah dadaku. Lagi-lagi aku tak menolak, membiarkannya. Remasan itu semakin kasar, membuatku melenguh kecil. Tapi, kemudian, ku dorong pelan dadanya. Aku belum sanggup untuk melangkah ke hal yang lebih jauh.128Please respect copyright.PENANA5ifY00xsiD
128Please respect copyright.PENANAhk0wlteX9f
“Jangan jauh-jauh dulu, ya?” Aku menatapnya meminta pengertian.128Please respect copyright.PENANAjEI6IfYuOL
128Please respect copyright.PENANA913g084oap
Fajar mengangguk paham. Kemudian ia usap pelan kepalaku. “Iya, tan. Fajar tunggu kesiapan tante.”128Please respect copyright.PENANAIUE3tYZHdH
128Please respect copyright.PENANAMshM7k73xG
Aku menggangguk.128Please respect copyright.PENANAaPFVoJk0Fq
128Please respect copyright.PENANAE1kMeR1hBx
Fajar merogoh kantung celananya dan kembali mengeluar kotak bewarna merah itu. Ia bukan kotak itu dan mengambil cincin yang kemudian dengan mesra ia lingkaran di jari manis tangan kiriku. Aku membiarkannya. Aku merasa senang diperlakukan sebegitu romantisnya.128Please respect copyright.PENANAgHJCSIYXHE
128Please respect copyright.PENANAK8xxvZY9VF
“Dengan ini, tante udah resmi jadi milik Fajar.” Ia tersenyum sumringah menatapku.128Please respect copyright.PENANAkJQejpL5L0
128Please respect copyright.PENANAA6VrfC36Zk
“Udah, ih, takut ada yang lihat,” kataku sambil merubah posisi ke depan. Sekilas aku melirik cincin yang ia lingkarkan di jari manisku. Cantik sekali.128Please respect copyright.PENANAAE2IPU1doC
128Please respect copyright.PENANAiLeETsf2il
Kami kembali pada suasana awal. Fajar tersenyum tak karuan sambil menatap halaman-halaman hijau. Aku pun begitu, perasaanku terombang-ambing bagai sebuah ombak kecil yang bergoyang menyapu para perenang.128Please respect copyright.PENANAYqFF8vjmFa
128Please respect copyright.PENANAqF2DaZm1GF
“Fajar udah suka sama tante dari kecil, lho.” Fajar terkekeh, kakinya membujur di penyangga teras.128Please respect copyright.PENANAc4eyFYc3On
128Please respect copyright.PENANA2IPjkwuvrd
“Kok, bisa?” tanyaku, penasaran.128Please respect copyright.PENANAznd2iQlhVK
128Please respect copyright.PENANA3AVl1vQCnh
“Menurut Fajar, tante baik banget. Waktu masih kecil tante sering ngasih Fajar jajan, sering kasih mainan. Pokoknya tante tuh baik banget. Mana cantik lagi!”128Please respect copyright.PENANAxGFfbstxGe
128Please respect copyright.PENANA04hq4WQuEX
Aku sedikit terharu mendengarnya. Dan bisa kurasakan tidak ada kebohongan pada suaranya. “Kamu suka tante, gara-gara itu doang?” tanyaku.128Please respect copyright.PENANAzPBjZzL8fy
128Please respect copyright.PENANAbXOnJbeHIx
Fajar menggeleng. Aku menoleh ke arahnya, “Terus?” tanyaku lagi.128Please respect copyright.PENANANAmRjvaIdV
128Please respect copyright.PENANAlUAj0Ck6NU
Fajar menoleh sekilas kemudian kembali menatap ke depan. “Cinta engga butuh alasan, Tan,” katanya. “cintah sudah cukuplah bagi cinta.”128Please respect copyright.PENANAzTEwlL863q
128Please respect copyright.PENANAFKULtaHdyf
Aku terkekeh. “Dasar pujangga.”128Please respect copyright.PENANA2bMAV7Dv31
128Please respect copyright.PENANAFty7CZZ86X
Fajar tersenyum kecil. “Tante udah mau pulang?”128Please respect copyright.PENANASeDSF79t5m
128Please respect copyright.PENANAJJ9qTATeMZ
Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Baru pukul setengah empat. Aku menggeleng. “Bentaran lagi, deh, jar.”128Please respect copyright.PENANAXxvcrmvgEg
128Please respect copyright.PENANAnHsPwafmup
“Mau main ps?” tanyanya. “yang kalah dapat hukuman.”128Please respect copyright.PENANAJPTTfURhe0
128Please respect copyright.PENANA29d7InpDui
Aku nampak antusias. “Kalau kamu kalah, beliin tante tiga buku, oke?”128Please respect copyright.PENANArqgYIKGjv6
128Please respect copyright.PENANAcnrireaaMP
Fajar mengangguk. “Kalau tante kalah, aku boleh cium ketiak tante sepuasnya, oke?”128Please respect copyright.PENANAM3Oyqr5JzC
128Please respect copyright.PENANArOm1y6Lpiv
Aku menarik kepalaku sebab terkejut. Lalu berfikir sejenak dan akhirnya mengiyakan. Fajar sumringah. kami berdua berdiri dan masuk ke dalam. Duduk bersampingan di lantai. Fajar menyodorkan stick PS kepadaku dan menyalakan tv. Aku bersiap-siap mengambil posisi yang nyaman. Lagian, tidak mungkin ia bisa mengalahkan ku, aku sangat piawai bermain console game.128Please respect copyright.PENANAzTUWkuYFKF
128Please respect copyright.PENANAJrEXe5oTGP
Pertandingan di mulai. Kami bermain game sepak bola. Tombol stick terdengar. Kami sama-sama fokus. Saling beradu strategi satu sama lain. Riuh gembira terdengar. Suasana semakin intens. Babak pertama skor masih 0-0. Di mulai-lah babak kedua dengan tegang yang menyalak. Aku mendengus kesal ketika Fajar mencetak gol pertamanya. Ia menoleh dan menjulurkan lidah kepadaku. Kami terus bermain dan sampai pada babak akhir. Aku kalah dengan skor 2-0.128Please respect copyright.PENANA8AbEyBEAZp
128Please respect copyright.PENANARTRghrvY1h
Fajar tersenyum sumringah, lalu mengedipkan mata kepadaku, mengejek. Aku malah meringis kesal kepadanya.128Please respect copyright.PENANAw2asMAzgsh
128Please respect copyright.PENANAZ5Wdo2DjOo
“Angkat tangannya, tan,” Fajar mendekat ke arahku.128Please respect copyright.PENANAUaOVxiZrxW
128Please respect copyright.PENANAMvNFg2csOi
Mau tidak mau aku mengangkat tangan kananku ke atas dan membiarkannya menciumi area ketiakku. Fajar memejamkan matanya sambil mengendus bau ketiakku.128Please respect copyright.PENANAPLogS8FHA7
128Please respect copyright.PENANAmYNRR4Dthb
“Enak banget, baunya Tan,” katanya.128Please respect copyright.PENANAEwiDA08BZy
128Please respect copyright.PENANAWGiEXCsOax
Aku tidak menanggapi. Perlahan tangan kirinya mulai masuk ke dalam Gamisku dan membelai pahaku. Aku membiarkannya,128Please respect copyright.PENANAw7JIBm8RV3
128Please respect copyright.PENANA7gIU1pDJoN
“Udah, Ya, Jar. Tangan tante capek.” Aku hendak menurunkan tangan, tapi Fajar lekas mengangkat tanganku kembali ke udara.128Please respect copyright.PENANAUJ6MZN71QO
128Please respect copyright.PENANAwg3mbcSUu3
“Bentar lagi, tan.”128Please respect copyright.PENANAVHDeXYT7IJ
128Please respect copyright.PENANAOrehtAoWSc
Aku mengiyakan, dan membiarkannya menikmati aroma ketiakku yang aku yakin tidaklah berbau. Aku kerap merawat bagian dalam tubuhku dengan baik, tentu saja aku percaya diri. Fajar semakin nakal. Tangan kanannya mulai merembet menuju pangkal pahaku.128Please respect copyright.PENANAaSuLvT8PGK
128Please respect copyright.PENANAsc7aPf3mFH
“Jangan masuk ke dalam, Jar.” Aku mendorong tangan kanannya agar keluar dari gamisku. Fajar mengerti, tangan kanannya hengkang dari dalam gamisku. Kemudian ia beralih menuju buah dadaku, yang lekas ku tahan.128Please respect copyright.PENANAAtWug2hy2c
128Please respect copyright.PENANAINnGnjqHBy
“Jangan,” kataku.128Please respect copyright.PENANAvDtoJwQS8M
128Please respect copyright.PENANAACkqjrJ4A1
Fajar yang masih mengendus ketiak ku tak peduli. Ia dorong tubuhku, aku bergeser merapat ke dinding dengan satu tangan yang masih terangkat ke atas. Tangan kanannya masih berusaha meremas buah dadaku. Lagi-lagi aku berusaha untuk mencegahnya.128Please respect copyright.PENANA7mlGMPTTif
128Please respect copyright.PENANACq2FZxPRIF
Kemudian Fajar menurunkan tanganku dan mengangkat tanganku yang satu. Bergantian, ia endus area ketiakku. Aku menelan ludah sebab posisi ini sungguh membuat desir gairahku bangkit128Please respect copyright.PENANAT7ssNulSe6
128Please respect copyright.PENANAPuy0nbazbr
Aku melenguh ketika buah dadaku di remasnya perlahan. Kali ini aku membiarkannya. Entah kenapa aku malah menikmati setiap sentuhan tangannya. Tapi, aku tidak mau terlalu jauh.128Please respect copyright.PENANAEMSm8ttc5Y
128Please respect copyright.PENANAQU0nDffKWm
“Udah, Jar. Tante mau pulang.” Aku menurunkan tanganku dan mendorong tangan satunya yang meremas buah dadaku.128Please respect copyright.PENANA5yhzQGgNAK
128Please respect copyright.PENANAyTjOHCK02i
Sambil bersandar di dinding, aku berkata lagi. “Tante mau pulang, Jar.”128Please respect copyright.PENANAM8SscWnkXA
128Please respect copyright.PENANAowf9bJGnCC
Wajahnya terlihat tanggung. Tapi, dua detik kemudian dia tersenyum dan bangkit. Aku bersyukur sebab dia mengerti. Aku beranjak berdiri sambil membenarkan gamisku yang sedikit berantakan. Lalu melangkah keluar rumah.128Please respect copyright.PENANARR1TlgEy75
128Please respect copyright.PENANArIH5KyruaT
Fajar menutup pintu dan menguncinya. “Aku nginep di rumah tante, ya?” tanyanya.128Please respect copyright.PENANAmFSbN5vc4Z
128Please respect copyright.PENANA57h1zVm83e
Aku tidak menjawab. Fajar bertanya lagi. “Boleh gak, tan?”128Please respect copyright.PENANAnLQRcYfjIt
128Please respect copyright.PENANAXLS7pUnAKQ
“Nenek sendirian nanti di rumah,” elakku.128Please respect copyright.PENANAFvwL18IfYK
128Please respect copyright.PENANAiZBxZJ2jST
“Nenek hari ini kebetulan nginep di rumah tetangga, tan.”128Please respect copyright.PENANAxftbLknIx0
128Please respect copyright.PENANAXeCrBihuZE
Aku tidak punya alasan lagi untuk menyangkal. “Iya,” kataku singkat dan mengangguk.128Please respect copyright.PENANAY2FYklc0D5
128Please respect copyright.PENANAJQsYtLX3ih
Fajar sumringah. Kemudian ia menggenggam tanganku. Aku membalas genggaman tangannya. Kami melangkah masuk ke dalam mobil bagai pengantin baru. Lagi-lagi, keromantisan ini membuatku tersipu.128Please respect copyright.PENANAhRAOHFjOpL
128Please respect copyright.PENANAec0xns4KW9
Dalam mobil, sepanjang perjalanan, aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Posisi ini terasa hangat sekali. Fajar masih fokus mengemudi. Aku ingin menikmati kemesraan ini. Untuk kedepannya, aku tidak tahu, aku tidak bisa menerka apa yang terjadi.128Please respect copyright.PENANAMroYbSPLP9
128Please respect copyright.PENANAQyeOAmKlyT
Aku memandang ke kaca mobil depan. Memperhatikan setiap kendaraan di depan mobil kami. Jauh di sana, langit-langit menguning, burung-burung berterbangan bagai mengemis kasih pada awan yang menggulung. Di luar kaca jendela sampingku, bangunan-bangunan, warung-warung, yang kami lewati tampak ramai orang-orang. Aku melirik Fajar sekilas. Wajah remaja itu tampak teduh. Aku tersenyum, menyadari sesuatu, bahwa matanya sungguh indah, bagai mata elang yang beterbangan meninggalkan anaknya untuk mencari makan. Dalam suasana sore yang bisa kurasakan teduh, aku memejamkan mata. Bahunya, menjadi tempat yang teramat nyaman untuk bersandar.128Please respect copyright.PENANAGPyL3ujPY5
128Please respect copyright.PENANAeJAxs4D0H0
***128Please respect copyright.PENANAoX8v8zFQP4
128Please respect copyright.PENANAxpANEZMMoh
Sesampainya di rumah, Fajar lekas menghambur di sofa. Sementara aku beranjak ke kamar, berganti pakain, lalu kembali menghampirinya.128Please respect copyright.PENANAzwqoF1Bjnh
128Please respect copyright.PENANAuGG1kYowhk
“Di sini, tan.” Fajar menepuk sofa, mengisyaratkan agar aku duduk sampingnya. Aku mengiyakan, dan duduk sebelahnya.128Please respect copyright.PENANA5X0DJ5bLL6
128Please respect copyright.PENANAabi2gDkajH
“Jangan ngerokok, tante gak tahan asap rokok,” kataku ketika Fajar hendak membakar rokoknya.128Please respect copyright.PENANAYMdo2zHYLT
128Please respect copyright.PENANAqAPfd9iEC3
Fajar meletakan rokoknya di atas meja, tangannya melingkar di bahuku. “Bikinin kopi dong, tan,” katanya.128Please respect copyright.PENANAel1MXaHH62
128Please respect copyright.PENANALHaFgo00ql
Aku tersenyum kepadanya, lalu bangkit. Tapi tiba-tiba Fajar memukul pelan pantatku, sontak aku berbalik dan menatapnya garang. Fajar malah tertawa sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah. Aku yang tidak mau berdebat dengannya langsung melangkah menuju dapur.128Please respect copyright.PENANA1E8wYhPIGL
128Please respect copyright.PENANAtbTsAPc2iV
Tiba di dapur aku mengambil dua cangkir gelas, lalu menuangkan bubuk ke masing-masing gelas. Kemudian memanaskan air. Sambil menunggu air panas aku kembali mengingat-ingat setiap hal yang barusan terjadi. Agaknya aku sudah melewati sebuah batas.128Please respect copyright.PENANAnJyPf59FuX
128Please respect copyright.PENANAdKsoI8EArj
Istri mana yang berani membiarkan remaja seumuran anaknya mencumbu bibirnya dan mengendus ketiaknya. Aku tak menyangka bahwa aku membiarkannya begitu saja. Pun ketika ia memukul pelan pantatku, aku tidak merespon marah kepadanya. Bukankah dia sudah melecehkanku?128Please respect copyright.PENANAQodpE1q8T2
128Please respect copyright.PENANAA9wN2SpF8I
Gemercik air terdengar. Buru-buru aku menuangkan air kedua gelas dan membawanya, kembali menuju ruang tamu.128Please respect copyright.PENANAXQaCSlaVcg
128Please respect copyright.PENANAkUdP6jNZi3
“Ini, tuan muda,” kataku bercanda sambil meletakan dua cangkir kopi di atas meja.128Please respect copyright.PENANA2laB9gpENf
128Please respect copyright.PENANAV1GhJ6YLFl
Fajar meraih kopinya masih panas. Ia tiup perlahan dan menyesapnya sedikit. Kemudian Terlihat wajahnya yang sumringah.128Please respect copyright.PENANAHQCmIdI45k
128Please respect copyright.PENANAH50373bOsF
“Nanti Fajar tidur sama tante boleh?” Fajar meletakan kembali cangkirnya dan menoleh ke arahku.128Please respect copyright.PENANANzZH5XMQ07
128Please respect copyright.PENANAsrOfK2yKTI
“Jangan aneh-aneh, deh,” kataku, sedikit galak. “kamu tidur di kamar Adit!”128Please respect copyright.PENANAEHphsX6lEj
128Please respect copyright.PENANAvTuGVE8QLG
Fajar menghela nafas dan berpaling. Terlihat raut wajahnya kecewa. Lalu aku berkata, “Kan tante udah bilang, tante belum bisa sampe jauh.”128Please respect copyright.PENANAbLG9q59QSp
128Please respect copyright.PENANAHjThM3WzaP
Remaja itu sangat ngebet sekali untuk menikmati tubuhku. Tentu saja aku tidak semudah itu untuk memberikannya. Walaupun ia sudah sempat menikmati bibirku. Tapi, aku tidak ingin di pandang serendah itu.128Please respect copyright.PENANAobGgCQ1nwi
128Please respect copyright.PENANAjSQYSUdWiL
“Yudah, kalau gitu mau ciuman,” katanya lagi.128Please respect copyright.PENANAdi3LP9NZ66
128Please respect copyright.PENANAMtxRj5svf3
“Engga boleh!”128Please respect copyright.PENANAA3E5euvoDL
128Please respect copyright.PENANAVCxsS3pGg4
“Tante semuanya gak boleh,” katanya. “Lagian tadi juga kita ciuman.”128Please respect copyright.PENANAgMfUrEmMxZ
128Please respect copyright.PENANAjVsTd7rhuq
Aku menghela nafas sejenak dan berkata, “Ciuman aja, ya, gak lebih. Awas aja tangan kamu sampe ke mana-mana.”128Please respect copyright.PENANArEMcwEFepY
128Please respect copyright.PENANA5JVXZ6Oc2J
Fajar terlihat bersemangat. Buru-buru ia mendekat dan memegang kepalaku dengan kedua tangannya lalu mendaratkan cumbuan pada bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami menyatu. Terasa bibirku di gigit kecill olehnya, kemudian lidahnya berusaha masuk dalam rongga mulutku. Lidahnya berusaha mencari lidahku. Aku tak piawai dalam bercumbu, makanya aku hanya diam saja dan membiarkannya. Semakin lama. Lumatan-lumatan Fajar, membuat gejolak birahiku bangkit seketika. Perlahan aku mencoba membalas lumatan pada bibirnya.128Please respect copyright.PENANAMa4m5VOqgy
128Please respect copyright.PENANAzxug3UbWpf
Dengan mesra Fajar membaringkanku di sofa sambil terus melumat bibirku. Aku bisa merasakan tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian pahaku yang bisa kurasa menyentuh kakinya. Kemudian Fajar menyudahi aktivitasnya. Kami saling bertatapan.128Please respect copyright.PENANAkvxOD7DHuw
128Please respect copyright.PENANAPPuZPYW1Z5
“Boleh cium ketek, tan?” tanya Fajar.128Please respect copyright.PENANAK2OnJlvifn
128Please respect copyright.PENANAhp9ZlfRqYe
Aku mengangguk. Dengan segera Fajar mengangkat tangan kananku dan membenamkan wajahnya dalam ketiakku. Aku yakin dia bisa mencium aroma ketiakku dengan lebih leluasa, sebab pakaian yang ku gunakan sekarang cukup tipis.128Please respect copyright.PENANAto7veGtgLz
128Please respect copyright.PENANAYUJ68iSgZm
Aku merasa geli ketika merasakan ketiak ku dijilati dari luar, seketika aku mendorong kepalanya pelan. “Jorok, ih,” kataku. Fajar tidak peduli, Kini giliran ketiakku yang satunya ia cium aromanya.128Please respect copyright.PENANABI7EAuSvv0
128Please respect copyright.PENANAxtswWkHZoF
Tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian dadaku yang ditindih oleh dadanya. Aku yakin dia pasti bisa merasakan kenyalnya kedua buah dadaku.128Please respect copyright.PENANA129SDRrGvP
128Please respect copyright.PENANAC7eBTmfWtN
Permainan Fajar semakin liar, aku bisa merasakan tangan satunya meraba bagian pahaku. Lagi dan lagi, aku dorong pelan tangannya agar tidak menyentuh areh sensitif ku. Sebab aku memang benar-benar belum siap.128Please respect copyright.PENANAKQg9RwYcSV
128Please respect copyright.PENANAaasBf40EdA
Bosan mencium ketiakku, dia mulai mencumbu bibirku kembali. Aku kembali memejamkan mata. Sambil kepalaku bersandar di penyangga sofa, aku membalas kecil lumatan-lumatannya.128Please respect copyright.PENANAZtS1EVtb8p
128Please respect copyright.PENANAfDExQA20fC
Lagi-lagi ia berusaha meremas buah dadaku, kembali ku halangi dan mendorong tangannya. Tangannya yang satu meraba pahaku. Aku sedikit kesulitan untuk mencegah aktivitas tangannya yang begitu nakal.128Please respect copyright.PENANAtvIgxafE1L
128Please respect copyright.PENANAkiy9SzXwlx
Lumatan-lumatan yang dilayangkannya membuatku semakin bergairah. Perlahan, aku membiarkannya meremas buah dadaku. Posisi kami tampak seperti orang yang sedang bercinta, dengannya yang di atas sementara aku berada di bawah.128Please respect copyright.PENANAZA3I3f6pI4
128Please respect copyright.PENANAJ3ihUk5LOR
Suara-suara yang diciptakan dari percumbuan kami memenuhi ruang tamu. Semakin lama permainan Fajar semakin liar. Aku bisa merasakan celana kainku mulai terangkat melewati betis. Menampakan sekujur area kakiku yang putih dan bersih. Aku tidak ingin terbawa suasana, makanya kudorong pelan dadanya, dan cumbuan kami terlepas.128Please respect copyright.PENANAnZDEEOWmeF
128Please respect copyright.PENANANyjjHiDYmE
“Udahan, Jar.” Aku mencoba bangkit.128Please respect copyright.PENANAWsR1eZH5VP
128Please respect copyright.PENANAU593HbpTqw
Fajar mengerti, ia tarik tubuhnya yang menghalangi lajuku. Kemudian duduk kembali di sofa. Aku mendorong tubuhku bangkit, lalu duduk sambil membenarkan celana, pakaian, serta jilbabku yang tampak berantakan.128Please respect copyright.PENANAutJVA3Ga5R
128Please respect copyright.PENANA29DOUomEi1
“Ih, mukanya cemberut banget,” kataku sambil terkekeh memandangi wajahnya yang terlihat tanggung. Remaja jaman sekarang memang sangat mesum sekali.128Please respect copyright.PENANAySvVqIYxCj
128Please respect copyright.PENANAhOvYTNfOdg
Fajar menoleh dan memandangiku. Kemudian dia meraih kedua tanganku dan mengusap mesra jemari-jemariku. “Fajar pengen banget bercinta sama tante. Tapi, Fajar gak mau kalau tante terpaksa.”128Please respect copyright.PENANAjUpgTCZxvx
128Please respect copyright.PENANA07f734goFw
Mendengarnya membuatku tersenyum haru, hubungan yang kami lakukan memang salah, tapi, setidaknya dia masih menghargaiku. “Makasih, ya, jar,” kataku.128Please respect copyright.PENANAZLfcWfz3Hv
128Please respect copyright.PENANAIfKAChL9iW
Fajar menarik kedua tanganku menuju wajahnya. Tiba-tiba hatiku terasa hangat ketika dia mencium punggung tanganku bergantian.128Please respect copyright.PENANAealQPU4az1
128Please respect copyright.PENANAZd87PmpX5k
Terdengar suara Adzan berkumandang.128Please respect copyright.PENANAiJWBnkDWOr
128Please respect copyright.PENANATo69FQAMkF
“Tante solat dulu, ya?” kataku. Walaupun aku melakukan zina seperti sekarang ini, tapi aku masih ingat akan kewajiban. Kemudian aku beranjak berdiri, lalu melirik Fajar yang mendongak menatapku. Aku melayangkan senyum singkat kepadanya, lalu menuju kamar dan melaksanakan solat magrib.128Please respect copyright.PENANAhhfiZKMGaO
128Please respect copyright.PENANAYmE11ISTTb
Bersambuing
ns 15.158.61.23da2