x
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpmP93QTo7N
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf3fidvXirr
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ07O9gxsdDW
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFpYsnHLbgh
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNR2XxkWP2R
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyo158BVeWU
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnyv5ITmIDj
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPWFhMPgpHK
"Cantik, Ci..."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ09nsy0dxuB
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeCf58SUWvM
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwNNbV0jwHE
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKaSAtnBfvc
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡen64pY5jOp
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcOgj76ISYt
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq0MzIrGtuy
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAo3PFTMrPq
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCGUUpxeoxt
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfoLUAs0R31
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhy6Ur1h3vK
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6vsSLF9mnG
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEOzsMo9jfB
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2YwEYky9Q3
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx7RZxROxnI
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIKyUZnl6sl
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiDXBGOn8ld
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEwhDJBo9AK
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYpteJnHxrw
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJavEOtCaRY
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnqKqPmqetY
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtdHJ86jJxJ
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9OC4vtfQt5
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnaBJumiDc3
"Apa ini?" kataku dalam hati.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5g8W41nq0g
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn2mJOAG4MZ
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBfjPV0rPmZ
*****
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ1P0gPJuj2
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnjcigE0XKr
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbH9vWTvfp2
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhTw9v3IcEf
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOnRZ4ARPTP
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlCxYZq4YK3
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ43dEXxNICQ
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb7OrMJ2JE5
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoPVaeKVVV2
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlIUkaWRo33
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx8G812ixQj
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoo9p9JF8ly
******
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeXZabpg0FM
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnh1wolMmHf
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnVkvFbOmkG
"Dek..." Akbar memanggilku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKh8fBdV0wC
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsosIjHkL8K
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFdPgy2N0he
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwXIaMyBv1r
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBYoNU9Yij4
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwIJDysx5BQ
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdonX4ZQ8Cn
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBPqbAyfMKI
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz4UX0pIe1b
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM1w8ajuWE3
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgcULzIU0zP
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7NPCpyBkVD
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCMLfBmJ70P
"Katakan saja, Mas!" kataku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDBio6IQLfa
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDRrRwgMMtt
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgL07BvVLn6
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPMI8q20O3k
"Maksud Mas?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLPEgoqv7qS
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7GWrwSG0eZ
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8CvObEpcZ1
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJXVaRaOnRD
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvvxRl54fsD
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5ZBmbKVTGc
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrpWl7rODgr
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIs7WUH3xgT
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsRL7ue7hrN
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEXmyXSaUsj
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDhK91Ewvj4
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7H28La2BEx
"Apa yang berubah?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO2dD4djtSx
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn4XHxsmMGM
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6rqH72SbFT
"Trus?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdro4VbGYga
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAjacS0EpZo
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7iwNoBXoor
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjb330YiARq
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsdHrCRCrIo
"Ya, tapi nggak buat aku..."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaLP1dCdpzJ
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ25ifqG8Hjo
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhe4Akqf2o6
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMDw70U6Tu7
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6XVV8OhjPX
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvCjNM6N1kM
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCMe4NEkso4
"Ya..."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtK0gdPcBxc
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG9BpFy30oZ
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzwLwHlpbWi
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRSPNfkwnCR
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCXdMJfNNK5
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUU0LOdNBuP
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbkULxxXsJz
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjs1UrkGRB7
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0ZrSXAecVo
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM2JO0lIHEV
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuURmh5A1Xz
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9szVZNK2IN
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡatLooGGTPh
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmPLd4YPUNs
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEq5egqGHSE
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5Pts407bqO
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWR9wMm8wmH
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaD4AeyRuzo
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ45ngPkwXtW
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDViZKZCCYd
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ65Dq2E5NnG
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9E3QPb3Jhj
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPnbnMCtNs0
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrnpOJHa9me
Plak!
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK3whhcFxYw
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXhtUQ15cW5
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq8je3RmhXH
Plak!
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk2mtES3A2e
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb5GnxXOpHL
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzIRbfHdfnb
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJkU8QCXX2W
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiJ3MR3AB8x
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa7iPCqIaoH
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPVmVnnTzA6
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWdGljvizUo
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnyUnBgLpvd
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCh8Ie2vG2l
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡas0TdIMKXs
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtB2lYzb0Ii
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1etKnvLGcu
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLiKy1T1A3t
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHBkkO91opZ
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIJnF56U6m4
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm5jWyYNFjH
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSMBwzHJf2P
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2nxwWXmbc8
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXu4WOxs9xg
Plak! Plak!
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDBPOQp1XZR
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqm3YIeCIUK
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMsKtVLe7Ls
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh00xpFvXEu
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9W9ACoYDoR
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4CJuzl8OrA
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡriW4tZz8yc
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxCyCAmm5lM
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKBYOknbIlT
Plak! Plak! Plak!
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡItmcVbG1NV
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz0INL80Xbj
"Emm... sakit... lepasin!"
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ48rgmgeLzS
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNJEOLwgGiQ
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWAPPrup2Aj
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHia9FsHd8d
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIdUHmG87tb
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXR49A9r29k
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbFRcHMSl1F
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0MbKQ5tqFi
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGv9ltyWtJv
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp3MiVR3JCB
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzJiLeDTwaP
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7fzl7KzoEu
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZEI8y8p4SY
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZDuXjJrvZ5
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡofpZTmzTlX
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3qGvTyTAMJ
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVGLbeoSshM
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJfRLb1qJDr
427Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD1CWDujAvA
