
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
487Please respect copyright.PENANAb2CSqgJhA2
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
487Please respect copyright.PENANAbut57hgDjD
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
487Please respect copyright.PENANAKmDBfyq5rQ
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
487Please respect copyright.PENANAgrJo7hxaq1
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
487Please respect copyright.PENANAFoepzlxadS
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
487Please respect copyright.PENANAJ6VCmDxyeq
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
487Please respect copyright.PENANAwYNf6ksznJ
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
487Please respect copyright.PENANA0zIdjNKFl8
"Cantik, Ci..."
487Please respect copyright.PENANAGryOAREQF6
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
487Please respect copyright.PENANAOuXVLshzWj
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
487Please respect copyright.PENANAJSDV8u7ojW
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
487Please respect copyright.PENANAlhqMWpae7u
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
487Please respect copyright.PENANADm43Sfga0T
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
487Please respect copyright.PENANAwIBOTaqgq3
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
487Please respect copyright.PENANAV6CKxCgX3A
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
487Please respect copyright.PENANAY7YE03OMyP
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
487Please respect copyright.PENANAKKmKtIYbgK
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
487Please respect copyright.PENANAuMqKa79e3l
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
487Please respect copyright.PENANABaPntMsYff
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
487Please respect copyright.PENANAJmrn23SKJ5
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 487Please respect copyright.PENANA56UdNfAfke
487Please respect copyright.PENANA5vT3tTBCmG
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
487Please respect copyright.PENANAR5WGqSaoMi
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
487Please respect copyright.PENANA3ecKfvZhUh
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
487Please respect copyright.PENANAGIYhXqtDHd
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
487Please respect copyright.PENANAWJ7UZGazjT
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
487Please respect copyright.PENANAKKYEyv4GTK
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
487Please respect copyright.PENANAdkQ7g46IAU
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
487Please respect copyright.PENANAPejLsGwuig
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
487Please respect copyright.PENANApo5ibsLWbe
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
487Please respect copyright.PENANAi51MCMPE7k
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
487Please respect copyright.PENANAlQ4F124c2D
"Apa ini?" kataku dalam hati.
487Please respect copyright.PENANARGGoZr1q1h
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
487Please respect copyright.PENANAYYBrsnRNCv
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
487Please respect copyright.PENANAMrSWG5NFOi
*****
487Please respect copyright.PENANAQbyOL5CeFZ
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
487Please respect copyright.PENANAGfeUUAmhiZ
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
487Please respect copyright.PENANAv1HrOy1s2N
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
487Please respect copyright.PENANAt4dLLYPOcS
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
487Please respect copyright.PENANAeuQibj3YY0
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
487Please respect copyright.PENANAueLwt3rrSx
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
487Please respect copyright.PENANAmJZlzPSfdX
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
487Please respect copyright.PENANAOCAM1cCF9e
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
487Please respect copyright.PENANAwP0wBs50uu
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
487Please respect copyright.PENANAMEYQmexc6A
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
487Please respect copyright.PENANAD44A4lJwjl
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
487Please respect copyright.PENANApuAxyX6KZu
******
487Please respect copyright.PENANA9ti8m6A2u4
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
487Please respect copyright.PENANALzDH2aYiQd
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
487Please respect copyright.PENANA78sMiaDi2u
"Dek..." Akbar memanggilku.
487Please respect copyright.PENANAJN3zpTcxqi
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
487Please respect copyright.PENANAzXe0UbGRsB
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
487Please respect copyright.PENANAVymRM5aNuw
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
487Please respect copyright.PENANAIYvLbLQudG
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
487Please respect copyright.PENANARClzKnqyZ5
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
487Please respect copyright.PENANAM1BEMcsErZ
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
487Please respect copyright.PENANAVsNY7D4QQ2
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
487Please respect copyright.PENANArUoBBdh7cT
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
487Please respect copyright.PENANAzAh3x3crkA
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
487Please respect copyright.PENANA9RsQuizrbp
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
487Please respect copyright.PENANA6JfsOqn46i
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANAoqJj5S39tA
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
487Please respect copyright.PENANAd6h2Vl4JK3
"Katakan saja, Mas!" kataku.
487Please respect copyright.PENANA4HX8MW4TF9
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
487Please respect copyright.PENANAc14tC0yyQj
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
487Please respect copyright.PENANA6IThb4Ungc
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
487Please respect copyright.PENANAYsqyHUmctQ
"Maksud Mas?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANAuyesUJ7lS8
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANAlWlnQmd1oa
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
487Please respect copyright.PENANAFEzQqT4wld
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
487Please respect copyright.PENANAmojXCMtwB8
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
487Please respect copyright.PENANASbcldl32EX
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
487Please respect copyright.PENANA1CgP0B1FhR
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
487Please respect copyright.PENANAym9gaBU4gO
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
487Please respect copyright.PENANA1GTeObdTJw
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
487Please respect copyright.PENANA6s2WYv6jo4
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANAHb6bbFj08E
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANAbfApmD2e7Y
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANAJRIveolmTY
"Apa yang berubah?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANA44nj1oavwU
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
487Please respect copyright.PENANAtdAI7YqogS
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
487Please respect copyright.PENANAmcx5Dqevkf
"Trus?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANA6nGvwJXCID
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
487Please respect copyright.PENANAP6ugGAZ96g
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANAGK5fGOike2
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
487Please respect copyright.PENANAgE0HaTxZ0u
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANAKtl5wFxsib
"Ya, tapi nggak buat aku..."
487Please respect copyright.PENANAs5dcrKdRDJ
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
487Please respect copyright.PENANA0IOseO0C8K
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
487Please respect copyright.PENANAeEYYdJKiGu
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
487Please respect copyright.PENANA6VsWZUrrGT
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
487Please respect copyright.PENANAIqGzBQ1WQi
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
487Please respect copyright.PENANA0f0CUolUSL
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANAnvCkkLNLgl
"Ya..."
487Please respect copyright.PENANArOJ9o5BkVd
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
487Please respect copyright.PENANAqHPd1bAXuN
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
487Please respect copyright.PENANARPmkbABcqa
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
487Please respect copyright.PENANAxd9f4LEgxQ
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
487Please respect copyright.PENANAUeeLSLH6KX
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
487Please respect copyright.PENANAxUZc6kvDVc
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
487Please respect copyright.PENANAfGqkG2rdiW
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
487Please respect copyright.PENANALLtlJtpHcY
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
487Please respect copyright.PENANAyYVw9q2NgS
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
487Please respect copyright.PENANAYLMwz2yyOq
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
487Please respect copyright.PENANARBJR4bzcBL
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
487Please respect copyright.PENANAswsB3k4s9F
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
487Please respect copyright.PENANAXPSiquTadG
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANAGz0sQChRMK
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
487Please respect copyright.PENANAd4LdjY7Bpz
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
487Please respect copyright.PENANALULaN8Iu45
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
487Please respect copyright.PENANAbUtWcrT3Sl
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
487Please respect copyright.PENANAbWmyOSSNxF
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
487Please respect copyright.PENANArFRilFk3LP
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
487Please respect copyright.PENANA3upF6Yo6yX
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
487Please respect copyright.PENANAEhSpJ4JAva
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
487Please respect copyright.PENANAKTKpDyZwAA
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
487Please respect copyright.PENANAXz3OKk4Pzi
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
487Please respect copyright.PENANABe6jyzyjMS
Plak!
487Please respect copyright.PENANAKCBbGvNo9r
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
487Please respect copyright.PENANAdYaDw0pZNN
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
487Please respect copyright.PENANAke8QtCZdwW
Plak!
487Please respect copyright.PENANAIHashRnu6E
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
487Please respect copyright.PENANAoIS7ofA9CA
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
487Please respect copyright.PENANAClIWAq4LzZ
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
487Please respect copyright.PENANAMCi2yLx5aX
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
487Please respect copyright.PENANAOH31sMBXsZ
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
487Please respect copyright.PENANAyTqcKXA5eY
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
487Please respect copyright.PENANAitZzWs9W73
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
487Please respect copyright.PENANAHpGAUzs5fE
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
487Please respect copyright.PENANAkaupkNyZk1
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
487Please respect copyright.PENANABLgVYEA0fo
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
487Please respect copyright.PENANAGcVhForK80
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
487Please respect copyright.PENANA7xvwdvIXVa
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
487Please respect copyright.PENANArB1jtiBHbZ
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
487Please respect copyright.PENANAQ7Uu2d5GKQ
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
487Please respect copyright.PENANAu5sYD9SpOi
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
487Please respect copyright.PENANAcaZJGdp7S2
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
487Please respect copyright.PENANAvCJ0eujTJC
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
487Please respect copyright.PENANAucxJBSvEYy
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
487Please respect copyright.PENANAXkSvDbuoAV
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
487Please respect copyright.PENANAXoiWgVvXR8
Plak! Plak!
487Please respect copyright.PENANAUuMTGz6z19
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
487Please respect copyright.PENANAa9PiiXBkyT
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
487Please respect copyright.PENANAcmCj9fmTs8
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
487Please respect copyright.PENANAlYUtVIA1OI
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
487Please respect copyright.PENANAke8XN16PED
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
487Please respect copyright.PENANAoHWXUdOkTQ
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
487Please respect copyright.PENANAsPQDzJCc8y
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
487Please respect copyright.PENANAJhjUmuns8r
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
487Please respect copyright.PENANAgCbMyRxYhP
Plak! Plak! Plak!
487Please respect copyright.PENANAtErbvSz0py
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
487Please respect copyright.PENANATIKK8urvPe
"Emm... sakit... lepasin!"
487Please respect copyright.PENANAReNWfLci5l
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
487Please respect copyright.PENANAn6bKStxqgq
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
487Please respect copyright.PENANA4kVjOVs0ld
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
487Please respect copyright.PENANAdiVmeWzJWS
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
487Please respect copyright.PENANASUtTOg1bEw
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
487Please respect copyright.PENANAgLNyZcwY30
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
487Please respect copyright.PENANAJhtG0RmEfd
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
487Please respect copyright.PENANA4cS0DmVXjT
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
487Please respect copyright.PENANA91YUZt3D9j
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
487Please respect copyright.PENANAiOVojaFHCw
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
487Please respect copyright.PENANAqI79mgw8tR
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
487Please respect copyright.PENANApckNlDF32d
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANA0ZXbObeCHj
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
487Please respect copyright.PENANA6xjx5iMZwy
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
487Please respect copyright.PENANA9zwvfSjsfP
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
487Please respect copyright.PENANAEYeVg5xLtT
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
487Please respect copyright.PENANAaOy38ytxV3
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
487Please respect copyright.PENANAGis51O8Mj0
487Please respect copyright.PENANAPFMftSFVgo