
"Mas, lepasin aku! Mas nyiksa aku tau nggak," kataku dengan muka lesu.
321Please respect copyright.PENANAHF4G8VKf9i
Akbar tak merespon sama sekali. Sekarang ia sedang duduk di atas ranjang di sampingku sambil menatap layar laptopnya.
321Please respect copyright.PENANAex74reuQfU
"Mas, aku laper! Aku belum makan dari kemarin!" kataku sambil menggerak-gerakkan tangan kakiku yang terikat membentuk huruf X.
321Please respect copyright.PENANA4s7JOblCqZ
"Sebentar lagi dateng... aku udah pesen online," kata Akbar masih dengan wajah dingin. Sesekali Akbar meneguk kopinya di dalam cangkir.
321Please respect copyright.PENANAiYQetUVSeM
"Mas tega banget sama aku sih... Aku mau pipis, Mas..." kataku.
321Please respect copyright.PENANAdOIaySl6Yb
"Diem!" Akbar berdiri untuk melepas ikatan tangan dan kakiku. Saat Akbar memapahku, kucoba untuk melepas pegangan tangan Akbar dari tubuhku.
321Please respect copyright.PENANAeoPDG46T7M
"Aduh... " Aku terjatuh di atas lantai, dengan tubuh lemas dan kaki terasa lumpuh.
321Please respect copyright.PENANABHpUc1prlX
"Hehe, makanya kamu nurut kalo dibantuin jalan! Nggak usah sok jaim gitu, sok mandiri..." kata Akbar dengan senyum menyebalkan.
321Please respect copyright.PENANAkDKnjS1k4y
Kupandang wajah Akbar dengan tatapan kesal. Andai saja tubuhku tak lemas, mungkin aku bisa kabur dari sini.
321Please respect copyright.PENANAQzVn30zthv
"Nggak usah ngelihatin aku kayak gitu, Fa!" kata Akbar yang kembali memapahku.
321Please respect copyright.PENANALO8p3vDmPC
Kubuang mukaku saat Akbar memandangku dengan sinis. Sekarang aku berada di dalam kamar mandi, sedang jongkok, buang air kecil.
321Please respect copyright.PENANAQhewhy2HyY
"Ngadep sana, kambing!"
321Please respect copyright.PENANAlgJDJsuNBt
"Hahaha, suami sendiri dikatain kambing. Udah buruan kencingnya! Abis ini kamu kudu mandi!" kata Akbar yang memegangi tubuhku karena kakiku terasa lumpuh.
321Please respect copyright.PENANAz72OPyoHgC
"Trus ngapaian kamu disini? Katanya nyuruh aku mandi?" tanyaku dengan jutek.
321Please respect copyright.PENANAbzeHkDGWPI
"Nggak usah sok kuat..." kata Akbar sambil melepas pegangannya pada tubuhku.
321Please respect copyright.PENANA5j5hxIiShB
"Aduh..." lagi-lagi aku terjatuh.
321Please respect copyright.PENANAxE7CzLWtDm
"Kan udah aku bilang. Nggak usah jaim, sok kuat," kata Akbar meledekku.
321Please respect copyright.PENANA1kexLLGCIE
Kutatap Akbar dengan mata melotot, "Ini kan gara-gara kamu... Orang jahat," kataku terisak sambil mengusap air mataku yang menetes.
321Please respect copyright.PENANA6TcELRZqJI
Lalu Akbar jongkok di depanku sambil menangkupkan tangannya di kedua pipiku, "Kamu yang jahat... nympho."
321Please respect copyright.PENANAefNNQfdpLw
Kutepis tangan Akbar dari kedua pipiku, "Lepasin! Nggak usah ngatain aku!" kataku mulai emosi.
321Please respect copyright.PENANAV6OEHxEYp7
"Kenapa? Sakit hati? Bukannya kamu kayak gitu, Fa? Berapa kontol yang masuk ke dalam lubangmu?" tanya Akbar dengan tatapan yang menusuk.
321Please respect copyright.PENANAAm2B34MD5D
"Bar.. kasiani aku! Tubuhku udah lemas banget," kataku mulai mengiba. Aku tak peduli Akbar meledekku dengan sebutan apa pun. Emosi hanya membuat tubuhku lemas.
321Please respect copyright.PENANAFHrRaUdCdW
"Hehe, sebenarnya aku kasian sama kamu, Fa. Nggak seharusnya aku menyiksa istriku sendiri," kata Akbar sambil melepas pakaianku. Lalu Akbar menggendongku ke dalam bathtub.
321Please respect copyright.PENANAAcUklfIFpA
Dalam hati, aku ingin memaki-maki Akbar karena sudah membuatku menderita.
321Please respect copyright.PENANAG0rHfdD2rp
"Aku tungguin disini! Cepet mandinya!" kata Akbar yang duduk di dekat kamar mandi sambil menutup gorden yang memisahkan antara aku yang berada di dalam bathtub dan Akbar yang duduk menungguku.
321Please respect copyright.PENANAJsCTrOqrd6
"Nggak bisa... aku cewek. Nggak bisa cepet mandinya."
321Please respect copyright.PENANAtT3Yu3H5Wa
*******
321Please respect copyright.PENANA4QOHGmlCTe
Selesei aku mandi, Akbar menghanduki tubuhku. Tangannya yang sedang menghanduki tubuhku, tak bergeser dari dadaku. Yang tak berhenti mengelap lekukan dadaku. Naik ke atas sampai ke puting lalu berputar.
321Please respect copyright.PENANAC4Z0w8HcxB
"Cantik..." kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAo3e70X63lX
"Nggak usah cabul!" kataku kesal.
321Please respect copyright.PENANAooPYzywFJJ
"Haha, nggak ada yang salah, Fa. Suami muji tubuh istrinya sendiri," kata Akbar sambil tertawa.
321Please respect copyright.PENANAKQYZS7pZMo
"Tapi aku nggak butuh..." kataku sambil membuang muka.
321Please respect copyright.PENANAALrRhLOt2X
Akbar masih mengusap tubuhku bagian dada dengan handuk berkali-kali.
321Please respect copyright.PENANAwhqIyY0lVW
"Udah ah, aku kedinginan!" kataku jutek.
321Please respect copyright.PENANAfXV0LWtocc
Akbar yang berada di belakangku mengambil kimono panjang dari capstok lalu membantuku memakainya. Dengan sedikit kasar, Akbar memutar tubuhku menghadap cermin.
321Please respect copyright.PENANAGY6yQ7Qxhp
"Lihat wajahmu!" kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAzt6nrdfdVj
Wajahku pucat, dengan lingkaran hitam mengelilingi mataku. Menatap penampilanku di cermin, aku terisak.
321Please respect copyright.PENANA0lhSItz1b0
"Kenapa kamu nangis?" tanya Akbar sambil mengendus rambutku yang tergerai di punggungku.
321Please respect copyright.PENANA60eAazRfuJ
Kuusap air mataku yang menetes di pipiku, "Kamu kejam!"
321Please respect copyright.PENANAg5wsRcnwoE
"Aku nggak kejam, Fa. Nggak mungkin aku kejam sama istriku sendiri," kata Akbar yang tersenyum di belakangku tanpa rasa bersalah.
321Please respect copyright.PENANAoSzWxb6hEu
"Psikopat!" kataku dengan terisak.
321Please respect copyright.PENANA1NypH9UoTq
"Hahaha, aku itu sayang sama kamu, Fa. Kamu tau apa yang aku inginkan? Aku ingin mendidikmu menjadi perempuan baik-baik," kata Akbar dengan senyum mengerikan.
321Please respect copyright.PENANAzqXteOsKNK
Bulu kudukku bergidik melihat Akbar. Jantungku pun mulai berdetak kencang, seakan-akan memberi peringatan bahwa ada ancaman besar yang mengintaiku.
321Please respect copyright.PENANADmFw1HvliN
Tangisku kembali meledak. Tubuhku pun tersentak-sentak karena tangisku tak bisa kubendung.
321Please respect copyright.PENANAapcFXYnkXa
"Aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain, Fa," kata Akbar yang memelukku semakin erat dengan senyum menyeringai.
321Please respect copyright.PENANAblQKSAk0Ow
"Kenapa kamu siksa aku kayak gini? hiks hiks hiks" tanyaku terisak.
321Please respect copyright.PENANApe6fT6ntQO
"Karena aku sayang sama kamu, Fa," kata Akbar dengan senyum datar sambil menggendongku masuk ke dalam kamar.
321Please respect copyright.PENANAKElcVNDjqP
Tubuhku kembali direbahkan di atas ranjang, lalu tangan dan kakiku kembali diikat.
321Please respect copyright.PENANAeMR1gEpA4A
"Aku nggak berangkat ke kantor dan memilih remote demi kamu," kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANA86lvvxFL74
"Demi nyiksa aku? hiks hiks."
321Please respect copyright.PENANAU3fK4q0E20
Kudengar bunyi bell dari depan gerbang. "Makananmu, udah dateng..." kata Akbar yang turun dari ranjang.
321Please respect copyright.PENANAQJ2u1nTBB4
Setelah Akbar pergi, tangisku mulai mereda. Dan aku berpikir, tak ada gunanya terus-terusan bersedih. Tenagaku perlu diisi ulang, aku pun perlu makan juga.
321Please respect copyright.PENANABRURbKYq4I
Akbar membuka pintu kamar, "Makan seadanya..." kata Akbar sambil menutup pintu kamar.
321Please respect copyright.PENANAWBZQes2gui
Ikatanku pun dilepas, namun hanya bagian tangan saja. Karena rasa lapar yang menderaku, aku tak lagi peduli dengan reputasiku. Lalu sebungkus nasi goreng yang masih dipegang Akbar kurebut, dengan buru-buru kumakan nasi goreng itu dengan lahapnya. Sesekali kulirik Akbar, kulihat Akbar menatapku.
321Please respect copyright.PENANAia7Td5wKsN
"Kenapa liatin aku?" tanyaku.
321Please respect copyright.PENANAe7jZrEHPV1
"Nggak..." kata Akbar tersenyum.
321Please respect copyright.PENANAzvaTvAR633
"Kamu mau juga? Jangan ya, aku laper banget," kataku.
321Please respect copyright.PENANAM0fBG0292V
"Nggak, itu buat kamu aja, biar kenyang. Aku taruh sini ya botol air mineralnya," kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAl9vxn0GfcD
"Iya..." kataku sambil mengangguk-angguk.
321Please respect copyright.PENANAhMhpDY0Xkc
*****
321Please respect copyright.PENANAdS2z8eLhIH
Sekarang hari ketiga pernikahanku. Kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya, dalam kondisi terikat di atas ranjang. Aku tak lagi hanyut ke dalam kesedihan. Bahkan, mencoba memberontak pun aku enggan. Tubuhku sudah lelah, apalagi Akbar hanya memberiku makan sehari sekali.
321Please respect copyright.PENANAkidEBQ8yWK
Baru saja tiga hari, tubuhku semakin kurus. Pipiku yang orang-orang bilang chubby, kini menjadi tirus. Dan mataku cekung, menandakan aku sangat kelelahan. Penderitaan yang aku rasakan terasa seperti pil pahit yang kupaksa telan, agar aku sembuh dari siksaan yang kuhadapi.
321Please respect copyright.PENANATqhJGycWjq
Dari semua kegilaan yang aku terima dari Akbar, ada keanehan yang membuatku mengernyitkan dahiku. Sampai detik ini, Akbar belum menyentuhku sama sekali. Entah apa alasannya, aku tak bisa menerka.
321Please respect copyright.PENANAcqoQH4uZqN
Tak hanya itu saja, aku juga memikirkan Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Aku mengkhawatirkan mereka.
321Please respect copyright.PENANAwzgMFxEAoZ
"Sial!" kata Akbar masuk ke dalam kamar lalu membanting pintu kamar sampai aku tersentak kaget.
321Please respect copyright.PENANAOAiGWXMhsT
"Liat! Apa yang dilakuin pegawaimu!" kata Akbar sambil memegang mulutnya yang berdarah.
321Please respect copyright.PENANA6o6OuFBdQ8
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
321Please respect copyright.PENANAYMu8PBCkpq
"Aku dikeroyok Salim, Sukri sama Dirman, haha. Pegawai nggak tau diri dan ternyata mereka setia sama kamu!" kata Akbar yang kini membungkuk sambil memegang daguku.
321Please respect copyright.PENANAg9i4x6R4XR
Tak kutanggapi pernyataan Akbar. Namun aku lega karena Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman baik-baik saja.
321Please respect copyright.PENANAEThwhUD0D2
"Kenapa? Kamu suka liat aku dipukulin?" tanya Akbar sambil menangkupkan tangannya di kedua pipiku.
321Please respect copyright.PENANAxWyGOMlOHp
"Lepasin, Mas! Sakit," kataku.
321Please respect copyright.PENANA64lp40troF
"Sakit ya? Kamu kasih apa mereka sampai mereka setia sama kamu?" tanya Akbar sambil mendengus.
321Please respect copyright.PENANAxNXHOLntAR
"Aku nggak kasih apa-apa..." kataku dengan suara lemah.
321Please respect copyright.PENANAIOGLPU4W6M
Lalu Akbar bangun dari ranjang, berdiri di samping ranjangku. "Baru kali ini aku dipukulin kayak gini. Berani-beraninya mereka mukul anak kyai," kata Akbar yang mulai sombong.
321Please respect copyright.PENANAOjw7qOc7sS
Pintu kamarku pun didobrak, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman masuk ke dalam kamar.
321Please respect copyright.PENANAiG4ezNQFXu
"Ci..." kata Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAhVcdkUzH0L
"Bajingan..." Pak Salim memukul Akbar. Disusul oleh Pak Sukri yang menyasar ulu hatinya. Yang terakhir Pak Dirman yang memukul hidung Akbar sampai darahnya mengucur.
321Please respect copyright.PENANA1HFAT7EYqB
"Hahaha, ayo lawan aku, tua bangka!" kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAGmWjw3MGtQ
Satu pukulan mengenai Pak Salim, pukulan kedua mengenai Pak Sukri. Pukulan ketiga mengenai Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAH41424ccBA
"Cih..." Akbar meludah ke tubuh Pak Salim yang mengegelepar di atas lantai.
321Please respect copyright.PENANArXQQN8V4G3
Akbar tak henti-hentinya menginjak-injak kepala Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAtE0I29TjGn
"Udah, Mas! Udah! Hentikan!" kataku terisak.
321Please respect copyright.PENANAiW1u2nrKQq
Kulihat ada lima orang berbadan besar masuk ke dalam kamar.
321Please respect copyright.PENANA4zfLviwoLJ
"Bawa mereka keluar!" kata Akbar memberi instruksi pada lima orang berbadan besar itu.
321Please respect copyright.PENANAM7tJB6lXFq
Kudengar suara lirih Pak Salim, "Maafin aku, Fa..."
321Please respect copyright.PENANA7bAT5cXEPD
Air mataku menetes, muncul perasaan bersalah karena menyeret Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman ke dalam masalahku.
321Please respect copyright.PENANAx0UU3WJlCH
"Aku nggak bakal mecat mereka... Aku pengen tau, seberapa setia mereka sama kamu," kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAbec4DYuZsc
"Mas, kumohon! Jangan apa-apakan mereka lagi! Urusan Mas sama aku, Mas boleh ngelakuin apa aja ke aku!" kataku dengan terisak.
321Please respect copyright.PENANAp7IrUq137u
Akbar pun naik ke atas ranjang, dengan sedikit membungkuk. Mendekatkan wajahnya ke wajahku.
321Please respect copyright.PENANAuZ34oJ9J1V
"Gimana rasanya?" tanya Akbar sambil menangkupkan tangannya ke kedua pipiku.
321Please respect copyright.PENANAmIdJMZUfpY
Lidahku terasa kelu. Bibirku pun sulit untuk mengucapkan satu patah kata. Namun, air mataku tak mampu kubendung, yang terus mengalir membasahi pipiku.
321Please respect copyright.PENANAcSmbBydcQl
"Jangan nangis, Sayang! Aku nggak berniat nyakitin kamu. Yang aku mau, kamu nurut sama aku..." kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAFbUhoD4i3f
Dengan terisak aku membuka bibirku, "Aku nurut sama kamu, Mas."
321Please respect copyright.PENANAv2snSXpeyj
"Bagus..." kata Akbar dengan seringai menyeramkan.
321Please respect copyright.PENANAaLZO1JAnV3
"Apa yang harus aku lakuin?" tanyaku lemah.
321Please respect copyright.PENANAhZVDhhMMkm
"Aku cuma mau, kamu jadi istri yang baik. Kamu nggak boleh melepas hijab cadarmu. Kamu harus tetap memakai celamis, handshock, kaos kaki kecuali di dalam kamar. Kamu nggak boleh memakai parfum, bahkan memoles wajahmu kecuali buat suamimu saja!"
321Please respect copyright.PENANA2hVfiots3T
"Baik, aku patuh, Mas!" kataku pasrah.
321Please respect copyright.PENANAE3bGt9njVL
*********
321Please respect copyright.PENANAc1cMesWkY8
Sekarang hari ke empat pernikahanku. Aku berubah, tak seperti sebelumnya. Setiap hari, aku berteriak-teriak histeris karena trauma yang kualami. Kadang aku menangis di pojokan dengan menutup telingaku.
321Please respect copyright.PENANAkzatUf7xKq
"Non..." kata Mbok Darmi sambil memeluk tubuhku.
321Please respect copyright.PENANA0hn9gq07EP
Tangisku terus terisak. Tubuhku pun terasa lumpuh.
321Please respect copyright.PENANAeK7IlW84co
"Mbok... Aku takut!" kataku sambil memeluk erat Mbok Darmi.
321Please respect copyright.PENANAVrBnQXbDUy
"Maafin, Mbok ya Non. Mbok nggak bisa nolongin Non," kata Mbok Darmi ikut menangis sesenggukan.
321Please respect copyright.PENANAnwOXmkErab
Mbok Darmi mengangkat tubuhku, memapahku ke kursi sofa ruang tamu.
321Please respect copyright.PENANAwSvkvdS3me
Di ruang tamu, aku menunduk dengan perasaan cemas yang menyiksa. Sesekali aku merapikan penampilanku, agar auratku tak tersingkap.
321Please respect copyright.PENANAnpJXGc6IEr
Saat Pak Sukri mendekatiku lalu duduk di sampingku. Perasaan takutku mulai muncul, "Maaf, Pak... Permisi!" Aku pun berjalan ke depan meninggalkan Pak Sukri.
321Please respect copyright.PENANAIqTs5G5zuW
Saat aku duduk di lantai teras rumah, kulihat Pak Dirman menatapku dari jauh. Perasaan takutku kembali muncul dengan kutundukkan pandanganku.
321Please respect copyright.PENANAf7iAy67b52
Pak Dirman mendekat, duduk di sampingku. "Cici nggak apa-apa kan?" tanya Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAPCMdGEYB8Z
"Aku takut, Pak..." kataku sendu.
321Please respect copyright.PENANAKZLD3LpfIG
"Dek..." kudengar Akbar berada di belakangku. Tubuhku langsung menggigil seketika mendengar suara Akbar.
321Please respect copyright.PENANAGxD81GMjv4
"Maaf Pak," kataku sambil meninggalkan Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANA27KggJg3iz
Lalu aku berjalan ke arah Akbar. "Iya, Mas..." kataku menunduk dengan perasaan takut.
321Please respect copyright.PENANAX06brDhBoU
"Adek darimana aja tadi? Mas nyariin lho," kata Akbar dengan suara meninggi.
321Please respect copyright.PENANAG2JMlYzPg0
"A... dek di depan Mas... duduk di teras," kataku tergagap.
321Please respect copyright.PENANA2iSX58oVF1
"Jangan bo'ong!" kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAesKQM5uoE7
Tangisku langsung meledak. Aku pun berlutut di depan Akbar. "Maafin, aku Mas!" kataku dengan terisak.
321Please respect copyright.PENANAfuOFV1FkGT
Lalu Akbar jongkok di depanku, sambil kedua tangannya masing-masing berada di kedua pundakku.
321Please respect copyright.PENANA414neWCaoj
"Emang barusan, ngapain?" tanya Akbar sambil mengangkat daguku agar menatapnya.
321Please respect copyright.PENANAHLFxgJWbxD
"A... aku... "
321Please respect copyright.PENANAK98Jv2bBXV
"Ngapain? Nggak usah takut, Dek!" kata Akbar menyeringai.
321Please respect copyright.PENANAEKEigmYHxE
"Maafin aku, Mas! Jangan sakitin aku lagi, hiks hiks."
321Please respect copyright.PENANAdbm6gjTj5d
"Hahaha, nggak ada yang nyakitin kamu, Dek," kata Akbar sambil tertawa terbahak-bahak.
321Please respect copyright.PENANARBLeOSwqe7
Pandanganku tetap menunduk. Aku takut Akbar menyakiti Pak Sukri dan Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAOPI1r4wFcv
"Hmm? Adek tadi sama siapa di teras?" tanya Akbar mengintimidasiku.
321Please respect copyright.PENANAd80s4Cm36B
Lagi-lagi aku berlutut di depan Akbar, "Jangan sakitin siapa pun, Mas! Ini semua kesalahanku..."
321Please respect copyright.PENANAv4vOlt5eyW
"Udah! Aku nggak marah. Sama siapa Dek?" tanya Akbar sambil mengangkat tubuhku.
321Please respect copyright.PENANAl5Q31tfPL8
"Sama Pak Dirman, hiks hiks," kataku sambil terisak-isak.
321Please respect copyright.PENANAd6edZpTygx
"Aku nggak ngapa-ngapain, kamu Fa..." kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANA1hp1VOFRuR
Kutatap mata Akbar dengan mata berkaca-kaca.
321Please respect copyright.PENANAafbY2FcC4G
"Tapi kamu salah!!" kata Akbar berteriak.
321Please respect copyright.PENANAG19e25LPeg
Plak!
321Please respect copyright.PENANAFumxtGnQ7z
"Aduh..." aku terjatuh di lantai.
321Please respect copyright.PENANAOsDpPenxmk
Akbar menunduk, dengan wajah mendekat ke depan wajahku. "Jangan nangis, Dek! Mas sayang sama kamu," kata Akbar sambil mengusap air mataku.
321Please respect copyright.PENANAbh0RqRvyDy
"Maafin aku, Mas! Jangan sakitin Pak Dirman!" tanyaku mengiba.
321Please respect copyright.PENANAnJw20M4bRG
"Kenapa nggak boleh?" tanya Akbar.
321Please respect copyright.PENANAneYqtCUMIx
"Aku yang salah," kataku masih terisak.
321Please respect copyright.PENANAf1lwEmHCse
"Oh, kamu mengakui kalo kamu salah? Kamu tau kan itu khalwat?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
321Please respect copyright.PENANAdpKuJdarOt
"Aku tau..." kataku terisak.
321Please respect copyright.PENANAvOM2JpKHMN
"Ya bagus kalo kamu tau kalo kamu salah!" kata Akbar berdiri dengan emosi yang meledak-ledak.
321Please respect copyright.PENANAzcqr1SDtBI
Pak Dirman berlari mendekatiku yang bersimpuh di atas lantai. "Cici nggak apa-apa?" tanya Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAwVkT7IxF0y
"Heh, tua bangka... Menyingkir dari istriku!" kata Akbar dengan emosi.
321Please respect copyright.PENANAywBXb7nxBC
"Jangan perlakukan Cici kayak gini Mas!" kata Pak Dirman berdiri sambil tangannya terkepal.
321Please respect copyright.PENANA6kVy6c4ycH
"Oh mau babak belur kayak kemarin lagi?"
321Please respect copyright.PENANAd22ZEZOCyz
"Nggak masalah, saya babak belur. Saya yang salah, jadi hukum saya! Jangan Cici Farisha!" kata Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAc8z51lle4F
"Saya nggak mau mengotori tangan saya buat mukul orang rendahan kayak kalian..." kata Akbar mendengus kesal.
321Please respect copyright.PENANAj9V9akTAvn
Pak Dirman memandang Akbar dengan mata berkaca-kaca.
321Please respect copyright.PENANArFXG9lNKjo
"Saya nggak masalah, Mas menghina saya. Tapi saya nggak rela Cici diperlakukan kasar," kata Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAnR9UXWuqG4
"Oh so sweet. Sebegitu setianyakah Pak Dirman sama istri saya? Pak Dirman dikasih apa sama istri saya?" tanya Akbar dengan nada mengejek.
321Please respect copyright.PENANA6NArOLCT16
"Saya nggak dikasih apa-apa. Saya tulus, nggak mengharapkan apa-apa," kata Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANA2Wq7qaqVRw
"Hahaha, benarkah?" tanya Akbar sambil mendekat ke arah Pak Dirman lalu memukul perutnya.
321Please respect copyright.PENANA18SPiSpXZu
Pak Dirman memegang perutnya karena kesakitan lalu tersungkur di atas lantai.
321Please respect copyright.PENANAGzolCh1Y40
"Hiks, Mas udah Mas!" kataku sambil berlutut memegang kaki Akbar yang menendang-nendang tubuh Pak Dirman.
321Please respect copyright.PENANAiqb6n1dq9h
Saat Akbar sedang menendang tubuh Pak Dirman. Pak Salim dan Pak Sukri datang mendekat.
321Please respect copyright.PENANAFykosu9KbL
"Pak Dirman, nggak apa-apa Pak?" tanya Pak Salim.
321Please respect copyright.PENANArPwvKVz2V9
"Saya nggak apa-apa. Yang penting Cici jangan sampe dipukulin lagi, Pak," kata Pak Dirman sambil memegang perutnya.
321Please respect copyright.PENANA7FMQV7nRTC
Melihat Pak Dirman kesakitan, aku tak tega. Aku tak peduli jika aku harus ditampar berkali-kali. Sekarang aku duduk di samping Pak Dirman sambil terisak-isak.
321Please respect copyright.PENANAjF1LavQjco
"Dek, apa-apaan kamu Dek!" kata Akbar mendekatiku sambil menarik tubuhku sampai aku terjengkang ke belakang.
321Please respect copyright.PENANAG7hXIUZixD
"Aduh..."
321Please respect copyright.PENANAo5oiVon55c
Pak Salim dan Pak Sukri mendorong tubuh Akbar sampai terdorong mundur. Akbar mulai dipukuli, dari wajah sampai perutnya.
321Please respect copyright.PENANAGpLIqGa8LY
"Hahaha, baru kali ini aku tau, babu setia sama majikannya," kata Akbar sambil tertawa.
321Please respect copyright.PENANAg48tXoZIDj
Lima orang bodyguard Akbar masuk ke dalam rumah, untuk membantu Akbar.
321Please respect copyright.PENANAwDkvOlB06T
"Udah! Kalian nggak perlu bantuin aku!" kata Akbar.
321Please respect copyright.PENANAUw4Yx8Accs
Lalu Akbar mulai mendengus, Pak Salim ditonjoknya sampai sempoyongan. Setelah Pak Salim jatuh, giliran Pak Sukri dihajar habis-habisan. Mentalku yang rapuh, membuatku tak mampu berbuat apa-apa untuk menolong mereka.
321Please respect copyright.PENANA5XXIMW72XI
"Udah Mas! Udah!" kataku sambil berlutut memegang kaki Akbar.
321Please respect copyright.PENANA7aEYIj1JkP
"Udah kalian bubar!" kata Akbar berteriak.
321Please respect copyright.PENANAOQmLD6k06X
Pak Dirman bangun, dengan tangan memegang perutnya. Disusul Pak Salim dan Pak Sukri dengan tangan yang terkepal. Kelima bodyguard pun meninggalkan ruangan.
321Please respect copyright.PENANAbJhCnb3dJl
Sekarang aku diseret Akbar dengan memegang tanganku ke lantai atas. Saat Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman ingin mencegah Akbar, aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mereka patuh padaku.
321Please respect copyright.PENANAeCL4O6Irdk
Kuucapkan kata-kata lirih ke mereka, "Terima kasih, Pak."
321Please respect copyright.PENANAjmPQLYnDSJ
"Sama-sama," kata mereka lirih.
321Please respect copyright.PENANAnbAID5TIjl
Sesampainya di lantai atas, pintu kamar ditutup dengan keras. Lalu tubuhku diempaskan ke atas ranjang.
321Please respect copyright.PENANAyhYFeRIQMU
"Udah waktunya, Dek," kata Akbar menyeringai sambil menelanjangi dirinya sendiri.
321Please respect copyright.PENANAAYvJh6h4eW
"Mas!" Aku yang masih memakai outfit lengkap sedang ditindih Akbar.
321Please respect copyright.PENANAvej9gsBEpc
Kulihat penis Akbar hampir seukuran penis Papa. Namun, nafsuku sama sekali tak terpicu, karena trauma yang kualami. Yang muncul justru perasaan takut, Akbar kembali memperlakukanku dengan kasar.
321Please respect copyright.PENANAjnBxLOUjra
"Kamu nggak perlu telanjang, Fa!" kata Akbar sambil tangannya menyibakkan dressku ke atas sampai ke perut lalu melepas celamisku dengan kasar.321Please respect copyright.PENANA4CXYR2mXup
321Please respect copyright.PENANAFEpkluCKWe
Dengan satu tarikan, celana dalamku pun turun sampai sebatas lutut. Entah kenapa otakku terasa dihijack, saat Akbar mulai penetrasi tanpa foreplay. Aku hanya bisa pasrah tanpa mencegahnya karena tubuhku membeku.
321Please respect copyright.PENANA6MmUsOeyIk
Belum sempat penis Akbar masuk ke dalam lubang vaginaku, hanya sebatas menempel saja. Tiba-tiba Akbar mengejang. Lalu tubuhnya ambruk ke atas tubuhku.
321Please respect copyright.PENANAeawpwLqtT1
"Siyal!" kata Akbar merutuki dirinya sendiri.
321Please respect copyright.PENANAYbf0i9ZCS9
"Ejakulasi dini?"
321Please respect copyright.PENANA6KcHWMJkxW
Ketakutanku yang awalnya membayangi pikiranku dengan awan gelap, mulai tersibak. Cahaya pun seakan memberiku ruang untuk bernafas. Bukankah ini sesuai rencanaku? Namun, aku tak pernah membayangkan akan mengalami siksaan fisik dan mental seperti ini. Meski mentalku terlanjur rusak, ada secercah harapan agar aku kembali ke sedia kala.
321Please respect copyright.PENANAqhnoyQqtFL
Sekarang Akbar berguling ke sampingku. Kutatap wajahnya, Akbar pun membuang mukanya ke samping. Lalu pandanganku mengarah ke arah kelaminnya yang mulai layu.
321Please respect copyright.PENANAET0RFOo1j7
"Mas, kok si Johny layu sih?" tanyaku yang sekarang duduk sambil memegang penis Akbar. Kucoba mengocoknya, namun penis Akbar tak kunjung menegang.
321Please respect copyright.PENANAF8aebgMnAt
"Hei, kamu nggak nafsu sama Meymey ya John?" tanyaku sambil mengocok penis Akbar lalu kumasukkan ke dalam mulutku. Lembek di lidah, sama sekali tak membuatku bergairah.
321Please respect copyright.PENANAaBpL4DZ72C
"Udah Dek! Nggak usah dikulum!" kata Akbar mendorong kepalaku, sampai penisnya yang aku kulum terlepas.
321Please respect copyright.PENANAOxv3YYrvwy
"Kenapa, Mas?" tanyaku pura-pura polos.
321Please respect copyright.PENANA8Ae6vCRzbc
"Nggak usah ya nggak usah!" kata Akbar membentakku.
321Please respect copyright.PENANAhuzZeSDcMj
"Ma'af!" kataku sambil menundukkan wajahku karena bentakan Akbar sempat membuatku down.
321Please respect copyright.PENANAmC9rbD5Hrh
Akbar kembali memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamarku.
321Please respect copyright.PENANATmzzk63W3G
"Mas mau kemana?" tanyaku ke Akbar.
321Please respect copyright.PENANAJQYBIiWpvV
"Nggak usah bawel! Bukan urusanmu, aku bakal kemana!" kata Akbar dengan nada emosi.
321Please respect copyright.PENANAJ82ry0cc3l
Dalam hati aku tersenyum. Ternyata temperamen Akbar tak sebanding dengan arogansinya. Personalitasnya minus, yang sering main tangan pada istrinya sendiri. Belum lagi lemah di atas ranjang. Apa yang dibanggakan suami seperti itu. Posisi tinggi di perusahaan pun, karena orang dalam. Begitu juga previllage di masyarakat, hanya karena ia anak seorang kyai.
321Please respect copyright.PENANAmCI5f1asr6
Entah kenapa mengulik keburukan Akbar membuatku ingin membandingkannya dengan Papa. Dari wajah, postur tubuh, kecerdasan, kesuksesan finansial dan cara memperlakukan lawan jenis. Papa tak pernah membatasi kebebasanku. Sedangkan Akbar hanya laki-laki patriarkis yang menganggapku seperti object yang tak memiliki perasaan. Yang bebas menyakitiku seenaknya.
321Please respect copyright.PENANAl1lCuGr7MO
Maka, mulai detik ini kuputuskan bahwa aku harus pulih dari traumaku. Sudah cukup aku terpuruk berhari-hari. Lelahku harus terbayarkan, dengan cara bangkit dari mimpi burukku. Yang aku inginkan, aku lepas dari perasaan cemas dan takutku. Setelah itu, aku harus kembali ceria. Dengan pulihnya mentalku, aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku juga bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi. Lalu apakah aku suka, mengungkap kelemahan Akbar? Ya meski mirip harapanku sebelum menikah. Namun apa gunanya? Mentalku sudah terlanjur hancur, begitu juga dengan orang-orang yang aku sayangi. Apa aku semakin benci pada Akbar? Ya, tak bisa kupungkiri. Aku sangat membencinya.
321Please respect copyright.PENANAicpzlNejC6
Dan dibalik tubuhku yang lemah seperti sekarang, aku hanya bisa menggigil. Dengan memanggil-manggil nama papaku, karena aku sangat merindukannya.
321Please respect copyright.PENANAfIXtznN7nq