Malam harinya Rara kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Saktipun baru keluar dari kamarnya, ia mencium bau yang sangat menggetarkan perutnya.
"Masak apa?" Tanya Sakti sambil sekilas melirik ke arah Rara dan duduk di ruang TV.
"Mmm cuma nasi goreng aja sama telur" jawab Rara, dan tidak ada lagi perbincangan sampai masakan Rara siap.
"Mas udah matang, mau di bawa kesana atau makan disini?" Tanya Rara menawarkan.
Sakti tidak menjawab, ia berjalan menuju meja makan dan kembali ke depan TV setelah membawa makanannya.
Rara hanya menggeleng melihat kelakuan Sakti yang masih saja menghindarinya.
"Sabar Ra sabar" batin Rara sambil mencoba tetap tersenyum. Sakti sempat melihat sekilas dan heran kenapa istrinya itu tersenyum apa ada sesuatu yang lucu. Namun ia tidak menghiraukannya dan terus saja menonton TV sambil menyuapkan makanannya.
"Yah uda abis" ucap lirih Sakti yang ternyata didengar oleh Rara.
"Mau nambah mas?" Tanya Rara, namun tidak ada jawaban dari Sakti. Rara menggelengkan kepalanya, kemudian berinisiatif mengambilkan lagi satu porsi nasi goreng dan lauknya untuk suaminya itu.
Rara berjalan menuju ruang TV, mengambil piring kosong dan meletakkan yang baru serta air minumnya.
Sakti hanya memperhatikan gerak gerik istrinya itu tanpa mengucap satu katapun. Antara menghindari atau gengsi si Sakti ini gemes deh. Hahaha
Setelah itu Rara segera mencuci piring dan peralatan yang ia gunakan untuk memasak tadi. Setelah itu dia membersihkan sisa sisa tumpahan nasi goreng yang ada di kompor.
"Mas kalau sudah selesai tinggalkan disitu saja, saya mau shalat dulu" ucap Rara berpesan kepada Sakti dan berlalu menuju kamarnya.
Sakti sesegera mungkin menghabiskan makanannya kemudian langsung ia cuci sendiri. Ia merasa cara itu lebih baik daripada harus mengucapkan terimakasih pada Rara.
Kemudian Sakti kembali ke depan TV namun sudah ia matikan, kini kegiatannya berganti di depan laptopnya.
Rara yang sudah selesai Shalatpun menuju dapur lagi untuk membersihkan piring Sakti. Namun ternyata Sakti sudah membersihkannya.
"Makasih loh Mas. Tadi padahal saya minta tinggalin aja disitu biar saya yang cuci" ucap Rara
"Ya" jawab Sakti singkat tanpa melihat ke arah Rara masih menatap layar laptopnya.
"Ya sudah saya masuk ke kamar dulu mas, kalau butuh apa apa panggil saya saja ya" pamit Rara.
Malam itu berakhir begitu saja, Sakti tetap fokus pada pekerjaannya. Rara terlelap di kamarnya hingga subuh menjelang.
Seperti biasa Rara terbangun saat shubuh, kemudian dia shalat. Sebelumnya setelah shalat shubuh Rara akan membereskan kamar tidurnya setelah itu ia membuka materi untuk ia mengajar. Namun kali ini berbeda, ia harus melakukan pekerjaan sebagai Ibu Rumah tangga juga.
Iapun berlalu menuju ruang TV dapur dan ruangan ruangan lainnya yang ada di rumah ini.
Kegiatan itu Rara lakukan selama seminggu penuh, menghabiskan masa cutinya.
Namun sikap Sakti masih belum berubah, dia tetap menghindari setiap tawaran Rara. Tetapi Rara tetap sabar dan terus memohon doa agar dibukakan pintu hati Sakti untuknya karena ia ingin merasakan kasih sayang suaminya itu. Ia ingin membangum rumah tangga impiannya.
509Please respect copyright.PENANAHluwqdwWNu