Keesokan harinya seperti janji Rara untuk menemui keluarga Sakti di Restaurant tempat mereka bertemu.
Kini Rara dan keluarganya sudah menuju Restaurant tersebut.
"Ra, jadi kamu beneran nggak mau kasih tau jawaban kamu nih?" Rayu Bunda sedari tadi.
"Nggak, itu surprise juga buat Ayah dan Bunda" jawab Rara
"Ra apapun keputusan kamu kita akan tetap terima kok" ucap Ayah tak kalah untuk merayu Rara, namun Rara hanya tersenyum.
"Mba mau nolak Yah,nda" ucap Farhan adik Rara sengaja mengarang jawaban Rara.
"Serius? Kenapa Ra? Mereka keluarga baik baik loh. Ayah dan Bunda sudah kenal mereka puluhan tahun" ucap Bunda terkejut. Farhan adik Rara terkekeh walaupun kecil.
"Katanya mau terima apapun keputusan Rara" ledek Rara mengingatkan ucapan Ayah. Akhirnya Ayah dan Bundanya pun terdiam seketika, Rara hanya tersenyum melihat raut wajah Ayah dan Bundanya.
Dan perlu diketahui, Ayah dan Bunda Rara belum mengetahui kalo Om Gagah terkena kanker stadium akhir. Rupanya sahabat mereka merahasiakannya, mungkin alasannya agar tidak membebani Ayah dan Bunda lebih tepatnya Rara sendiri.
Tak berapa lama, merekapun sudah sampai di Restaurant. Kebetulan Rara sudah mereservasi untuk pertemuan yang penting itu.
"Selamat malam, selamat datang. Berapa orang?" Tanya salah seorang pelayan.
"Sudah reservasi Mas, atas nama Sakti" jawab Rara
"Oh baik silahkan, meja ujung ya mba" pelayan tersebut memberi arah kemana mereka harus pergi.
Ternyata Sakti dan keluarga sudah berada disana, mata Rara langsung tertuju pada Om Gagah yang ternyata nampak sehat walafiat. Rara segera mencium punggung Om Gagah dan Tante Marwah. Setelahnya ia di sambut oleh kedua adik Sakti.
"Maaf loh kita terlambat, ini Tuan putri sama Ratunya lama banget dandan" ucap Ayah meminta maaf dengan alasan yang meledek Rara dan Bundanya.
"Tidak apa-apa Wan, kami juga baru tiba kok. Kalian sehat?" Tanya Om Gagah.
"Alhamdulillah sehat Gah, kalian bagaimana?" Tanya Ayah Rara balik.
"Kurang baik" jawab Om Gagah
"Kurang baik bagaimana?" Tanya Ayah Rara khawatir
"Hahahaha gimana mau baik, anak kamu belum kasih jawaban kami dag dig dug nunggunya. Serasa kami yang mau menikah" ucap Om Gagah yang ternyata bercanda.
"Kamu Gah, aku fikir apa. Yaaah baiklah karena calon besan ini sudah menyindir maka kita mulai saja acara ini ya" ucap Ayah kembali serius.
"Santai saja Wan. Kamu kayak mau pidato saja" ledek Om Gagah, dan di ikuti tawa kami semua. Kecuali Sakti dia hanya tersenyum, Rara hanya menggelengkan kepalanya walau sedikit sekali.
"Jadi bagaimana Ra? Sudah dapat jawabannya?" Tanya Tante marwah dengan lembut
"Alhamdulillah sudah tante,Om dan semuanya."
"Maka dari itu Rara yang meminta diatur pertemuan ini, walaupun agak lebih cepat dari permintaan Rara"
"Bismillahhirohmannir rahim" ucap lirih Rara sebelum dia menyampaikan jawabannya.
"Atas ijin Allah dan juga hasil dari Rara shalat istikharah. Maka insyaallah Rara menerima lamaran Mas Sakti karena Allah Ta'ala" ucap Rara, dan semua sontak mengucap syukur.
"Terimakasih Ra, kamu sudah menerima lamaran saya" Sakti menimpali kali ini dan itu membuat Rara terkejut. Namun tidak ia tampakkan, Rara hanya tersenyum.
Setelah itu mereka membahas tanggal, tempat, dan konsep pernikahan Rara dan Sakti. Cukup serius walau santai, karena sedikit banyak mereka bercanda.
Rara dan Sakti hanya menimpali sedikit sedikit itupun jika dimintai pendapat. Selebihnya mereka diam sambil sesekali tersenyum.
ns 15.158.61.51da2