Lima orang pria berbadan kekar dengan keringat mengucur deras terlihat keluar masuk gudang sambil memanggul karung yang berisi gabah hasil panen. Puluhan karung gabah masih tampak tertata rapi di atas gerobak sapi yang diparkir di sisi kanan gudang. Juragan Seno berdiri tak jauh dari gudang miliknya itu sambil mengawasi para kuli panggul tersebut memindahkan hasil panen dari sawahnya yang tersebar di beberapa desa.
Tubuhnya tak besar, cenderung kurus, dengan tinggi tak lebih dari 160 senti, Juragan Seno terlihat kecil untuk ukuran seorang pria, kulitnya hitam kecoklatan pertanda pria ini suka beraktifitas di luar ruangan. Satu hal yang membuat Juragan Seno begitu mudah dikenali adalah kumisnya yang panjang melengkung seperti tampilan para bangsawan Eropa di tahun 1700 an.
Juragan Seno, begitu masyarakat Desa Sumber memanggilnya. Pria berusia 52 tahun yang dikenal sebagai pria kaya raya, pemilik ratusan hektar sawah dan perkebunan. Selain itu, pria ini juga menjabat sebagai adipati karesidenan, sebuah jabatan prestisius yang hanya didapat oleh orang-orang pilihan kerajaan Jenggolo. Kekayaan dan kekuasaan membuat juragan Seno begitu disegani atau lebih tepatnya ditakuti oleh warga Desa Sumber.
"Bapak..!! Bapak!!"
Seorang wanita berusia sekitar 36 tahunan tergopoh-gopoh berlari mendekati Juragan Seno. Wanita itu hanya mengenakan kemben sebatas dada atas hingga membuat pundak mulusnya bisa dilihat oleh para centeng. Tubuhnya yang tinggi semampai berhias pantat serta dada berukuran besar maka pantaslah jika wanita dewasa ini dikatakan sempurna. Dari raut wajahnya yang cantik tergambar sebuah kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia adalah Nyai Daimah istri dari Juragan Seno.
"Ada apa?" Perhatian Juragan Seno langsung teralihkan ketika melihat istrinya datang tergesa.
"Laras Pak! Laras !" Pekik Nyai Daimah.
"Laras kenapa Bu?!" Tanya juragan Seno mulai ikut panik, beberapa centeng yang sedari tadi berjaga di sekitar gudang juga beranjak dari tempatnya kemudian perlahan ikut mendekat.
"Laras tidak ada di kamarnya Pak! Aku sudah menyuruh Mbok Darsem untuk mencarinya di sekitar pendopo tapi Laras tidak ada!" Ucap Nyai Daimah masih diselimuti kepanikan.
"Anak itu selalu membangkang perintahku! Paijo! Kasman ! Cepat cari Laras, kalian pergi ke rumah Laksmi dia pasti ada di sana!" Perintah Juragan Seno pada dua centengnya yang berbadan besar dengan wajah sangar.
"Baik Juragan!" Jawab keduanya nyaris bersamaan, dua centeng itu lalu bergegas pergi menuju rumah Laksmi yang berada di selatan Desa Sumber.
"Sudah Bu, jangan khawatir, Paijo dan Kasman pasti akan menemukan Laras. Paling anak itu sedang bermain di sungai bersama Laksmi." Kata Juragan Seno mencoba menenangkan istrinya.
"Ibu takut kalau Laras diculik oleh gerombolan perompak yang sedang marak akhir-akhir ini Pak..."
"Itu tidak mungkin terjadi Bu, mana mungkin gerombolan itu berani menyentuh puteri adipati?"
"Tapi Pak..."
"Sudah, sekarang Ibu tenang. Sebentar lagi Laras akan pulang bersama Kasman dan Paijo."
***
"Nyai Daimah kalo diliat-liat makin cantik ya Jo? Heheheheheh" Ucap Kasman di tengah perjalanan mereka menuju rumah Laksmi.
"Ah Kau ini tidak bisa melihat payudara gede dikit." Balas Paijo santai.
"Hahahahaha !Alah, paling Kau juga punya pikiran yang sama denganku."
"Hehehehehe, tapi bener juga apa katamu, kemarin tak sengaja Aku melihat Nyai Daimah saat selesai mandi, tubuhnya yang basah makin membuat Nyai Daimah makin montok dan menggiurkan." Balas Paijo antusias.
"Ah yang bener Jo?" Sahut Kasman penasaran.
"Bener Man, coba saja waktu itu Aku berani, pasti sudah Aku perkosa."
"Hahahahahha ! Kau ternyata lebih gila dari yang aku pikirkan Jo. Kalau Kau sudah ingin mati sih ndak apa-apa Kau perkosa istri Juragan Seno."
"Ah tua bangka itu enak betul hidupnya. Sudah kaya, istri cantik, dunia kayak milik dia sendiri." Celetuk Paijo.
"Hush! Jaga omonganmu, jelek-jelek begitu kita dapat makan dari dia!" Balas Kasman mengingatkan temannya. Paijo hanya tersenyum sinis tanpa penyesalan.
Setelah beberapa saat, kedua centeng itu sampai di halaman sebuah rumah kecil yang berdinding kayu. Tak hanya sederhana, ukurannya juga tak lebih besar dari kandang kuda milik Juragan Seno. Atapnya yang terbuat dari rimbunan jerami lapuk nampak sudah tak begitu terawat pertanda jika pemilik rumah ini adalah cerminan dari sebagian besar warga Desa Sumber yang berada di bawah garis kemiskinan. Kasman melangkah mendekati pintu rumah itu yang tertutup rapat dari dalam, sementara Paijo berdiri di halaman rumah sambil berusaha mengamati keadaan sekitar.
BRAAAAK
BRAAAKKK
BRAAKKK !!!
Kasman langsung menggedor pintu rumah itu beberapa kali dengan sangat kasar. Tak ada jawaban sekalipun.
"Ayo kita lihat ke belakang, mungkin mereka sedang berada di kebun." Ucap Paijo memberi saran.
"Sesore ini masih di kebun ? " Kata Kasman sedikit tak yakin dengan ide Paijo.
"Yah, paling tidak kita sudah mememeriksa keadaan seluruh rumah. Kalau nanti di belakang rumah tidak ada orang kita langsung kembali ke padepokan."
"Kembali tanpa membawa Laras? Ah Kau mau mengajakku bunuh diri? Pokoknya Kita harus menemukan gadis itu!"
"Ya sudah ayo kita cari di belakang, daripada berdebat terus kayak gini."
Kasman dan Paijo kemudian melangkahkan kaki menuju belakang rumah. Suasana tak kalah sepi dibanding dengan suasana di depan rumah, namun terdengar gemercik air dari dalam bilik kecil yang bangunannya terpisah dari rumah induk. Paijo dan Kasman saling pandang, seolah sudah mengerti dengan maksud masing-masing, keduanya lalu mendekati bilik kecil yang difungsikan sebagai kamar mandi itu.
Kasman dan Paijo melengokkan kepala mereka ke dalam celah antara atap dan tembok penyangga yang terbuat dari bambu. Dua centeng itu langsung menelan ludah mereka sendiri kala melihat di dalam bilik terlihat Laksmi telanjang bulat sedang mengguyur tubuh mulusnya dengan air menggunakan pecahan batok kelapa. Beberapa kali Laksmi mengurut payudaranya menggunakan tangan untuk sekedar membersihkan badan, pemandangan erotis itu serta merta membuat birahi Kasman dan Paijo bergejolak.
Untuk kedua kali kalinya Kasman dan Paijo saling berpandangan, keduanya juga saling mengangguk tanda menyetujui sesuatu. Dua centeng itu kemudian melangkah perlahan mendekati pintu kamar mandi. Laksmi sama sekali tidak menyadari kehadiran dua orang asing itu, dia masih asyik mengguyurkan air pada tubuhnya, sampai pada akhirnya....
BRAAAKK!!!
"Kyaaaaaa!!!"
Teriak Laksmi kencang saat pintu kamar mandi yang terbuat dari anyaman bambu terbuka lebar dari luar. Seringai mesum muncul dari wajah dua centeng Juragan Seno, bak serigala yang baru saja menemukan mangsa.
"Si..Siapa kalian??!!"
Laksmi ketakutan sambil berusahamenutupi dada dan kemaluan sebisa mungkin dengan kedua tangan. Kasman dan Paijo langsung terkesima dengan penampakan tubuh molek Laksmi, basah dan telanjang bulat. Kini, isi kepala dari dua centeng itu dijauhkan dari tugas utamanya untuk mencari keberadaan Laras. Kabut birahi secepat kilat menyelimuti benak mereka.
"Kami bukan siapa-siapa, hehehehehe." Ujar Kasman sambil tersenyum licik.
"Tidaakk!! Tooloongg!!! Toooll...!!" Teriakan Laksmi terhenti saat dengan cepat Paijo merangsek maju dan membungkam mulut gadis itu dengan tangan.
"Diam atau Kami akan membunuhmu!" Ancam Kasman sambil menghunus pedangnya. Tubuh Laksmi langsung menggigil ketakutan, ancaman para centeng Juragan Seno itu sukses membuat niat perlawanan dalam dirinya raib begitu saja.
"Kau bisa tenang sekarang? Hah?!" Hardik Paijo tangannya masih membungkam mulut Laksmi, gadis bertubuh sintal itu hanya bisa mengangguk ketakutan, tanda sebagai penyerahan diri.
"Bagus, sekarang Kau harus menuruti perintah Kami, mengerti?" Bisik Paijo tepat di telinga Laksmi, sekali lagi gadis cantik itu hanya bisa mengangguk ketakutan.
Paijo melepas bungkaman tangannya pada mulut Laksmi, bertubuh kekar itu kemudian mulai menciumi leher serta pipi Laksmi dari belakang. Rakus dan penuh syahwat, lidah Paijo menari-nari menjilati kulit mulus gadis yang tengah ketakutan itu tanpa rasa iba. Kasman tak mau ketinggalan, pria berkulit hitam itu mulai melepaskan seluruh pakaiannya dan mendekati tubuh Laksmi dari depan. Dengan sangat bernafsu, Kasman mulai menjejali mulutnya dengan puting Laksmi, menghisap dan menjilati payudara gadis itu secara kasar dan brutal.
"Aaaaacchhhhh...Aawwwww...sakiiittt!!! Aaaacchhh...Ampuuunn!!" Erang Laksmi saat merasakan hisapan mulut Kasman pada payudaranya begitu kencang.
"Ssstttt! Tenang saja cantik, sebentar lagi pasti akan jadi enak." Ucap Paijo sebelum kembali menciumi tubuh Laksmi dari belakang.
Laksmi memejamkan matanya saat tangan Paijo mulai merogoh bagian sensitif dari tubuhnya, jemari centeng itu mulai menari-nari diantara rimbunya bulu kemaluannya, mengorek dan memainkan kelentitnya. Di sisi lain, mulut dan lidah Kasman semakin beringas melumat payudara Laksmi, kedua tangannya juga tak jarang meremas-remas bagian belakang tubuh Laksmi. Seperti seorang musyafir yang kehausan, Kasman terus menyedot puting Laksmi.
"Aaaahhhchh.... Aacchhhhhgh... "
Perlahan namun pasti Laksmi mulai mengerang menahan nikmat yang mulai menjalari tubuhnya. Permainan jari Paijo di area selangkangan dipadu permainan kasar lidah Kasman pada payudaranya membuat Laksmi mulai terangsang.
Ini mungkin bukan kali pertama Laksmi melakukan persetubuhan karena keperawanannya sudah dia serahkan pada juragan Seno dua tahun silam untuk membayar hutang-hutang Bapaknya akibat kegagalan panen. Tapi bersetubuh, atau lebih tepatnya melayani dua pria sekaligus adalah pengalaman pertama bagi Laksmi. Paijo terlihat mulai tak sabar, dia mulai melepaskan seluruh pakaiannya, batang penisnya sudah berdiri tegak sama dengan apa yang terjadi pada penis Kasman.
"Ayo hisap ini !" Perintah Paijo sambil menarik kepala Laksmi menuju selangkangannya.
Tanpa memberi perlawanan berarti, Laksmi mulai merubah posisi tubuhnya yang awalnya berdiri kini bersimpuh di bawah tubuh Paijo dan Kasman. Tangannya mulai memberikan kocokan pada penis Kasman, sementara mulutnya sudah disumpal oleh batang kemaluan milik Paijo.
"Ecchhhhmm! Pinter juga ternyata." Erang Kasman keenakan merasakan jari-jari lembut Laksmi mengocok penisnya yang sudah mengeras sempurna.
Laksmi terus mengocok penis Kasman, sementara pinggul Paijo mulai bergerak maju mundur, melesakkan batang penis keluar masuk pada mulut Laksmi. Secara bergantian Laksmi melayani penis kedua centeng itu, lenguhan dan desahan mulai terdengar keras dari dalam kamar mandi. Sepuluh menit berlalu, Laksmi yang awalnya terpaksa melayani nafsu bejat dua centeng itu mulai larut dalam permainan. Birahi Laksmi lambat laun mulai ikut terbakar, permainan lidahnya pada penis Kasman dan Paijo semakin lama semakin liar, meliuk-liuk menjelajahi tiap jengkal batang penis dua pria asing yang sebelumnya datang dengan penuh ancaman.
"Aaahhhhhh.. Enak banget seponganmu. ...Aahgggghhh... " Erang Paijo saat Laksmi menyedot ujung penisnya.
"Kau mulai menikmatinya ya. ..? Hmmm... ?" Tanya Kasman dengan tatapan mesum.
"Eeeeemmcchhhh... Eeeemmcchhhh.... " Laksmi hanya bisa mengangguk tak mampu menjawab karena mulutnya sudah sesak dipenuhi batang penis Paijo.
"Ayo kita mulai Jo! "
"Hehehe... Ayo Man, Aku juga sudah nggak tahan pengen ngrasain memeknya!"
Kasman menarik tangan Laksmi kemudian mengangkat tubuh gadis itu ke atas pangkuannya. Kasman menyandarkan tubuhnya pada bak kamar mandi yang terbuat dari bata jawa dan campuran batu kali, dalam posisi membelakangi, Laksmi bersiap menerima penetrasi penis Kasman yang sudah berdiri tegak di bawah tubuhnya.
"Basahin dulu Kang... " Ucap Laksmi lirih, meskipun vaginanya sudah basah tapi ukuran kepala penis Kasman yang kekar dan gemuk diyakini gadis itu akan menyakitkan jika tidak dibasahi terlebih dahulu.
Seperti enggan untuk diperintah, Kasman dengan kasar langsung mengangkat pinggulnya dan menarik tubuh Laksmi ke bawah, membuat ujung penisnya merangsek masuk ke dalam vagina Laksmi dengan keras.
"Aaaaaarghhttt,!!!! Saaakiittt!!!! " Teriak Laksmi.
"Hahahaha!!! Rasakan dulu cantik! " Ejek Paijo yang berdiri tepat di hadapan tubuh Laksmi.
Kasman menggenjot vagina Laksmi dari bawah dengan sangat brutal membuat tubuh gadis cantik itu bergerak naik turun dengan sangat cepat, payudaranya ikut bergerak kesana kemari mengikuti irama sodokan penis Kasman.
"Aaaahhhh...Sempit banget memekmu...!! Aaahhhh..!" Lenguh Kasman sambil terus mencengkram pinggul Laksmi.
"Aaahhh!!! Ampun Kang!!!Aaammpuun!!!Aargghhtt!" Teriak Laksmi kesakitan akibat tusukan penis Kasman pada vaginanya begitu kasar dan keras.
Paijo yang sejak tadi hanya berdiri melihat persetubuhan antara Laksmi dan Kasman akhirnya tak tahan untuk ikut serta dalam permainan. Centeng berbadan kekar itu mendekati tubuh Laksmi, sambil berjongkok Paijo mulai menjilati payudara Laksmi yang bergoncang naik turun, menghisap kedua puting gadis itu secara bergantian.
"Eeeemmcchhh...Eeemmchhhh...Aaachhhgghh..." Lenguh Laksmi manja saat bibir Paijo menciumi puting kanannya yang sudah sangat keras akibat terangsang.
"Oooocchhhh...Ooocchhhhhh....Oooochhh..." Kasman semakin menikmati persetubuhan apalagi kini tanpa harus dipaksa Laksmi mulai ikut menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama sodokan penis Kasman dari bawah.
"Eeeemmmcchhhhh.. !!!!" Untuk kedua kalinya mulut mungil Laksmi kembali dijejali batang penis Paijo, kini dua lubang pada tubuhnya sudah sesak dipenuhi oleh dua batang kemaluan para centeng juragan Seno.
Sempitnya ruang kamar mandi tampaknya tak menyurutkan birahi mereka bertiga, pemerkosaan kini tak lagi menjadi tajuk utama, melainkan adegan threesome yang begitu dinikmati oleh Laksmi. Permainan kasar yang dilakukan oleh Paijo dan Kasman bukan hanya menjadi pengalaman baru bagi Laksmi, tapi juga candu baru pada gadis cantik itu. 3256Please respect copyright.PENANAPuf5ROc6M5
Lenguhan dan desahan saling bersahutan terdengar dari dalam kamar mandi, Laksmi berubah menjadi sangat binal tubuhnya bergerak semakin liar mengikuti irama tusukan penis Kasman yang masih menggenjotnya dari bawah, bahkan kedua tangannya meremas-remas sendiri kedua buah payudaranya, seolah ingin mendapatkan rangsangan lebih.
"Man, ayo gantian, Aku juga pengen ngrasain memeknya." Ucap Paijo yang tampaknya tak cukup puas hanya dengan mendapatkan pelayanan dari mulut Laksmi saja.
"Iya Jo, Aku juga udah pegel nggenjotin dari bawah sini."
"Eeeemmcchhhhh.....Ayo buruan keluarin peju kalian..." Rengek Laksmi, kali ini tak ada tatapan mengiba, justru berubah menjadi tatapan binal menggoda.
"Heheheheh, sabar ya nona cantik. Sebentar lagi Kami akan memenuhi lubang memekmu dengan peju." Balas Kasman setelah mengangkat tubuh Laksmi.
Paijo segera mengambil posisi di belakang tubuh Laksmi yang sebelumnya sudah bersiap menungging, sementara Kasman sudah terlebih dahulu menjejali mulut Laksmi dengan penis besarnya dari depan.
"Ooocccchhh.......Iiiyaahhhh...Mentokin Kang...!!! Aaaaacchhhh..!!!" Erang Laksmi keras saat Paijo melesakkan batang penisnya dengan keras dan kasar dari belakang.
"Oooocchh...Benar katamu Man, memeknya sempit banget..!! Aaacchhhhh!!" Paijo mulai meracau tak karuan saat menggenjot vagina Laksmi dari belakang, kedua tangannya meremas-remas pantat Laksmi sambil sesekali memukulinya demngan sangat keras.
"Ayo isap yang kenceng! Aaacchhh..!!" Perintah Kasman, sesuatu yang kemudian langsung dituruti oleh Laksmi dengan hisapan kuat pada ujung penis Kasman, sesekali gadis cantik itu menjilati lubang kencing Kasman membuat centeng itu kelejotan hingga menjambak rambut Laksmi dengan kasar.
Paijo semakin mempercepat sodokannya pada vagina Laksmi, tumbukan antara selangkangannya dengan bagian luar pantat Laksmi sampai-sampai menimbulkan suara seperti telapak tangan yang bertepuk. Di sisi lain Kasman sudah bersiap menyemprotkan "lahar hangat" dari dalam penisnya, pria itu sudah mengocok penisnya sendiri, ujung penis diarahkan tepat ke wajah Laksmi.
"Ayo keluarin pejumu Kang....Keluarin yang banyak...Eeemmcchhhhhh...Aaaacchhh....." Ucap Laksmi seperti bersiap menerima semprotan sperma dari para centeng itu.
"Aaaaacchhhhhh...!!!! Aaaacchhh...!!!"
CROOOTTTT...
CROOOTTTTT...
CROOOTTTT!!!
Kasman akhirnya memuntahkan pelurunya tepat di wajah mulus Laksmi, ceceran sperma membasahi hampir seluruh permukaan wajah gadis itu. Tak berselang lama giliran Paijo yang mengalami ejakulasi, sambil berteriak keras pria itu menghujamkan seluruh batang penisnya ke dalam vagina Laksmi.
"Aaaarrgghhtttttt!!!!!"
CRROOOTTTT....!!!
CROOOOTTT...!!!
CROOOOOTTTT!!
"Aaaaahhh......Biarin di dalem dulu Kang...Aku ingin merasakan hangatnya pejumu...Eeemmcchhh..." Pinta Laksmi menahan tubuh Paijo agar tidak beranjak dari posisinya.
"Eeemmmccchhhh...Sini Aku bersihin pejumu Kang...Eemmcchh..." Laksmi beralih menjilati penis Kasman yang berangsur mengecil, dijilatinya ujung penis Kasman, membersihkan sisa-sia sperma yang masih tertinggal dan menelannya tanpa ada paksaan.
3256Please respect copyright.PENANA0vW8fpFM9D
BERSAMBUNG
Cerita "SANG PENDEKAR" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI
ns 15.158.61.12da2