ONTOWIJOYO POV
Aku berpindah posisi ke atas ranjang, dengan duduk menempel pada dinding kamar dan kedua paha terbuka lebar, penisku mengacung sempurna, menantang Ibu untuk segera melakukan tugas dengan mulutnya. Ibu merayap mendekati tubuhku, kembali dibenamkan ujung penisku ke dalam mulutnya, hisapan lembut disertai jilatan-jilatan nakal lidah pada sekujur batang kemaluanku semakin membuat birahiku terbakar. Aku benamkan kepalanya semakin ke bawah, nyaris seluruh batang penisku terdorong ke dalam mulutnya, Ibu tidak protes sama sekali justru hal itu membuatnya semakin bersemangat.
Tidak puas hanya bermain-main dengan bagian batangku saja, mulutnya lalu bergeser ke bawah menyusuri pangkal penisku yang di tumbuhi bulu-bulu tipis. Mulunya bergerak semakin ke bawah sampai pada buah pelirku yang menggantung begitu penuh.
"Oouuuuch...Iya Bu, bener di situ! Achh!!" Desahku semakin blingsatan.
Bibirnya kini tidak hanya menciumi saja buah zakarku, tetapi juga sesekali menyedot kantungnya hingga membuatku merasa ngilu. Tanpa sadar Aku semakin membuka pahaku lebar-lebar agar Ibu leluasa memainkan organ vitalku. Bahkan tak ada sedikitpun rasa jijik dalam diri Ibu ketika lidahnya yang menari-nari di selangkanganku mengenai lubang anus. Ibu benar-benar bisa menggunakan mulut dan lidahnya untuk memuaskanku.
"Oooohhh....Gila! Enak banget Bu !"Racauku.
Tubuhku bergetar dalam kenikmatan, sesekali kepalaku menengadah memejamkan mata menahan nikmat. Ibu kembali melirikku dengan tatapan binal seolah memberi tanda jika Aku tidak boleh bermain-main dengannya untuk urusan sex.
Beberapa saat kemudian Aku bangkit dari posisiku yang menyender di tembok. Seketika Aku sudah terduduk dan menjangkau bagian pantatnya. Batang penisku terdorong masuk cukup dalam hingga membuat Ibu hampir tersedak karena menyentuh rongga kerongkongannya.
"Maaf Bu!"
Kataku saat menyadari Ibu terbatuk-batuk. Tapi dengan sekuat tenaga Ibu tak mau melepas kulumannya pada batang penisku , air matanya bahkan sedikit menetes karena menahan diri untuk tidak tersedak oleh batang penisku.
"Mmmmpp..Emmmphhhh..." Gumam Ibu tertahan.
Aku lalu meraih paha dalamnya dengan tangan dan membungkukkan badanku menuju ke arah selangkangannya. Posisi kamipun seketika menjadi berubah miring, saling berhadapan di atas ranjang namun dengan letak kepala yang berada di selangkangan masing-masing. Tanpa mengeluarkan kata-kata, Aku mengalungkan tanganku pada bagian pantatnya, Aku bentangkan kedua bongkahan daging semoknya dengan lebar, lalu lidahku mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluannya.
"Ooouuchhhhmmmmppppp....!!" Ibu mulai mendesah, Dia semakin gelagapan karena merasa geli luar biasa di selangkangan sementara mulutnya tersumpal batang penisku.
Ibu ikut menyedot batang penisku, disaat yang bersamaan Aku juga menyedot dan menjilat vaginanya. Kami saling menjilat memberi kenikmatan pada kemaluan kami masing-masing dengan posisi saling mengangkang di wajah masing-masing pula.
"Ooohhh ! Le! Enak banget Le!" Ucapnya melepas kuluman di penisku saat merasakan lidahku yang hangat menerobos masuk ke dalam liang vaginanya.
Sebagai balasan rangsanganku, digunakan kedua tangannya untuk mengurut penisku dengan kasar. Dengan penuh bernafsu, Ibu kembali mengulum penisku hingga masuk sedalam mungkin di mulut.
"Ooohhh!!"
Ibu sepertinya sangat menyukai batang penisku apalagi saat mulai mengkilat oleh ludahnya sendiri dan begitu licin saat tangannya mengocok maju mundur batangku yang sudah begitu menegang dengan amat keras. Ibu lagi-lagi menggelinjang liar, saat jemariku mengais-ngais lubang anusnya.
"Emmcchh..Eeemmcchh!! Jangan di situ Le! Kotor..." Protesnya saat ujung jariku mencoba menusuk masuk ke dalam lubang anusnya.
Namun belum sempat pikirannya bereaksi terlalu jauh, Ibu Aku buat melenguh panjang saat merasakan ujung jariku yang cukup besar telah tertancap sedikit dalam pada jepitan otot-otot anusnya. Ibu tak dapat lagi mencegah tangan nakalku untuk mengeksplore anusnya, percayalah wanita cantik ini sudah sangat terangsang. Apalagi saat lidahku masih saja bekerja menjilat dengan rakus seluruh wilayah vaginanya sambil sesekali Aku masukkan lidahku dalam-dalam ke lubang vagina. Yang dapat dilakukan olehnya saat itu hanyalah menjerit tertahan sambil terus menyumpal mulutnya dengan batang penisku.
"Mmmmpphhh.....!Mmmmpppphhh....!"
Tubuhnya bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergap. Aku dengan ganas menjilati tonjolan kecil yang berada tepat diatas bibir lubang vaginanya sambil jari-jariku terus menusuk keluar masuk lubang anusnya. Sedikit demi sedikit, jepitan kuat lubang pantatnya itu mulai dapat menerima jariku masuk untuk lebih dalam lagi. Sesekali Aku basahi ujung jariku menggunakan lendir vaginanya dan kembali menusukkannya ke dalam lubang anus.
Disaat yang bersamaan pula, tubuhnya mengejang, menggelinjang seperti cacing kepanasan. Lidahku mengusap panjang pada bibir vaginanya, sapuan itu berulang naik turun menjelajah, hingga otot-otot pinggulnya berkedut-kedut. Suara dari hisapan mulutnya pada penisku terdengar lantang bersahutan dengan bunyi kecipak vaginanya yang tengah Aku jilati.
Ibu tersentak, dipegang begitu erat penisku dan dikulum sedalam mungkin seolah itu adalah satu-satunya pegangan terakhirnya untuk dapat selamat dari hantaman ombak orgasme besar yang akan melanda tubuhnya. Dibenamkan wajahnya di pangkal penisku, lala beberapa detik kemudian Ibu berteriak kencang.
"Ooooooouughhhhhh!!! Ibu keluar Le!!!!"
Teriaknya parau meledak dalam rintihan yang keras dan begitu panjang. Namun seperti tidak terganggu dengan hal tersebut, lidahku masih saja bekerja mengorek-ngorek dinding kewanitaanya saat cairan di dalam sana mengucur cukup deras. Nafas Ibu tersenggal hebat, perlahan tubuhnya seperti melemas secara otomatis. Setelah akhirnya puncak kenikmatan itu mereda, Ibu mengatur nafas dan memejamkan mata merasai sisa-sisa kenikmatannya. Penisku sesekali masih dikulumnya disertai kecupan-kecupan lembut dari bibirnya.
"Enak Bu ?" Godaku sambil tersenyum, Aku tarik batang penisku dari dalam mulutnya kemudian duduk bersila di samping tubuhnya.
"Nakal banget Kamu Le..." Balasnya sambil menunjukkan raut wajah sebal dan manja. Aku hanya tersenyum menanggapi protesnya, kemudian perlahan Aku kecup keningnya yang basah karena peluh.
Ibuku adalah cinta pertamaku, dia wanita yang selalu melindungiku dari semua hal, termasuk dari perangai keras Ayahku. Hubungan terlarang ini sudah terjadi sejak Aku berusia 17 tahun, Ibu adalah orang pertama yang mengajariku tentang nikmatnya persetubuhan. Sampai dengan saat ini Kami masih sering melakukan perzinahan di dalam istana, sebuah hubungan yang melanggar norma serta etika tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk oleh Ayahku sendiri.
Tapi semakin beranjak dewasa, Aku mulai menyadari jika hal ini tidak bisa diteruskan. Aku sendiri yang harus memutus mata rantai hubungan terlarang ini. Semakin lama Aku berada di dalam istana, maka Aku tidak akan berhenti untuk terus melakukannya. Maka Aku putuskan, malam ini adalah malam terakhir Aku menyentuh Ibuku sendiri dengan nafsu dan birahi. Aku harus pergi. Harus.
***
PERMAISURI ARKADEWI POV
Aku memandangi wajah putera semata wayangku, besok dia akan pergi jauh dan itu membuatku sedih. Bagaimana tidak, karena selama ini hanya Wijoyo yang bisa membuatku bertahan lama untuk tetap tinggal di istana. Bangunan megah, semua kemahsyuran serta kemewahan yang Aku miliki sama sekali tak ada artinya. Aku seperti hidup di dalam sangkar emas, tak ada sedikitpun kebahagiaan yang bisa Aku rasakan.
Aku menikah dengan Ontoseno karena proses perjodohan yang dipaksakan. Dulu, Aku adalah putri dari Raja Rakawesi, penguasa Kerajaan Tirtoyoso. Kekuasaan Ayahku seketika runtuh saat pasukan Jenggolo yang dipimpin langsung oleh Ontoseno datang menyerang untuk mengambil alih kekuasaan secara paksa. Perang besar terjadi, hampir selama tujuh hari tujuh malam pasukan Jenggolo membabi buta melakukan penyerangan di wilayah kerajaan kami. Tak terhitung berapa banyak nyawa yang hilang akibat keserakahan serta kekejaman Ontoseno.
Di depan mataku, Aku melihat bagaimana Ontoseno memenggal kepala Ayahku karena menolak berlutut dan mengakui kekalahan atas perang tersebut. Ayahku adalah seorang raja yang baik, dia begitu mencintai rakyatnya namun harus mengakhiri hidup dengan cara keji. Sejak saat itulah dendamku pada Ontoseno berkobar dan tak pernah padam hingga detik ini.
Setelah membunuh Ayahku dan menguasai wilayah kerajaan Tirtiyoso, Ontoseno membawaku ke Jenggolo untuk diperistri. Hal itu adalah upaya Ontoseno untuk menegaskan serta makin menancapkan kekuasaannya di Tirtoyoso, menikahi satu-satunya keturunan Raja Rakawesi. Ya, selain Aku, tiga orang saudara priaku dibunuh oleh Ontoseno. Usiaku masih begitu belia kala itu, belum mengerti tentang berbagai macam intrik serta dinamika kehidupan kerajaan. Satu-satunya yang Aku tau adalah kemarahan dan rasa benciku terhadap suamiku sendiri. Orang yang menghabisi nyawa seluruh keluargaku.
Dari pernikahan kami, lahirlah Ontowijoyo. Seorang Pangeran tampan, calon pengganti Ontoseno di masa depan. Aku begitu menyayangi Wijoyo, bahkan melebihi diriku sendiri. Aku mendidik, merawat, serta membesarkannya dengan penuh kelembutan. Disaat Ontoseno mendidiknya dengan sangat keras agar kelak menjadi seorang Raja bengis seperti dirinya, Aku melawannya dengan bahasa cinta. Aku tidak ingin Wijoyo kelak menjadi seorang Raja dengan perangai kasar seperti ayah kandungnya.
Ontoseno bukan tanpa alasan memberikan semua beban masa depan kerajaan Jenggolo pada Wijoyo. Hal itu terjadi karena Ontoseno tidak akan pernah lagi bisa memberikan keturunan pada wanita manapun di dunia ini termasuk kepadaku. Karena dendamku di masa lalu, Aku memberikan sebuah ramuan yang membuat penisnya tak bisa berdiri lagi. Berbagai macam cara dilakukan Ontoseno untuk membuat dia bisa kembali menjadi pria sejati, puluhan tabib terkenal dipanggil ke istana tapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa menyembuhkan Ontoseno. Sebuah kemenangan kecil bagiku, setidaknya apa yang menimpa Ontoseno bisa sedikit mengobati luka hatiku selama ini.
Bertahun hidup tanpa bisa merasakan kehangatan seorang pria di atas ranjang akhirnya membuatku jatuh pada hubungan terlarang. Celakanya pria yang bisa membuatku jatuh cinta adalah Wijoyo, puteraku sendiri, darah daging yang lahir dari rahimku. Semua terjadi begitu saja saat Wijoyo menginjak usia 17 tahun. Malam itu, tak sengaja Aku melihat dia melakukan onani di dalam kamarnya. Birahiku bergejolak saat batang penisnya mencuat, tegang, keras sempurna. 2486Please respect copyright.PENANAmHZVDWNJRm
Akal sehatku tertutup kabut nafsu, melupakan sekat-sekat kepatutan yang tak seharusnya Aku langgar. Malam itu, untuk pertama kalinya Aku mengajari Wijoyo tentang bagaimana caranya memuaskan hasrat. Kami bersetubuh dengan liar dan panas, gejolak jiwa muda Wijoyo yang menggebu-gebu berhasil membuat kekosongan jiwaku selama menikah dengan Ontoseno kembali terisi penuh. Aku mencintai Wijoyo lebih dari apapun di dunia ini, dan tidak ada yang boleh mengambilnya dariku.
2486Please respect copyright.PENANAMRBwHrn1nk
BERSAMBUNG
Cerita "SANG PENDEKAR" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI2486Please respect copyright.PENANALXalcHmx55