#2 Perspektif150Please respect copyright.PENANAj8ZvpqTqkj
150Please respect copyright.PENANAnYKaseqdle
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.150Please respect copyright.PENANA3CEpJ21f9H
150Please respect copyright.PENANA4YWsusMV9m
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”150Please respect copyright.PENANAkm03npVhuX
150Please respect copyright.PENANAPxrYrMHWaD
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.150Please respect copyright.PENANAzKaAwOQijN
150Please respect copyright.PENANAecfyz81TA8
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.150Please respect copyright.PENANAAsWBEtmsXA
150Please respect copyright.PENANA5DwKtWW0JY
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.150Please respect copyright.PENANAjs2ShStjZE
150Please respect copyright.PENANA4Dnz13HHzG
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.150Please respect copyright.PENANAjDUiHcHlxI
150Please respect copyright.PENANAft8SDx03WT
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.150Please respect copyright.PENANATcERTQrnuJ
150Please respect copyright.PENANAjmWetRvH6C
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.150Please respect copyright.PENANAbekcSjjiH3
150Please respect copyright.PENANAOPy5sc0K4y
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.150Please respect copyright.PENANAxWbJiRrwbh
150Please respect copyright.PENANAq0p8lZ3lE8
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.150Please respect copyright.PENANAMGtIvaZskh
150Please respect copyright.PENANA0ydYkDfqTt
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.150Please respect copyright.PENANA8v2aV7rhXW
150Please respect copyright.PENANAkvHKY1SNvz
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.150Please respect copyright.PENANAV1m5MvEOpG
150Please respect copyright.PENANA8ZPkNkPuaU
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.150Please respect copyright.PENANApF7YNlibsp
150Please respect copyright.PENANAW2YdCGPKl3
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.150Please respect copyright.PENANAyRTBC1aCNK
150Please respect copyright.PENANAWp2QxyFS0i
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.150Please respect copyright.PENANA2TSXepDpnY
150Please respect copyright.PENANA5uVfCUmvrC
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.150Please respect copyright.PENANAlKWqRRXDmD
150Please respect copyright.PENANAuvquRCVhFO
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”150Please respect copyright.PENANANaij77qlY6
150Please respect copyright.PENANAu531e24vJq
“Dia jaga stand buku.”.150Please respect copyright.PENANA6MnNE2fBgA
150Please respect copyright.PENANADOdkcFOE3Y
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.150Please respect copyright.PENANAXI0lZpfz13
150Please respect copyright.PENANAuTx8DGT1NN
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.150Please respect copyright.PENANAKldJ3IAYuZ
150Please respect copyright.PENANAxQ9Nhnncbu
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.150Please respect copyright.PENANAtMhmjKhJTH
150Please respect copyright.PENANAZIWWJPKILz
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”150Please respect copyright.PENANAqGXOQKRLOp
150Please respect copyright.PENANA9oqWlgPh4k
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”150Please respect copyright.PENANAyLZli7riMe
150Please respect copyright.PENANAsEKP5XS2TJ
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.150Please respect copyright.PENANAbaQ8CO9Okd
150Please respect copyright.PENANAaA59Nm575m
“Gratis, om.” Tolak Fajar.150Please respect copyright.PENANA48fFseXn9s
150Please respect copyright.PENANAlYJzhpXU2q
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.150Please respect copyright.PENANAFmJgItYtiW
150Please respect copyright.PENANAQbbV1Viene
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”150Please respect copyright.PENANA91RftSmzdw
150Please respect copyright.PENANA84xX1N68Sj
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.150Please respect copyright.PENANAc3vQHiWCZq
150Please respect copyright.PENANAlz3ZtyUa1V
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.150Please respect copyright.PENANAe0PipQNTfF
150Please respect copyright.PENANAjN290VPC62
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.150Please respect copyright.PENANAaLQIHYuu4v
150Please respect copyright.PENANAsb6xksHcE2
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.150Please respect copyright.PENANAmtPOc87vzZ
150Please respect copyright.PENANAS44TW0BPop
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.150Please respect copyright.PENANAU1Sswikgm4
150Please respect copyright.PENANA95NMCFTXMY
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.150Please respect copyright.PENANAtigllgupPD
150Please respect copyright.PENANAnOm3HbITmr
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.150Please respect copyright.PENANAUuwY7Hzi0A
150Please respect copyright.PENANAYe8XA2XYSL
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.150Please respect copyright.PENANA8irymWziha
150Please respect copyright.PENANA7oBVocO33I
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”150Please respect copyright.PENANAHrHB5dkcBC
150Please respect copyright.PENANAC0BswsqvDQ
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.150Please respect copyright.PENANAVeH37RA38s
150Please respect copyright.PENANA3da8Bh70hm
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.150Please respect copyright.PENANAJk7ZrhoA6r
150Please respect copyright.PENANAbxklyQbFEE
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.150Please respect copyright.PENANAu6i4Ajp59k
150Please respect copyright.PENANAwSPu8IgRb7
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.150Please respect copyright.PENANAXycDRHX3uQ
150Please respect copyright.PENANADwxlRNVl0y
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”150Please respect copyright.PENANAKR56WdgaOz
150Please respect copyright.PENANAKB5Wu2Z4c6
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.150Please respect copyright.PENANARQ6aeaV0Rb
150Please respect copyright.PENANADPVkfCMl9L
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.150Please respect copyright.PENANAcx98tohNz2
150Please respect copyright.PENANAQLNQrjtFe4
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”150Please respect copyright.PENANA5KePPafkBP
150Please respect copyright.PENANAUyX7kDscE1
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.150Please respect copyright.PENANAPZlZECreSL
150Please respect copyright.PENANAfipk9QZ1Tc
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.150Please respect copyright.PENANADyJYS6Qj2P
150Please respect copyright.PENANAxiuwcXWaIy
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.150Please respect copyright.PENANAwrdkbwkDjt
150Please respect copyright.PENANAG2Epu6JsUr
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”150Please respect copyright.PENANAgf1wjdQfux
150Please respect copyright.PENANAzGJW2tXXXk
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.150Please respect copyright.PENANAEXqciyi6kq
150Please respect copyright.PENANAy2sjRRSzi1
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.150Please respect copyright.PENANAX2i6cxcKSm
150Please respect copyright.PENANAjZJYQATZZK
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.150Please respect copyright.PENANARMSf0AjBNT
150Please respect copyright.PENANAyGaPhe2jE1
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.150Please respect copyright.PENANA54g5x64QXV
150Please respect copyright.PENANAN4BT16NDSZ
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”150Please respect copyright.PENANAI4WuZZ7hWG
150Please respect copyright.PENANAIduAGwvWVe
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.150Please respect copyright.PENANA1XNSai87Iy
150Please respect copyright.PENANAvr6gfnVDL1
***150Please respect copyright.PENANAZ5wZXO1eWo
150Please respect copyright.PENANAU1ZIAydySF
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.150Please respect copyright.PENANAln8M6wYGAX
150Please respect copyright.PENANApTCWtwcAyO
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.150Please respect copyright.PENANAlLEthFeBAp
150Please respect copyright.PENANAMeXFTvfa2M
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.150Please respect copyright.PENANAuPao3Wiomt
150Please respect copyright.PENANAGr2VfSgfwx
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”150Please respect copyright.PENANANe8P1Etg9K
150Please respect copyright.PENANA05FFt7XlGg
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.150Please respect copyright.PENANAr2R5es4CIt
150Please respect copyright.PENANApPr71Rlx2T
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.150Please respect copyright.PENANAhG0IODVV6x
150Please respect copyright.PENANApmk8yJRAaB
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.150Please respect copyright.PENANAcGwfl5VpBn
150Please respect copyright.PENANAUYacijDdO9
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.150Please respect copyright.PENANAMtVmzddvYe
150Please respect copyright.PENANA3u6jF7R2IZ
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.150Please respect copyright.PENANAF7zj3U3ICV
150Please respect copyright.PENANAm906DthSJ7
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.150Please respect copyright.PENANAYyFDW7pAzM
150Please respect copyright.PENANArnrRrIBCoL
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”150Please respect copyright.PENANA4HbM2Ax6Di
150Please respect copyright.PENANAOdfzt5rgvJ
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.150Please respect copyright.PENANAagJpoSC5Jh
150Please respect copyright.PENANAfu4Zkt9lB6
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.150Please respect copyright.PENANAiBG0ladfiW
150Please respect copyright.PENANAPMwT0lAR7Y
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.150Please respect copyright.PENANAFJ0fOeA7Dd
150Please respect copyright.PENANAxejGnqWyBy
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.150Please respect copyright.PENANAnf1Iy9Fcam
150Please respect copyright.PENANA3kXphsZZwY
***150Please respect copyright.PENANAPZwqopbogs
150Please respect copyright.PENANABbxW2wd0Lb
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.150Please respect copyright.PENANAhqRu2NmfnH
150Please respect copyright.PENANATzmHaEBMhK
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.150Please respect copyright.PENANAhytHoeKbff
150Please respect copyright.PENANABCknAM0sks
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”150Please respect copyright.PENANA5ienL8iTs1
150Please respect copyright.PENANApcQAKupv7z
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”150Please respect copyright.PENANAl29R2XWmF2
150Please respect copyright.PENANALC7YMcljsF
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.150Please respect copyright.PENANAElfvYLWYSN
150Please respect copyright.PENANAvfXGlImNvo
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.150Please respect copyright.PENANANuTE03hLmO
150Please respect copyright.PENANAdnGszBbnQL
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.150Please respect copyright.PENANAkhYWajcZNq
150Please respect copyright.PENANAza0uC3EW1m
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.150Please respect copyright.PENANAoq1rhOiXWV
150Please respect copyright.PENANA29r5R3DWZO
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.150Please respect copyright.PENANA5LEeblvvGh
150Please respect copyright.PENANAagSQlJn0oh
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.150Please respect copyright.PENANAsY3z9G2WmT
150Please respect copyright.PENANAi4fWQBwar5
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.150Please respect copyright.PENANA08I4DEWVnP
150Please respect copyright.PENANAAtkS9QSize
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”150Please respect copyright.PENANAGkFpswwlIm
150Please respect copyright.PENANAM4LSe0kKqt
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”150Please respect copyright.PENANACZ22wumXzY
150Please respect copyright.PENANAEuBEu9ZsOk
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.150Please respect copyright.PENANA54MrVD9SYY
150Please respect copyright.PENANAML3RZdsDPy
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”150Please respect copyright.PENANAUHrVcKvN8o
150Please respect copyright.PENANAdTK1KjF4tO
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”150Please respect copyright.PENANAVsHIPONvYK
150Please respect copyright.PENANALvDKlRLUhh
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”150Please respect copyright.PENANARyUcVE8LBF
150Please respect copyright.PENANAAkR9ilUkIZ
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”150Please respect copyright.PENANAGW4drM6zvj
150Please respect copyright.PENANABSktOaSlQw
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.150Please respect copyright.PENANAxsY4PSaVuN
150Please respect copyright.PENANA5cF69YuFPC
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”150Please respect copyright.PENANA3SzPxsgoon
150Please respect copyright.PENANASAca9O9xzb
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.150Please respect copyright.PENANAQutbFj3RYE
150Please respect copyright.PENANAUOI8wEMhOY
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.150Please respect copyright.PENANAMsb2gFfcMU
150Please respect copyright.PENANAsvlNP0AH89
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”150Please respect copyright.PENANAGOyo2H14yB
150Please respect copyright.PENANAvyuKRCIY2e
“Umi penasaran doang,” kataku.150Please respect copyright.PENANAhBBOKhnxSz
150Please respect copyright.PENANArotg9tNA6Y
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”150Please respect copyright.PENANAL5X1Dqxl1O
150Please respect copyright.PENANATiSzHBdxnN
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.150Please respect copyright.PENANATyoDqhrmK3
150Please respect copyright.PENANAt4KWoxv6oj
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.150Please respect copyright.PENANAlyEW8GMysM
150Please respect copyright.PENANAmlgcpxRHu0
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.150Please respect copyright.PENANATSUtdrDmNP
150Please respect copyright.PENANAsKoQylYNkX
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.150Please respect copyright.PENANAUKpXuDt1NO
150Please respect copyright.PENANAkysmXcckrG
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”150Please respect copyright.PENANAo2OJcAeX6a
150Please respect copyright.PENANAsX8YJJkTBt
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”150Please respect copyright.PENANADlyAm9FefH
150Please respect copyright.PENANAJOrKfILuGb
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”150Please respect copyright.PENANAcClAG0xNb3
150Please respect copyright.PENANAuQInGQF973
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.150Please respect copyright.PENANAjHQGKUeFOz
150Please respect copyright.PENANAxoSmB3omdG
***150Please respect copyright.PENANAvFN4MXQzTi
150Please respect copyright.PENANAhtZ1Eep4Ct
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.150Please respect copyright.PENANA981Q6dqdJF
150Please respect copyright.PENANAV9PUyifjpJ
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.150Please respect copyright.PENANAD6UDG7whd3
150Please respect copyright.PENANAJCEjHtGPaa
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.150Please respect copyright.PENANAetq4REPB82
150Please respect copyright.PENANA1kHrJjTI0d
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.150Please respect copyright.PENANAzBzARS6jVS
150Please respect copyright.PENANAToK4E60cU8
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.150Please respect copyright.PENANARvtXNY1azo
150Please respect copyright.PENANAEa9FOMHfpA
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.150Please respect copyright.PENANA6GHc4vmHqy
150Please respect copyright.PENANAc9q5R2qEgf
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.150Please respect copyright.PENANAXu3gUIhSXT
150Please respect copyright.PENANAMLnYFDIc7X
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.150Please respect copyright.PENANAhyUzaJHYx5
150Please respect copyright.PENANAWd5QfdqK51
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.150Please respect copyright.PENANATXHsr9QUKE
150Please respect copyright.PENANA9fOttEf0P0
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”150Please respect copyright.PENANAiddJvI3AiI
150Please respect copyright.PENANAyuUidSlhBj
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.150Please respect copyright.PENANA1l42LmiPs1
150Please respect copyright.PENANAliWOyn0lZo
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.150Please respect copyright.PENANAVEziQHUFPL
150Please respect copyright.PENANAvL5VxCVt5E
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.150Please respect copyright.PENANAQoeCqitm0M
150Please respect copyright.PENANAtiQ8nOcJ03
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”150Please respect copyright.PENANA7aj97HyAg0
150Please respect copyright.PENANA27Nu6VH8DQ
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”150Please respect copyright.PENANAg1fLMRSmAR
150Please respect copyright.PENANArkdgIHYNy6
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.150Please respect copyright.PENANAXnYEWRFWls
150Please respect copyright.PENANA9tbgP5atje
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.150Please respect copyright.PENANADi5sjfujzw
150Please respect copyright.PENANAo3DrFTmA4N
“Tante cemburu?” dia menoleh.150Please respect copyright.PENANAZRlWk5MEi9
150Please respect copyright.PENANAdiOPoCIgO5
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.150Please respect copyright.PENANAoJUbqG4IKK
150Please respect copyright.PENANAqsgsTHAvvV
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.150Please respect copyright.PENANAs7c3r1xS2o
150Please respect copyright.PENANAyY2N9szqPK
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.150Please respect copyright.PENANAawz6RuJyge
150Please respect copyright.PENANApgnEmpq5pA
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.150Please respect copyright.PENANAhtmxwa3P5U
150Please respect copyright.PENANAAG0T2IXZ4H
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”150Please respect copyright.PENANABktZATHYuM
150Please respect copyright.PENANA3ANSl6GATB
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.150Please respect copyright.PENANAegghrUTAes
150Please respect copyright.PENANAyP8I1Ov2Zi
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”150Please respect copyright.PENANADO3AJrou6X
150Please respect copyright.PENANAJzbIGK72F9
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.150Please respect copyright.PENANAiS6UlG9u17
150Please respect copyright.PENANAUjcbOEQcHm
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”150Please respect copyright.PENANAjuVApPbEYr
150Please respect copyright.PENANAliiMfVxNUB
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.150Please respect copyright.PENANALyEfG2Lyfh
150Please respect copyright.PENANAmzYXcDLxSH
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.150Please respect copyright.PENANAzWGRb1VoAo
150Please respect copyright.PENANAvlKSJMfAy8
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.150Please respect copyright.PENANAT0Qvn6BwYS
150Please respect copyright.PENANAt66ilDbtPa
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.150Please respect copyright.PENANAdDFMQnkZNV
150Please respect copyright.PENANAkjNAG57oal
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.150Please respect copyright.PENANAU2vW01ncMg
150Please respect copyright.PENANArLjPbc5RAd
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.150Please respect copyright.PENANA69YvI5oS65
150Please respect copyright.PENANAecbvzfqzNj
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.150Please respect copyright.PENANAS2vpzEOU9i
150Please respect copyright.PENANA19wRKsLqaJ
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.150Please respect copyright.PENANAvPlR524NmL
150Please respect copyright.PENANAdeVTyXUFRz
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?150Please respect copyright.PENANAGzB7fo68HC
150Please respect copyright.PENANAfmXVhvjPc5
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.150Please respect copyright.PENANAm3BaNap7L6
150Please respect copyright.PENANAchTtzBkBg4
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.150Please respect copyright.PENANAqSZvBJGipa
150Please respect copyright.PENANAKQIx18EpCw
***150Please respect copyright.PENANA7bIqhtIsH5
150Please respect copyright.PENANAxCkr5tPL0I
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.150Please respect copyright.PENANAVmiTqDixx8
150Please respect copyright.PENANAegArt43NjK
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.150Please respect copyright.PENANAJua9dYC01V
150Please respect copyright.PENANAVrPKVpHQEa
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.150Please respect copyright.PENANAFHa4yaw4hV
150Please respect copyright.PENANAfPoGkkTagS
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.150Please respect copyright.PENANAFgV8HNToXH
150Please respect copyright.PENANAFrZnMCnZn2
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.150Please respect copyright.PENANAdeabM20IL0
150Please respect copyright.PENANAVE0ivWKOCu
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.150Please respect copyright.PENANAH6tcpHlWUW
150Please respect copyright.PENANA3Kk3lgY6Hf
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.150Please respect copyright.PENANA19L0if2uJh
150Please respect copyright.PENANA2syX9I8e97
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.150Please respect copyright.PENANAlQczakEbUG
150Please respect copyright.PENANAcZ9dCtvHOJ
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.150Please respect copyright.PENANAQU4XqiAfvX
150Please respect copyright.PENANAcSLaQvQdgu
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.150Please respect copyright.PENANAk5Zq5J3GY3
150Please respect copyright.PENANAS0kkNhP2D4
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.150Please respect copyright.PENANAtTDPpX983n
150Please respect copyright.PENANA8XJQr2cujU
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.150Please respect copyright.PENANA5l6HTERt8f
150Please respect copyright.PENANAEkWBV2KfW5
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.150Please respect copyright.PENANAAs3V9wYFGx
150Please respect copyright.PENANAbnzxZNHTzd
Aku menggelang.150Please respect copyright.PENANA2PAxv6EPv3
150Please respect copyright.PENANAhambZARSha
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”150Please respect copyright.PENANATSzKcZy7cy
150Please respect copyright.PENANA43IwiUmWih
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”150Please respect copyright.PENANAO5tvIsiBQR
150Please respect copyright.PENANA82xzrjPKQi
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.150Please respect copyright.PENANAHTUnH83pdZ
150Please respect copyright.PENANA3CrnQ7Q7TD
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.150Please respect copyright.PENANA3mjsBCa4JD
150Please respect copyright.PENANACmPrU5vJ5q
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,150Please respect copyright.PENANAWVJUlz2omL
150Please respect copyright.PENANAWMmHZ5FjtL
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
ns 15.158.61.39da2