
522Please respect copyright.PENANA7iukE8a4sH
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
522Please respect copyright.PENANA4HiWT1iVra
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
522Please respect copyright.PENANAImTBtHiynt
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
522Please respect copyright.PENANAUJDyusJ91V
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
522Please respect copyright.PENANAKlU9xE9OaE
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
522Please respect copyright.PENANAJNaGIk6mRI
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
522Please respect copyright.PENANAKyngDdnFpa
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
522Please respect copyright.PENANABkxHEoTVgo
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
522Please respect copyright.PENANAVYtRkTWXqM
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
522Please respect copyright.PENANA7fzhbYHmIm
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
522Please respect copyright.PENANAyAt64ctflo
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
522Please respect copyright.PENANAWho3bGOVLz
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
522Please respect copyright.PENANAkgD3oCNONg
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
522Please respect copyright.PENANATWDz3zvuYs
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
522Please respect copyright.PENANAzEZbTxA4BO
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
522Please respect copyright.PENANAQTKVBjPPA9
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
522Please respect copyright.PENANAnENkhQcfhJ
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
522Please respect copyright.PENANAoevkJASMHM
"Bu Rina?"
522Please respect copyright.PENANASA1BgBZCEf
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
522Please respect copyright.PENANAjY7rBQgf9Z
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
522Please respect copyright.PENANAAqZEEIWeqr
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
522Please respect copyright.PENANAhT84US9JEX
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
522Please respect copyright.PENANAZm5cwKdKmL
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
522Please respect copyright.PENANAY7y0k9sxo3
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
522Please respect copyright.PENANAPas9TVEAss
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
522Please respect copyright.PENANAuUv0gJ5vqu
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
522Please respect copyright.PENANA2ShIRUGR1f
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
522Please respect copyright.PENANAiqfLtgG9lr
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
522Please respect copyright.PENANAqM0hR67FXq
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
522Please respect copyright.PENANA5cKqbkwp1w
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
522Please respect copyright.PENANAJyKiIo2Reg
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
522Please respect copyright.PENANAoF4pfbc1FU
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
522Please respect copyright.PENANAsI15Kpadca
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
522Please respect copyright.PENANAKhqntkMa2G
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
522Please respect copyright.PENANAmkYFiq9XUd
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
522Please respect copyright.PENANAfbheopN6gU
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
522Please respect copyright.PENANA3KnThxhpH2
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
522Please respect copyright.PENANAcI01fLDjz8
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
522Please respect copyright.PENANAsOZSAqyRjX
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
522Please respect copyright.PENANAAmAMBV0Ifq
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
522Please respect copyright.PENANAY3CqTZC4Xy
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
522Please respect copyright.PENANA6Qid4unsxU
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
522Please respect copyright.PENANAPw7xBmtNuN
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
522Please respect copyright.PENANAdut50kf04K
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
522Please respect copyright.PENANA7El7adycZN
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
522Please respect copyright.PENANA1FT21oacur
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
522Please respect copyright.PENANAQNlJEpUd3n
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
522Please respect copyright.PENANAbPEYV97PG8
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
522Please respect copyright.PENANAIqPVCSbbUg
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
522Please respect copyright.PENANA1Bt9FZBPHu
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
522Please respect copyright.PENANAXAy9EgQhZ4
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
522Please respect copyright.PENANAXxc9KaVGSV
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
522Please respect copyright.PENANAbfxRuUYE81
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
522Please respect copyright.PENANArzAYYWm4nT
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
522Please respect copyright.PENANAJkWI3p332D
Begitu saja?
522Please respect copyright.PENANAv3D2mlPvIC
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
522Please respect copyright.PENANAlX2qtV4yVL
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
522Please respect copyright.PENANAtmYXAQtWyZ
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
522Please respect copyright.PENANAwwX8ylZKLh
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
522Please respect copyright.PENANASC69Cjdrtj
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
522Please respect copyright.PENANARWDwOPK8g5
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
522Please respect copyright.PENANAuULFCSaeIj
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
522Please respect copyright.PENANAdnTXBFwwVp
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
522Please respect copyright.PENANAj9CjliAWYG
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
522Please respect copyright.PENANA3UWlco1eW9
Malam itu begitu sunyi.
522Please respect copyright.PENANAe4l2vhAAIc
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
522Please respect copyright.PENANA1YcVWNvXGg
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
522Please respect copyright.PENANA0hD5CIo9rj
Sejak kapan perasaan ini muncul?
522Please respect copyright.PENANACHaSAgHyTD
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
522Please respect copyright.PENANA0O2GGpKBtF
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
522Please respect copyright.PENANAqJZnhfpYGZ
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
522Please respect copyright.PENANAZkNnxMoPUp
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
522Please respect copyright.PENANAtOJMSHeYrr
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
522Please respect copyright.PENANAvuV2ZtRBsr
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
522Please respect copyright.PENANAFSl7XmOxwY
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
522Please respect copyright.PENANArDcVwVdF5T
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns 15.158.61.41da2