
361Please respect copyright.PENANAg0WLdIcr20
Pagi itu, matahari bersinar terik di langit Kampung Angin. Dani sedang jongkok di pinggir jalan, kedua tangannya sibuk mencabut sampah yang menyumbat gorong-gorong rumah salah satu tetangganya. Keringat bercampur kotoran menempel di wajah dan lengannya, membuatnya terlihat seperti baru saja bergulat dengan lumpur.
361Please respect copyright.PENANADknjGTOTMv
Baru saja ia ingin menarik napas lega setelah berhasil membersihkan sebagian besar, suara ibunya terdengar dari kejauhan.
361Please respect copyright.PENANAbJSAzDsv7M
"Daniii! Cepat ke rumah Bu Rina! Katanya ada perlu penting!"
361Please respect copyright.PENANAqO4ZOGXaMN
Dani mendongak dengan napas masih terengah. Ia melirik ke arah tubuhnya yang penuh lumpur dan dedaunan kering, lalu mendesah panjang.
361Please respect copyright.PENANAtRHLYx0dSR
"Bu! Aku kayak gini! Masa ke sana dalam keadaan kayak orang jatuh di comberan?" serunya, mengangkat kedua tangannya yang penuh lumpur.
361Please respect copyright.PENANAAYawSSUKmE
Ibunya hanya melotot tajam. "Udah, nggak usah banyak alasan! Pergi sekarang juga!"
361Please respect copyright.PENANAIEowt7bIh8
Dani mendecak, lalu mengeluh, "Paling nggak mandi dulu, Bu. Masa aku mau ketemu Bu Rina dalam keadaan begini? Bisa-bisa dikira hantu gorong-gorong!"
361Please respect copyright.PENANAbwiaXFCCvw
Ibunya mengibaskan tangan dengan malas. "Dia butuh cepat! Jangan buang waktu! Lagian Bu Rina udah biasa lihat kamu dekil."
361Please respect copyright.PENANAjPwMqOfMXO
Dani hanya bisa menggeleng pasrah sebelum akhirnya menaiki motornya dan melaju ke rumah Rina.
__________
361Please respect copyright.PENANAgNvk6yOC5G
Di rumahnya, Rina sedang menggendong bayinya di ruang tamu saat suara motor Dani terdengar mendekat. Refleks, ia berdiri dan melangkah ke depan kaca, menatap pantulan dirinya.
361Please respect copyright.PENANAGtWMZpHwzw
Tangannya buru-buru merapikan rambut, lalu ia berhenti sejenak dan mengerutkan dahi. "Aduh, kenapa aku malah sibuk sendiri?" gumamnya, merasa aneh dengan tingkahnya sendiri.
361Please respect copyright.PENANAxaxw0UxVjV
Sesaat kemudian, Dani turun dari motor dengan wajah penuh noda kotoran, bajunya pun masih belepotan. Begitu melihat keadaannya, Rina tak bisa menahan tawa. Untuk pertama kalinya, suara tawanya terdengar begitu lepas.
361Please respect copyright.PENANATRedECTmox
"Astaga, Dani! Kamu mirip hantu gorong-gorong!" ujarnya sambil terkekeh.
361Please respect copyright.PENANActAmgr1Pts
Dani hanya cengengesan, merasa sedikit malu tapi juga senang melihat Rina tertawa. "Iya nih, Bu. Saya langsung disuruh ke sini tanpa sempat mandi. Jadi, Bu Rina ada perlu apa?"
361Please respect copyright.PENANAJ7vG1SeMr5
Rina masih tersenyum kecil sebelum akhirnya menjelaskan bahwa atap rumahnya sudah mulai rapuh dan ia juga berencana merenovasi sedikit warungnya agar lebih nyaman. Dani mendengarkan dengan saksama, lalu mengangguk.
361Please respect copyright.PENANABNZmqCuiir
"Bisa, Bu. Tapi kalau atapnya, saya ajak Bapak juga ya? Soalnya kalau saya sendirian, bakal butuh waktu lama."
361Please respect copyright.PENANAKD8k7sNXJe
Rina mengangguk setuju. "Boleh, kalau begitu aku percayakan pada kalian."
361Please respect copyright.PENANAvVJAYmMr2a
__________
361Please respect copyright.PENANAIQuPrqcH6n
Selama dua minggu berikutnya, Dani dan ayahnya bekerja keras memperbaiki atap dan merapikan warung Rina. Panas terik dan lelah tak membuat mereka mengeluh, dan itu semakin membuka mata Rina.
361Please respect copyright.PENANAR71xrrs4Td
Dani benar-benar pemuda yang tulus. Ia tak pernah menunjukkan gelagat ingin mengambil keuntungan dari bantuannya. Tidak seperti kebanyakan laki-laki yang hanya datang mendekat jika ada maunya.
361Please respect copyright.PENANAzj0C02SlL0
Perlahan, warung Rina semakin kokoh dan rapi, bersamaan dengan hatinya yang makin luluh. Setiap kali melihat Dani bekerja tanpa mengeluh, Rina semakin yakin—pemuda itu berbeda.
361Please respect copyright.PENANAEDg3Z0VKis
Jika sebelumnya ia masih mencoba menyangkal, kini ia tak bisa lagi menolak kenyataan. Ada sesuatu yang tumbuh di hatinya. Sesuatu yang hangat, lembut, dan tak lagi bisa ia abaikan.
361Please respect copyright.PENANANh6gdx1stC
Setiap senyum Dani, setiap tatapan penuh ketulusan itu, membuatnya semakin yakin bahwa perasaan ini nyata.
361Please respect copyright.PENANAai8GGnS6Zc
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Rina membiarkan hatinya merasakan cinta lagi.
361Please respect copyright.PENANAAXNbqMM9v9
___________
361Please respect copyright.PENANArmzt1nFJO2
Saat pekerjaan hampir selesai, tiba-tiba ayah Dani mendapat panggilan untuk menghadiri kegiatan desa.
361Please respect copyright.PENANAP1RrIoDGoD
"Dani, Bapak harus pergi sebentar ke balai desa. Kamu lanjutkan saja sisa-sisanya, ya. Tinggal sedikit lagi kok," ujar sang ayah sebelum bergegas pergi.
361Please respect copyright.PENANAL6K3wYmO3E
Dani mengangguk santai. "Iya, Pak. Biar saya selesaikan."
361Please respect copyright.PENANAg3fXESlQFp
Melihat Dani yang kini bekerja sendirian, Rina merasa tidak enak jika hanya diam saja. Ia pun masuk ke dalam rumah, lalu tak lama kemudian keluar membawa dua cangkir kopi panas dan sepiring gorengan.
361Please respect copyright.PENANAAovcDqEyCa
"Dani, istirahat dulu. Minum kopi sama makan gorengan dulu, biar nggak capek banget," katanya sambil meletakkan nampan di atas meja kecil di teras.
361Please respect copyright.PENANAYYGbX1vA9E
Dani yang memang sudah mulai kelelahan langsung menyambut dengan senang hati. "Wah, pas banget, Bu. Tenggorokan saya udah kering dari tadi."
361Please respect copyright.PENANAtDN8smjRxp
Dani duduk di bangku kayu, meniup kopi panasnya, sementara Rina ikut duduk di seberangnya. Ia menyandarkan tubuhnya, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus di halaman rumahnya.
361Please respect copyright.PENANAU7e4GPp2eq
"Kamu nggak capek kerja terus, Dani?" tanya Rina, membuka obrolan.
361Please respect copyright.PENANApB57SJzspv
Dani menyesap sedikit kopinya sebelum menjawab, "Capek sih, Bu. Tapi kalau sudah terbiasa, ya dijalanin aja. Lagian, saya juga senang kerja kayak gini. Rasanya puas kalau bisa bantu orang."
361Please respect copyright.PENANAiuduGzEP8h
Rina tersenyum kecil. "Kamu memang beda dari laki-laki lain, Dani."
361Please respect copyright.PENANAYGars0zjSR
Dani mengangkat alis. "Beda gimana, Bu?"
361Please respect copyright.PENANALps5CVrbkv
Rina menghela napas pelan, lalu menatap Dani dengan lembut. "Banyak laki-laki yang membantu karena ada maunya. Tapi kamu? Kamu tulus. Itu yang bikin aku..."
361Please respect copyright.PENANAxyt3pcehVx
Rina langsung menghentikan kalimatnya. Hampir saja ia keceplosan mengungkapkan isi hatinya.
361Please respect copyright.PENANAtGl9Ui83Pu
Dani yang tidak menyadari perubahan ekspresi Rina hanya tertawa kecil. "Ah, Bu Rina terlalu baik. Saya cuma melakukan apa yang saya bisa."
361Please respect copyright.PENANAF6CuuO4r86
Rina ikut tersenyum, tetapi dalam hatinya, ia tahu—perasaan ini sudah semakin sulit untuk dihindari.
361Please respect copyright.PENANAYMaG5sSF1x
Ia menyeruput kopinya pelan, menatap Dani yang masih lahap mengunyah gorengan. Sebenarnya, ia ingin tahu lebih banyak tentang pemuda ini. Selama ini, ia hanya mengenal Dani dari cerita orang-orang atau sekilas dari ibunya.
361Please respect copyright.PENANAAn3iyIyo2I
"Dani, boleh tanya sesuatu?" ujar Rina akhirnya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.
361Please respect copyright.PENANAO1CpwORJwh
Dani menoleh sambil mengunyah. "Tentu, Bu. Mau tanya apa?"
361Please respect copyright.PENANAikEwHwMtRk
Rina tersenyum tipis, menaruh cangkir kopinya ke meja. "Kamu kan sempat kuliah di ibu kota, ya? Gimana rasanya hidup di sana?"
361Please respect copyright.PENANAhxxKIlvIFY
Dani menyandarkan punggungnya ke kursi kayu, lalu menghela napas panjang. "Seru sih, Bu. Tapi juga melelahkan. Semua orang sibuk, semuanya cepat. Kadang kangen juga sama rumah."
361Please respect copyright.PENANAZD5Wrd8Tmk
Rina terdiam sejenak. Ada sesuatu dari jawaban Dani yang membuat hatinya semakin hangat.
361Please respect copyright.PENANAshauSXxcwt
Ia menundukkan pandangannya ke cangkir kopi di tangannya. Perlahan, dengan jemari yang sedikit gemetar, ia mengangkat cangkir itu ke bibirnya dan menyeruput pelan.
361Please respect copyright.PENANAmNo736SFdq
Kopi itu pahit, tapi ada kehangatan di dalamnya.
361Please respect copyright.PENANAZiLGJlwtCi
Dan saat itu juga, Rina sadar—perasaan ini nyata.
361Please respect copyright.PENANAijAPBAxUUo
Ia jatuh cinta.
361Please respect copyright.PENANA1ux3soUh5Y
Dan kali ini, ia tak akan menyangkalnya.
361Please respect copyright.PENANAzGphsct9lx