
442Please respect copyright.PENANAWomY7r7igt
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
442Please respect copyright.PENANAR6nUKAs8Ga
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
442Please respect copyright.PENANAj5lRMN4M9a
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
442Please respect copyright.PENANAM35lmLUquu
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
442Please respect copyright.PENANA22UwGT4esx
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
442Please respect copyright.PENANAXyRaOwsoJb
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
442Please respect copyright.PENANAfQnfKivWln
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
442Please respect copyright.PENANADJAVLqlRIy
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
442Please respect copyright.PENANARW2y5aCWvR
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
442Please respect copyright.PENANAuMymVhiRNg
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
442Please respect copyright.PENANAX8faWwPYs6
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
442Please respect copyright.PENANAYZgPsBhXvN
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
442Please respect copyright.PENANAE385WLmxJd
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
442Please respect copyright.PENANAZziq3Y5ByE
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
442Please respect copyright.PENANAUJvjzxFQvB
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
442Please respect copyright.PENANAunAG58DVYl
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
442Please respect copyright.PENANA8O27KatFdQ
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
442Please respect copyright.PENANA7fEnYcoFUy
"Bu Rina?"
442Please respect copyright.PENANAPaaEbhxY1x
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
442Please respect copyright.PENANAe8lI1sCaAZ
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
442Please respect copyright.PENANAx6RokQQ0ds
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
442Please respect copyright.PENANA7uAnv9ztSL
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
442Please respect copyright.PENANA06eTsq1QfC
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
442Please respect copyright.PENANAoIBCTnFtPP
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
442Please respect copyright.PENANAwUdzECzYm4
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
442Please respect copyright.PENANAgVI20nNxJK
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
442Please respect copyright.PENANAfkyqps2age
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
442Please respect copyright.PENANAwbFhP38IJM
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
442Please respect copyright.PENANAlLAOLGqlgY
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
442Please respect copyright.PENANAEy0Id6Txwz
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
442Please respect copyright.PENANArElbB5U5cc
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
442Please respect copyright.PENANASdKZoG20H2
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
442Please respect copyright.PENANAoLrOkcJWRV
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
442Please respect copyright.PENANAFx9ZThV4uB
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
442Please respect copyright.PENANAf84ySQXL1x
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
442Please respect copyright.PENANAxB9VsaRajL
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
442Please respect copyright.PENANAjqevlC84g8
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
442Please respect copyright.PENANAPsywCD2v0I
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
442Please respect copyright.PENANAM69dkSOfS3
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
442Please respect copyright.PENANApmh3OjToJS
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
442Please respect copyright.PENANAGpqQFvcyFr
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
442Please respect copyright.PENANA1HlPNN6Hr4
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
442Please respect copyright.PENANAH0h6iCx89y
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
442Please respect copyright.PENANADqsyUgnrV5
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
442Please respect copyright.PENANAxZJvBGQmU7
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
442Please respect copyright.PENANAZTS09rZW4N
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
442Please respect copyright.PENANA1YXLRInSBO
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
442Please respect copyright.PENANAEMwqT059mi
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
442Please respect copyright.PENANAy7QpZxKvzO
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
442Please respect copyright.PENANAsKSXuRlmPS
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
442Please respect copyright.PENANA9Xhw6SUV3Y
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
442Please respect copyright.PENANAJZcGb6v4rM
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
442Please respect copyright.PENANAb1EEJypI1o
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
442Please respect copyright.PENANA5GZWCgJQ7o
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
442Please respect copyright.PENANArgEx5YnbDc
Begitu saja?
442Please respect copyright.PENANAJBTpC3ibOu
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
442Please respect copyright.PENANAcMINrxCBJJ
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
442Please respect copyright.PENANAkbRNBKBZsV
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
442Please respect copyright.PENANAMJ7IhRbA1I
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
442Please respect copyright.PENANA5nyT5n8HCj
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
442Please respect copyright.PENANAaEsaAJu6Jx
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
442Please respect copyright.PENANA4ignTSNHQh
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
442Please respect copyright.PENANA3tfo1uygyD
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
442Please respect copyright.PENANAfA2tlO39jd
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
442Please respect copyright.PENANAlQQTMxOq7L
Malam itu begitu sunyi.
442Please respect copyright.PENANA8QVjCxI8Jh
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
442Please respect copyright.PENANAQO05fjrHar
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
442Please respect copyright.PENANAidh4cVF7z3
Sejak kapan perasaan ini muncul?
442Please respect copyright.PENANAXoTv3HyTU8
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
442Please respect copyright.PENANAP0dK33Lyso
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
442Please respect copyright.PENANAyMhNm91XkB
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
442Please respect copyright.PENANAeM1qNOBuxn
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
442Please respect copyright.PENANAa4XFcDtNpl
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
442Please respect copyright.PENANAhxk8Sbmz8r
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
442Please respect copyright.PENANAH8kf8WjYrX
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
442Please respect copyright.PENANAim34VDoGWn
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns 15.158.61.36da2