# 4 Makin Terbuai
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.104Please respect copyright.PENANAZpwCe9P03u
104Please respect copyright.PENANACLG4VGW9ko
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.104Please respect copyright.PENANAgLA4QG6gGt
104Please respect copyright.PENANA2gUZbkTYty
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.104Please respect copyright.PENANAPWdSIl7yVV
104Please respect copyright.PENANAv6RnwHvDVq
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.104Please respect copyright.PENANA2UXzvS7G3u
104Please respect copyright.PENANAmapbLDDotT
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.104Please respect copyright.PENANA1h6bCaUK1u
104Please respect copyright.PENANAdduhs9NhJX
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.104Please respect copyright.PENANAOA4SuAI3ao
104Please respect copyright.PENANAspZmdSLHWv
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.104Please respect copyright.PENANALMjgxUyZHC
104Please respect copyright.PENANAoZulpuppFB
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.104Please respect copyright.PENANACjiaKlf65G
104Please respect copyright.PENANAnB4oRe7Q9Y
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.104Please respect copyright.PENANA94kPt5kbav
104Please respect copyright.PENANAruJhELTwCM
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.104Please respect copyright.PENANAePo8JEPhRz
104Please respect copyright.PENANAzFk7axjYaP
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.104Please respect copyright.PENANA5EzjLYXkr8
104Please respect copyright.PENANACXxb4JxmEn
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”104Please respect copyright.PENANALG1x5MPNjA
104Please respect copyright.PENANAE4T4ueI3c9
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”104Please respect copyright.PENANA3De6tmZKEB
104Please respect copyright.PENANAhn16hoyxNB
“iya, sayang,” kata Fajar.104Please respect copyright.PENANAMQsXvIBGvR
104Please respect copyright.PENANArJr3ornAS0
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.104Please respect copyright.PENANAD1sz7XfTFI
104Please respect copyright.PENANADQtEs3VRHS
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.104Please respect copyright.PENANAHmxp0LXviw
104Please respect copyright.PENANAJ7afA2Wx9Q
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.104Please respect copyright.PENANAHlVDYNRccB
104Please respect copyright.PENANA3zeUBv3zei
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”104Please respect copyright.PENANA6AH50TdMQi
104Please respect copyright.PENANAnu8WD0yh4E
“Ngobrol aja di ruang tamu.”104Please respect copyright.PENANAATQHsNaAIJ
104Please respect copyright.PENANAt2fPpytg9d
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.104Please respect copyright.PENANAHPccczCkA7
104Please respect copyright.PENANA3Ye94lpPUI
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.104Please respect copyright.PENANAaIOJoZfTvc
104Please respect copyright.PENANAe3MSj9EKms
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.104Please respect copyright.PENANAcLNWeC4y04
104Please respect copyright.PENANA7d0MNh7iOf
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.104Please respect copyright.PENANAzSmtavaUCq
104Please respect copyright.PENANAxKNGcb8u5o
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.104Please respect copyright.PENANAym1NbyhBVg
104Please respect copyright.PENANAWYoEhR4Rtn
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.104Please respect copyright.PENANAq0uCI7YHIL
104Please respect copyright.PENANARB2zMuKq0m
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.104Please respect copyright.PENANA7Mb8hXSBum
104Please respect copyright.PENANAAivyrSVarN
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.104Please respect copyright.PENANAOGsl6uuGi5
104Please respect copyright.PENANAreLN9roUOd
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.104Please respect copyright.PENANApHcyDKp25b
104Please respect copyright.PENANA9d3qudWm2M
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.104Please respect copyright.PENANArKoSfoTaQ1
104Please respect copyright.PENANAu8ay3ef3Vb
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.104Please respect copyright.PENANAxQRNanXXRN
104Please respect copyright.PENANA93MQ4Sg6XB
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.104Please respect copyright.PENANAV26ep6l7ST
104Please respect copyright.PENANAVYnl8UUu4F
“Ke mana?”104Please respect copyright.PENANAprQDorBc2Z
104Please respect copyright.PENANAtHqTfIjsaI
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”104Please respect copyright.PENANAsOPKOG3oRJ
104Please respect copyright.PENANAw4RRb5HuEZ
“Tante ikut aja, sih.”104Please respect copyright.PENANAWyGRHNeu52
104Please respect copyright.PENANAfZRYJ2WsvB
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”104Please respect copyright.PENANALlHQAZbjqH
104Please respect copyright.PENANAnsGEwSRA7n
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.104Please respect copyright.PENANAOEIOTASkjC
104Please respect copyright.PENANALcJDsBpHqO
“Tan?” tanyanya lagi.104Please respect copyright.PENANAVk9qTgbY4a
104Please respect copyright.PENANAmKvDBN1jT5
Aku ragu untuk menjawab iya.104Please respect copyright.PENANAPc2qxFAvkL
104Please respect copyright.PENANAWSNKTBEt43
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.104Please respect copyright.PENANA98Fe8DSoiT
104Please respect copyright.PENANAFqBkHWwRFM
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.104Please respect copyright.PENANAYSbzjW4QQl
104Please respect copyright.PENANANEAzwBLLnv
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”104Please respect copyright.PENANAwoM20AAYsD
104Please respect copyright.PENANAAH20NgW1Ej
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.104Please respect copyright.PENANAIrYqayJSvz
104Please respect copyright.PENANAxPHH3nEbW7
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.104Please respect copyright.PENANAIRsor3nsZR
104Please respect copyright.PENANAuIYnsHQ623
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.104Please respect copyright.PENANAJDoSTHiuwP
104Please respect copyright.PENANAvcTyVcWeWg
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.104Please respect copyright.PENANAbPbPMr55Vk
104Please respect copyright.PENANA94f6IXBmaD
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.104Please respect copyright.PENANAIeHMfjhjap
104Please respect copyright.PENANAWDO6QmIcHN
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.104Please respect copyright.PENANAWsj1RcyEH4
104Please respect copyright.PENANAK0u1gqe5kV
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.104Please respect copyright.PENANA0g6gQDdzN6
104Please respect copyright.PENANAzCMBowernd
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.104Please respect copyright.PENANAaCJzTyWxUf
104Please respect copyright.PENANAGo4tzbS3bN
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.104Please respect copyright.PENANAtlMQo0RPj1
104Please respect copyright.PENANAPnfiVgBF4v
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.104Please respect copyright.PENANAgF218TSX94
104Please respect copyright.PENANAsBDFHRzPnj
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.104Please respect copyright.PENANA3jHia4MERB
104Please respect copyright.PENANAeUNAguLXWj
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”104Please respect copyright.PENANATk1bZozPb0
104Please respect copyright.PENANAgXwj4kX1nt
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.104Please respect copyright.PENANA1zISNlGJko
104Please respect copyright.PENANA8MokLsCLNy
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.104Please respect copyright.PENANAi2cIQlJcly
104Please respect copyright.PENANA0lxRbiU7kJ
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.104Please respect copyright.PENANA9KwQTi1Nz6
104Please respect copyright.PENANAnL7Ir06H4s
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.104Please respect copyright.PENANA7U3NK2uoAn
104Please respect copyright.PENANAqwXkbUr3y5
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.104Please respect copyright.PENANA269Js36v66
104Please respect copyright.PENANAz5neDezqkv
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.104Please respect copyright.PENANAw8XZw1o4Pw
104Please respect copyright.PENANAq06HGj5iIw
***104Please respect copyright.PENANAQERI2K8tfz
104Please respect copyright.PENANAJOoCIsrpcc
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.104Please respect copyright.PENANAUmXyJpujUK
104Please respect copyright.PENANAqWV5ZYhWnN
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.104Please respect copyright.PENANA28EKKt04iV
104Please respect copyright.PENANA4Yd6reW5ZU
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.104Please respect copyright.PENANAgVHQGxDuyX
104Please respect copyright.PENANAdEkkTdtSW5
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”104Please respect copyright.PENANA2uyhKabbpM
104Please respect copyright.PENANAa2qsu3Corp
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”104Please respect copyright.PENANA4bVpjabZuJ
104Please respect copyright.PENANAtZ4NAv4ZBX
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”104Please respect copyright.PENANAXlRq0hJcEs
104Please respect copyright.PENANAQnQMouQlNI
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”104Please respect copyright.PENANAN2sJRlslwh
104Please respect copyright.PENANAS6vaan2rcy
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”104Please respect copyright.PENANADWt8r3GPuT
104Please respect copyright.PENANAFlTSeNwHLP
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”104Please respect copyright.PENANAbfudzlwIp4
104Please respect copyright.PENANArFsNqjf45L
Aku menggangguk antusias.104Please respect copyright.PENANAKiflLf6RpZ
104Please respect copyright.PENANASj4awcRa7V
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.104Please respect copyright.PENANA2oHjSfs7Jg
104Please respect copyright.PENANAEEBl03gK55
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.104Please respect copyright.PENANA4jE5AZOWAr
104Please respect copyright.PENANAaKAbXa9fa3
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”104Please respect copyright.PENANAFNGpz0VgOB
104Please respect copyright.PENANAGpOFXBharI
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”104Please respect copyright.PENANAQfYbp55ETx
104Please respect copyright.PENANAH9U4onN3xL
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.104Please respect copyright.PENANAy44sngTuWF
104Please respect copyright.PENANAjkXDfx7Otd
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.104Please respect copyright.PENANA3k5gwdVh2G
104Please respect copyright.PENANABCamNOsX5r
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.104Please respect copyright.PENANAEWqnXiofMC
104Please respect copyright.PENANAS4nqCXbgi7
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.104Please respect copyright.PENANAIOWyYeHRyf
104Please respect copyright.PENANA67tAtZwFZc
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.104Please respect copyright.PENANAhJ6A9w6llr
104Please respect copyright.PENANA6wDMN4WK3M
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.104Please respect copyright.PENANAv1H4ox2gE9
104Please respect copyright.PENANAqtfoJKzdip
“Kenapa?” tanyaku.104Please respect copyright.PENANA9yFeJecf2u
104Please respect copyright.PENANAjz2Iv2mROX
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.104Please respect copyright.PENANAEM5O7eWiJb
104Please respect copyright.PENANAxTswSWeuGW
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”104Please respect copyright.PENANABDTIngfBEw
104Please respect copyright.PENANA75Pp7oZaTL
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”104Please respect copyright.PENANAvCe5ftlhwK
104Please respect copyright.PENANAzOFsDKAfin
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.104Please respect copyright.PENANAfjwEF3ObkN
104Please respect copyright.PENANAUHAoR0Mpdm
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.104Please respect copyright.PENANApsHlOuvoPm
104Please respect copyright.PENANArK8b2Ybh1r
***104Please respect copyright.PENANAj1stkwNOTq
104Please respect copyright.PENANAe04KeGJKw5
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.104Please respect copyright.PENANATdNgX6jwMx
104Please respect copyright.PENANAbvOoRSjurV
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.104Please respect copyright.PENANAyPwSBmcsG8
104Please respect copyright.PENANAP7v9Sd5rJT
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.104Please respect copyright.PENANAr0GrgKPJAJ
104Please respect copyright.PENANAdzk56hy0wV
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.104Please respect copyright.PENANAzrUByGrBCm
104Please respect copyright.PENANAgSwbwHozcQ
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.104Please respect copyright.PENANAz50VTvhhSn
104Please respect copyright.PENANAYYGNmLohsK
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.104Please respect copyright.PENANAsQ3UrdPtIX
104Please respect copyright.PENANAhKdM1EurQx
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.104Please respect copyright.PENANAZfkp1DfhAQ
104Please respect copyright.PENANAlQUgTmDdgZ
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.104Please respect copyright.PENANAMAujz68SJv
104Please respect copyright.PENANArcX5jYh5UH
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.104Please respect copyright.PENANAibpQm951RK
104Please respect copyright.PENANAAiNWjvjiKi
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.104Please respect copyright.PENANAMxocCPzmdp
104Please respect copyright.PENANAeUdOHzkzIa
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.104Please respect copyright.PENANA3UuQJ8g7R9
104Please respect copyright.PENANAin9Lm3Nh6Z
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.104Please respect copyright.PENANAA5FUeddGDx
104Please respect copyright.PENANAVmnrZq1AZY
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.104Please respect copyright.PENANAtASQ8GWQJY
104Please respect copyright.PENANA0sx8HOaAE6
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.104Please respect copyright.PENANAnkpaWrPEFI
104Please respect copyright.PENANAB4vKcvZ63Y
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”104Please respect copyright.PENANAqoQONcvcyG
104Please respect copyright.PENANAvgu3S1ssA6
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.104Please respect copyright.PENANAnUmyu0K3Tt
104Please respect copyright.PENANAp9Ygy7a8dC
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.104Please respect copyright.PENANAWG6RcqGnR4
104Please respect copyright.PENANAd3I53Pp2FL
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.104Please respect copyright.PENANA8CfLvIYZI1
104Please respect copyright.PENANAuJlX994IGp
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.104Please respect copyright.PENANAapP5hTwQjJ
104Please respect copyright.PENANA3BLx4MLvtb
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.104Please respect copyright.PENANAmNseYaTPsL
104Please respect copyright.PENANAcY71QSZg7d
Aku tersenyum, “Iya, pak.”104Please respect copyright.PENANAEfskkIGeid
104Please respect copyright.PENANAGhmjjZ9NwI
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.104Please respect copyright.PENANAB5zyDJUfDK
104Please respect copyright.PENANAoJe6oxHJLm
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.104Please respect copyright.PENANACUgqXpg2Pp
104Please respect copyright.PENANAjfsgPk5Kci
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.104Please respect copyright.PENANAdhXFg5ItzO
104Please respect copyright.PENANA74vGkdCwQs
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.104Please respect copyright.PENANAlkVjoDB8Xs
104Please respect copyright.PENANAsuLSd4KdSh
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.104Please respect copyright.PENANAhxZKq5DpbP
104Please respect copyright.PENANASlAUvPyCVv
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.104Please respect copyright.PENANALtrL908C4G
104Please respect copyright.PENANAxn1Xb832vF
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.104Please respect copyright.PENANAwrDBfUhW6t
104Please respect copyright.PENANAW89GDzTukE
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.104Please respect copyright.PENANAhGWvN6rWEa
104Please respect copyright.PENANAaxyegfUuWe
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.104Please respect copyright.PENANAaK2A7HEO1o
104Please respect copyright.PENANA3Ls7pr3Z6q
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.104Please respect copyright.PENANAQwtq883oB5
104Please respect copyright.PENANAKFO0pzRx2Q
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.104Please respect copyright.PENANAr908ZWCDkR
104Please respect copyright.PENANAzx953cbWdH
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.104Please respect copyright.PENANA8Pst1ZZg2N
104Please respect copyright.PENANApbhY1dUacP
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.104Please respect copyright.PENANAyrX48QvHJH
104Please respect copyright.PENANA8dJLJltBVL
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”104Please respect copyright.PENANAhkorcpBXEg
104Please respect copyright.PENANAA6Y0W9Nx32
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.104Please respect copyright.PENANA1C1LJMXavt
104Please respect copyright.PENANAQ37dYz26b0
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.104Please respect copyright.PENANAR7wXjiC0am
104Please respect copyright.PENANAAh2UmOIrcX
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.104Please respect copyright.PENANACeq4yt8FXN
104Please respect copyright.PENANAOZL055yWPi
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.104Please respect copyright.PENANA9KYTmZWnNu
104Please respect copyright.PENANAQK3E2XFEn4
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.104Please respect copyright.PENANA4gkFEoCZoM
104Please respect copyright.PENANAM6YeRHvEka
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.104Please respect copyright.PENANAQbHGqPGZTQ
104Please respect copyright.PENANAo7nuTIDaaT
Aku membalas dengan tersenyum lebar.104Please respect copyright.PENANAYHjYb4rt8H
104Please respect copyright.PENANA45cd1MLTUw
***104Please respect copyright.PENANApafizawRCQ
104Please respect copyright.PENANAaQ0MNz637J
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.104Please respect copyright.PENANAiI08daY0CV
104Please respect copyright.PENANASqnnHuTYeg
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.104Please respect copyright.PENANA5pkYzv3eE5
104Please respect copyright.PENANA23TSMOORKD
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.104Please respect copyright.PENANA4B6GTBiuzm
104Please respect copyright.PENANAMV4HiGl7JR
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.104Please respect copyright.PENANAg3t3Y3IF2G
104Please respect copyright.PENANAuoMSjs770i
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.104Please respect copyright.PENANAa5qzUVKNM3
104Please respect copyright.PENANAlTanLZ3yRh
“Masih lama, Jar?” tanyaku.104Please respect copyright.PENANAJqSC9romS7
104Please respect copyright.PENANARe5ts4jrSU
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.104Please respect copyright.PENANA3149GgHb7K
104Please respect copyright.PENANAuKUYFy2FPv
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.104Please respect copyright.PENANAckYqrDXU5u
104Please respect copyright.PENANAmSN60dCObL
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.104Please respect copyright.PENANATx6gTEbRMz
104Please respect copyright.PENANAsRbrWP1DG3
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.104Please respect copyright.PENANAEPZBZqQEVC
104Please respect copyright.PENANA2F5GaPShqL
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.104Please respect copyright.PENANABrABGkohnN
104Please respect copyright.PENANAfN0oKNvO4D
“Perlengkapan buat piknik.”104Please respect copyright.PENANAi44v8rOn3h
104Please respect copyright.PENANAwNjLIzcKdM
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.104Please respect copyright.PENANAR8RBsCYTXK
104Please respect copyright.PENANAs8Dc3QtoqL
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.104Please respect copyright.PENANAlguxF2GdJZ
104Please respect copyright.PENANAsiZFMgDGAt
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.104Please respect copyright.PENANAp6bPV18XDa
104Please respect copyright.PENANAJauoj0Fr6L
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.104Please respect copyright.PENANAX5S9ctnVeU
104Please respect copyright.PENANAGjbJw9lue1
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.104Please respect copyright.PENANAQ3Gk0CQamI
104Please respect copyright.PENANA2TPkRFLj42
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.104Please respect copyright.PENANAE85AIihUuN
104Please respect copyright.PENANARvM9l8zIY0
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.104Please respect copyright.PENANA30PflyJ0NU
104Please respect copyright.PENANAnu0JqJNXVf
“Kamu excited banget, Jar.”104Please respect copyright.PENANAC12plPYsJD
104Please respect copyright.PENANAN7MhsP4dQt
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.104Please respect copyright.PENANAPQXmMnxD2i
104Please respect copyright.PENANApWKwy1nfyO
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.104Please respect copyright.PENANAenw0HHnSit
104Please respect copyright.PENANAl7VRKTQYLC
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.104Please respect copyright.PENANAFaaPODxnmq
104Please respect copyright.PENANAgGG6QIGeiS
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.104Please respect copyright.PENANAm8W57mc4Wq
104Please respect copyright.PENANAwvEqljsVio
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.104Please respect copyright.PENANAYR4EeDk6Ve
104Please respect copyright.PENANATb5Y61eQat
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.104Please respect copyright.PENANAdhxy9i8yzQ
104Please respect copyright.PENANAQZVFBj3q3H
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.104Please respect copyright.PENANAqBFl7QPZ5V
104Please respect copyright.PENANAtacDuiMgdG
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.104Please respect copyright.PENANAG21YCz4Do8
104Please respect copyright.PENANArQdLqIcXER
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.104Please respect copyright.PENANAhhwTPFFH0H
104Please respect copyright.PENANAX2ePo1pISb
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.104Please respect copyright.PENANASNF0o0wVng
104Please respect copyright.PENANAKWOKFfAZJ9
“Assamulaikum, bi,” kataku.104Please respect copyright.PENANAjWMDrGnFt8
104Please respect copyright.PENANAVBsnszu291
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”104Please respect copyright.PENANAdOPuthucPZ
104Please respect copyright.PENANAGug2yXFElf
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.104Please respect copyright.PENANA8HLpwAniuS
104Please respect copyright.PENANAXzkTnM4QJi
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.104Please respect copyright.PENANAqjKggf07xK
104Please respect copyright.PENANAau4B3a7lw7
“Umi kenapa?”104Please respect copyright.PENANAMTolLazGoJ
104Please respect copyright.PENANA8mz6umgP2b
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.104Please respect copyright.PENANAxGry9HExg3
104Please respect copyright.PENANA8Upp7sXZzM
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.104Please respect copyright.PENANATFggW6Exk5
104Please respect copyright.PENANA8iYKbnszPg
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”104Please respect copyright.PENANAQ3aa6Hzdvw
104Please respect copyright.PENANAD5OZBSBFlc
“Iya, bi,” jawabku singkat.104Please respect copyright.PENANAvGQ90QTilY
104Please respect copyright.PENANAedV4DHBwAh
“Umi mau oleh-oleh, apa?”104Please respect copyright.PENANAYKuUqnEdH9
104Please respect copyright.PENANAHSVSJaul3t
“Terserah, bi.”104Please respect copyright.PENANAxrmidvf9uY
104Please respect copyright.PENANAxQnh65TpJk
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.104Please respect copyright.PENANAzF1yXPxUyR
104Please respect copyright.PENANA3BTT1nP6i0
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.104Please respect copyright.PENANAlOs5t5uVdZ
104Please respect copyright.PENANAdzduHZOhBh
“Umi?”104Please respect copyright.PENANAgSs0p1Rcvl
104Please respect copyright.PENANACqlbyOVxge
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.104Please respect copyright.PENANAHOGNIgS2Q9
104Please respect copyright.PENANA5Eng663aMI
“Umi gak denger abi ngomong apa dari tadi?”104Please respect copyright.PENANAZ6q46xp37l
104Please respect copyright.PENANAcHdaYibw4u
“Umi lagi fokus makan, bi. Maaf, ya.”104Please respect copyright.PENANAW3WHtEfmQk
104Please respect copyright.PENANA9PiZlHexMs
“Maaf, mi. Kalau gitu Abi matiin, ya?”104Please respect copyright.PENANAAfFl1S5uhE
104Please respect copyright.PENANAcMUpWdBnd9
“Iya, bi,” kataku dan langsung mematikan telepon tanpa mengucapkan sepatah salam.104Please respect copyright.PENANA3uTNZuHct7
104Please respect copyright.PENANAup1KLg6wsP
Fajar semakin gencar meremas buah dadaku.104Please respect copyright.PENANA3GGUojcDbZ
104Please respect copyright.PENANAjevpWz8AD8
“Empshh…, Jar…, ihh…., udah…,” terdengar desah ketika aku berkata.104Please respect copyright.PENANAkAUbirhNon
104Please respect copyright.PENANAGPSxsBMsmb
Fajar berhenti sejenak. “Tan, boleh cium lehernya?” ia menatapku.104Please respect copyright.PENANACxyD7mC5IH
104Please respect copyright.PENANApJ59jxjqwZ
Aku menggeleng. Menolak. Tapi, Fajar kekeuh dan terus meminta. Pada akhirnya, seperti yang sudah dan yang berlalu, aku mengiyakan dan mengganguk pelan.104Please respect copyright.PENANAGCk9PZEBBP
104Please respect copyright.PENANA0rAHPAeerl
Seketika bola matanya berbinar. Ia singkap jilbabku sedikit ke atas.104Please respect copyright.PENANAnr8uMuz90R
104Please respect copyright.PENANAyJhi4IRA1a
“Empss…,” aku melenguh pelan, merasakan lidahnya menjilati leherku. Rasa geli dan juga gairah bercampur ketika ludahnya membasuh leherku.104Please respect copyright.PENANAhgE3pUZ4mF
104Please respect copyright.PENANASRGsPLkwkL
Aku memejamkan mata. Lidahnya semakin gencar.104Please respect copyright.PENANAC0A9I7dQ4A
104Please respect copyright.PENANAZrHIv3VNDK
“Aw…, Jar, ih, jangan di kasih tanda.” Aku menahan pelan kepalanya agar tak melanjutkan gigitannya.104Please respect copyright.PENANAhRRDo9npxA
104Please respect copyright.PENANAG13Cu4EB7N
Lama-kelamaan aku merasakan gairahku bangkit. Aku bisa merasakan kemaluanku terasa lembab. Bersamaan dengan itu, Fajar terus saja memberi tanda di leherku. Satu-dua gigitan kecil ia layangkan, membuatku meringis kecil.104Please respect copyright.PENANADfpU7wSOxu
104Please respect copyright.PENANACfH6SszKZA
Merasa bosan, Fajar berpindah ke sisi satunya. Giliran sisi satunya ia kasih tanda. Ludah-ludahnya bisa kurasakan mengaliri leherku bagai sawah yang dialiri air oleh sang petani.104Please respect copyright.PENANA3Nu29P1KlL
104Please respect copyright.PENANAxxlu5AA77w
Aku bisa menebak pastilah leherku memerah. Tapi, aku tidak terlalu takut, sebab, merah itu akan hilang beberapa hari kemudian.104Please respect copyright.PENANAMvTP8dqKzN
104Please respect copyright.PENANANB9qkp8pCk
Mendadak tubuhku seperti dialuri listrik. “Jar…, empsh…, jangan di situ.” Aku mendorong pelan tangannya yang mengelus kemaluanku dari balik gamis.104Please respect copyright.PENANAYhzn2HdcNF
104Please respect copyright.PENANAJX0OqRyCYr
“Jar, berhenti, gak!” Suaraku terdengar meninggi.104Please respect copyright.PENANAk4hChJIVUK
104Please respect copyright.PENANAG0NVgkiRPh
Sambil terus menjilati leherku, Fajar menarik kembali tangannya, berpindah meremas buah dadaku.104Please respect copyright.PENANA9J3yWlYP2a
104Please respect copyright.PENANA7z04coG83Y
“Empshh…,” aku melenguh pelan.104Please respect copyright.PENANAoziGznrcjk
104Please respect copyright.PENANAxBT3SnvPc1
Tak lama kemudian, Kegiatannya di leherku berakhir. Lekas kurapikan jilbabku yang terlihat berantakan.104Please respect copyright.PENANAH1DSlfvkOI
104Please respect copyright.PENANAOXrwJjZHvj
“Tan, maaf, ya lehernya aku merahin.” katanya tersenyum.104Please respect copyright.PENANAMJNgW3osuP
104Please respect copyright.PENANA0bN8tYExWn
“Ish…, gimana kalau bekasnya gak ilang?” aku memayunkan bibir.104Please respect copyright.PENANAEos6t2neYq
104Please respect copyright.PENANAAgfoOQnFdc
Fajar malah terkekeh sambil membenarkan posisi duduknya.104Please respect copyright.PENANAhaH7s7CCpL
104Please respect copyright.PENANAd6Oy3iGfFO
“Itu tanda cinta, tan,” lanjutnya. “Tapi, enak, kan?”104Please respect copyright.PENANAWr59S64M0e
104Please respect copyright.PENANAMWBd4TE75R
Aku tidak menjawab.104Please respect copyright.PENANAFxtA6sVgRp
104Please respect copyright.PENANAxpxf0HoWR4
“Enak, tan?” cercanya.104Please respect copyright.PENANAZYEPb1uVrQ
104Please respect copyright.PENANAlz2cJaIWrC
“Iya…, enak,” kataku akhirnya.104Please respect copyright.PENANAWJusYRahnH
104Please respect copyright.PENANAU9NMw9ujcg
Fajar tersenyum dan mengelus puncak kepalaku. Seketika kuerasakan pipiku memanas, tindakan romantisnya barusan berhasil membuatku salah tingkah.104Please respect copyright.PENANAcHRe5dnekW
104Please respect copyright.PENANAoN00DQF31k
Terdengar tawa dari suaranya. Agaknya ia mentertawakan tingkahku yang seperti remaja putri ketika sedang jatuh cinta. Kupukul pelan bahunya. Ia malah menarik tubuhku, dan aku kembali ambruk dalam peluknya.104Please respect copyright.PENANA80dzp4YR7o
104Please respect copyright.PENANAxyAbZcT3XB
Elusan tanganya di kepalaku terasa begitu hangat, ombak-ombak bagai sebuah iringan musik yang menemani kami berpaduh kasih. Aku melingkaran tanganku di pinggangnya. Erat.104Please respect copyright.PENANAuZicN6mSh6
104Please respect copyright.PENANAIwUsL3yKp1
Dalam dekapnya, aku merasa aman, seperti kalipertama ia bernyanyi kepadaku. “Ku aman ada bersamamu”. Aman, adalah sebuah rasa yang menurutku hadir atas perlakuan lembut yang penuh kasih. Yang hadir dan terasa nyata, begitulah aku memaknainya.104Please respect copyright.PENANAOMI1LP6Sr9
104Please respect copyright.PENANA28PDdxlfjK
Fajar telah membuatku terbang jauh mengarungi sesuatu yang belum pernah kurasakan. Sebelumnya aku belum pernah memeluk pria lain selain anakku dan suamiku, apalagi bercumbu. Dan ia, adalah yang pertama kalinya merenggut itu selain mereka yang pantas.104Please respect copyright.PENANAFbi4eoXsta
104Please respect copyright.PENANAvHRZsnbGn5
Kemudian Fajar meraih tangan kananku dan ia letakan di pahanya. Kami saling bertatapan, saling jatuh dalam pandangan satu sama lain. Daun-daun kelapa yang melindungi kami dari atas, terdengar berdesir. Terdengar merdu seperti syair Rumi.104Please respect copyright.PENANAXl9V3HarnD
104Please respect copyright.PENANAn7nrrILOwr
“Terus sama Fajar, ya, Tan.” Fajar mengusap punggung tanganku mesra.104Please respect copyright.PENANAaKIXMWoOHH
104Please respect copyright.PENANAx6Yhrqk9Gd
Aku mengganguk. “Iya, Jar,” kataku singkat.104Please respect copyright.PENANANZ5YNomxXk
104Please respect copyright.PENANAgtaQUoihSb
“Selamanya?”104Please respect copyright.PENANATQFuvIDbdK
104Please respect copyright.PENANAUhnP0l9emc
“Selamanya.”104Please respect copyright.PENANA1b2r8yjEiG
104Please respect copyright.PENANAFbjGw0rIl8
Dia tersenyum. aku balik tersenyum. Kali ini aku yang mendaratkan ciuman di bibirnya. Hanya sekedar ciuman tanpa lumatan. Cukup lama. Sampai pada akhirnya, ia berkata, “Tan, Fajar bakal usahain semaksimal mungkin untuk membuat tante nyaman; membuat tante terus bersama Fajar, selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu.”104Please respect copyright.PENANA1lDdf5Qt4c
104Please respect copyright.PENANA2YzudkJeh1
Aku terharu dan sedikit terkekeh. “sampai jadi tua?”, Aku sendiri sudah berumur 38 tahun, sudah cukup tua. Tapi, perkataannya barusan entah kenapa, mampu membuatku memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak pantas dipikirkan oleh ibu rumah tangga sekaligus istiri sepertiku.104Please respect copyright.PENANAUTVuZ4s250
104Please respect copyright.PENANAgW2DyuEgb6
Aku berfikir dan jatuh dalam sebuah khayal: bagaimana jika aku memulai hidup dengannya dalam artian adalah pernikahan. Apa yang terjadi? Apakah aku akan sebahagia ini atau malah lebih bahagia lagi? lantas sampai mana kami bisa bertahan? Apakah sampai kelak kami memilik cucu dari ketiga anak kami? Khayal itu sungguh terlampau jauh; sungguh terlampau nekat, dan; sungguh membuatku meringis getir.104Please respect copyright.PENANACqaJq1olnu
104Please respect copyright.PENANAAzzcG0qYC8
Andaikan aku lebih muda dan belum menikah, atau andaikan saja Fajar bertemuku terlebih dahulu daripada Dimas, mungkinkah aku akan hidup bersamanya?104Please respect copyright.PENANAxXrCNoZfYn
104Please respect copyright.PENANAJD3aqF6U6J
“Jar, Tante gak bisa memberi kamu kepastian tentang hubungan kita yang akan sampai mana.” Akhirnya aku mengungkapkan sesuatu yang selama ini ingin ku bahas dengannya.104Please respect copyright.PENANAETy9ZIOW9o
104Please respect copyright.PENANAH7JcdYn7lf
“Kenapa gak bisa, Tan? Tante bahagia kan sama Fajar? Seharusnya tante ikutin naluri tante sendiri. Tinggalin Om Dimas dan Adit, lalu hidup berdua dengan Fajar. Fajar memang gak punya banyak uang, tapi Fajar orangnya pekerja keras, kok. Tan.” Ia berkata tanpa jeda, suaranya terdengar pilu.104Please respect copyright.PENANAH2rGpmAt5c
104Please respect copyright.PENANAA8g09nZc4h
“Jar,” aku menatapnya dalam. “Kehidupan kamu masih panjang, kamu ganteng, pintar, pekerja keras. Apa yang kamu harapkan dari perempuan tua seperti tante. Masa depan yang indah menanti kamu, Jar. Untuk sekarang, tante akan terus sama kamu. Tapi, jika pada akhirnya tante disuruh milih. Tante pasti milih keluarga tante.”104Please respect copyright.PENANAhq3mOAOge5
104Please respect copyright.PENANAexurvqTH5d
Fajar terlihat muram. Bola matanya berkaca-kaca. Tangannya tidak lagi menggengam tanganku. Ia fokus memandangi lelautan.104Please respect copyright.PENANAPpt8DtnWCx
104Please respect copyright.PENANAu5041vKUUI
Terdengar lirih suaranya, “Tan, kalau pada akhirnya kita gak bisa bersama, terus buat apa kita kaya gini? Bahagia, lalu tersakiti lebih lanjut? Bahagia terus mati dalam ruang kekosongan?”104Please respect copyright.PENANAVhuoAKp1qW
104Please respect copyright.PENANAuZZMnTXade
“Kita jalanin dulu, oke?” Giliran aku yang meraih tangannya, mengelus punggung tangannya dengan lembut, meminta pengertian. “Untuk kedepannya, biarin waktu yang menjawab.”104Please respect copyright.PENANAClaBOtx55I
104Please respect copyright.PENANA8JKgopB0Uh
Fajar menatapku dalam. Alisnya sedikit berkerut, kedua sudut bibirnya terangkat sedikit ke atas, seperti meringis. “Tan, Fajar akan selalu mencintai Tante. Selamanya.”104Please respect copyright.PENANAm5MmaznCPf
104Please respect copyright.PENANAinRPvP4GRn
Kalimat singkat itu, mampu membuatku tersenyum kecil. Walaupun aku tahu, bahwa aku tidak yakin bisa membalas “selamanya” ia, dengan “selamanya” aku. Tapi, ada sesuatu kehangatan yang kurasakan pada kalimat itu, sehingga aku sampai pada sebuah pemikiran, apa yang menandakan “selamanya”, atau apa yang memaknai arti “selamanya?”. Ya, mungkin kelak aku akan menemukan jawabannya.104Please respect copyright.PENANANAytF3x09M
104Please respect copyright.PENANAhIb4fVouVM
Setelah itu kami terus mengobrol, berbincang tentang banyak hal, sesekali aku tertawa lepas, sebab lelucon yang ia lontarkan. Sementara sinar Matahari semakin terik membakar puncak kepala, menembus dedaunan kelapa yang melindungi kami.104Please respect copyright.PENANAzTZaLZ0rGF
104Please respect copyright.PENANAeduvXAIxqY
Aku bersandar di bahunya. Romantisme ini membuatku ingin dan ingin terus menapak ruang dengannya, mencipta sebuah kenangan yang membuat kami tertawa, jatuh cinta, dan bahagia.104Please respect copyright.PENANAdaCaHNzHeo
104Please respect copyright.PENANAlka2WV1Fm2
“Banyak perempuan telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.” Fajar berkata sambil tangannya membuka lembar alkitab. “Amsal 31:29.”104Please respect copyright.PENANAm6huRjbn5X
104Please respect copyright.PENANA9X9HaZD1Ei
Aku meliriknya dan berkata, “Ayatnya cantik.”104Please respect copyright.PENANAQSHLPRk7WR
104Please respect copyright.PENANAeOBJybDfZT
“Fajar suka kalimat yang ini,” Terdengar lembaran alkitab yang ia buka dengan tergesa. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu,” Fajar berkata lugas. “1 Korintus 13:4-7.” Lanjutnya.104Please respect copyright.PENANAFzDhZglMQ8
104Please respect copyright.PENANAuf72sEAEwa
Aku terus bersandar di bahunya, entah kenapa, kalimat yang ia comot dari alkitab itu, membuatku jiwaku terasa tenang. “Bacain lagi, dong,” kataku. Aku meliriknya. Ia terlihat antusias.104Please respect copyright.PENANACOVLSuf8Ls
104Please respect copyright.PENANA5RrQ9RnB1z
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. – Roma 10:9.” Ia berkata dengan irama dan kesesuaian nada sehingga mirip seperti berpuisi.104Please respect copyright.PENANAykXqneJe7O
104Please respect copyright.PENANA75iTWlDxOi
Namun, entah kenapa, aku seakan mengerti apa yang dimaksud Fajar. Kemudian aku hengkang dari bahunya. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan penuh arti.104Please respect copyright.PENANAYa5DYca14T
104Please respect copyright.PENANAg6ntGdL9Gd
“Fajar pengen kita berjalan dalam satu arah di antara lima persimpangan” ia berkata dengan wajah yang terlihat senduh. Ia kemudian meraih kedua tanganku dan mengecup punggung tanganku bergantian.104Please respect copyright.PENANAh0M19JTdRV
104Please respect copyright.PENANAwLpXDlyhtF
Aku tidak ingin membahas perihal itu, sebab bagaimanapun aku memiliki keyakinan kuat terhadap imanku, begitupun ia.104Please respect copyright.PENANAMvdiZdT3ri
104Please respect copyright.PENANAbWCzmLW9VZ
“Habis ini ke mana lagi?” tanyaku. Mengalihkan topik obrolan.104Please respect copyright.PENANAXnAkgPXZUz
104Please respect copyright.PENANAkux0GGCKRP
Fajar masih memegang kedua tanganku. “Ke rumah Fajar, gimana?”104Please respect copyright.PENANAGJuabfHFcj
104Please respect copyright.PENANAJBuF69MIAz
Aku berfikir sejenak. “Nenek ada di rumah?”104Please respect copyright.PENANANrhXREN3Mu
104Please respect copyright.PENANAlkRVPSNdIh
“Nenek pulangnya sore.” Dia tersenyum nakal kepadaku. “Mau nyusu, boleh?” tanyanya lugas sambil menatap lekat buah dadaku.104Please respect copyright.PENANASTcMlDIs3a
104Please respect copyright.PENANAIiKBF9febQ
Sontak aku mentuup dadaku dengan kedua tangan. “Remes aja, gak lebih!” kataku sedikit galak.104Please respect copyright.PENANAGyG42UIHKI
104Please respect copyright.PENANAnXJ8dFD63a
Fajar memayunkan bibir, lalu merengek. “Remes doang bosan, tan. Pengen nyusu. Boleh, ya, ya.”104Please respect copyright.PENANAp8auxlnMKt
104Please respect copyright.PENANAqJ1ccj8EWz
“Engga!”104Please respect copyright.PENANAsNwy7sMzbo
104Please respect copyright.PENANAUkApy0m24N
Fajar terus saja merengek. Berkali-kali aku mengatakan tidak, berkali-kali juga ia memohon layaknya anak kecil yang ingin membeli mainan.104Please respect copyright.PENANAeNAw4bSgeh
104Please respect copyright.PENANAfmtmhorjUT
Aku menghela nafas, dalam. “Nyusu doang, kan? gak lebih?” akhirnya aku mengiyakan. Entah kenapa, melihatnya merengek seperti anak kecil membuatku kasihan kepadanya.104Please respect copyright.PENANAfn2SkVKZwm
104Please respect copyright.PENANAKZ6raEkICQ
Seketika bola matanya berbinar. Ia mengangguk berkali-kali. Aku menghembus nafas kuat. “Janji?” aku mengulurkan jari kelingking di hadapannya.104Please respect copyright.PENANA97vNlN49Lx
104Please respect copyright.PENANAEanNAZeb1K
Fajar tersenyum sambil jari kelingkingnya memeluk jari kelingkingku. “Janji!”104Please respect copyright.PENANAjbEeMJVcAN
104Please respect copyright.PENANA19ESemJi2V
Lalu, kami menghabiskan sisa-sisa waktu dengan bermesraan, berbincang, dan bergurau. Sampai pada akhirnya, Jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjuk pukul 13. 00. Aku berkata padanya untuk pulang. Kemudian kami beranjak bangkit dari karpet dan merapikan alat-alat. Dan, tentunya melepas ikatan Hammock yang sebenarnya tidak berguna sama sekali.104Please respect copyright.PENANAB8EgaatQPO
104Please respect copyright.PENANAF1yVL59D3n
Tidak lama kemudian kami kembali menapak kaki di pantai. Berpadu bersama semilir angin dan deru ombak. Sepanjang langkah, kami saling menggenggam tangan sambil membentangkan pandangan ke lautan. Angin-angin mulai menyapa wajah kami dengan lembut, deru ombak bernyanyi mengawal perpisahan, menghantar kami menuju daratan.104Please respect copyright.PENANA5BMXTEU1jo
104Please respect copyright.PENANAzeGMU8RoNP
Aku baru menyadari sesuatu. Sejak kami menapak kaki di sini, kami tidak membeli satupun makanan atau minuman. Tapi, entah kenapa, aku tidak mempersalahkan itu. Atau, bisa jadi remaja itu memiliki cara tersendiri untuk memperlakukanku.104Please respect copyright.PENANAogKBQ5p9QM
104Please respect copyright.PENANAdvb0fSGGS6
Dalam mobil kami saling melempar senyum satu sama lain. kemudian aku bersandar lagi di bahunya. Agaknya, bahunya adalah tempat ternyaman yang pernah kurasakan.104Please respect copyright.PENANAMTz6v6kp38
104Please respect copyright.PENANASIE1HOVJMj
***104Please respect copyright.PENANAdEEPqzmSag
104Please respect copyright.PENANAMZSIBYbKGc
Tiba di rumahnya, aku segera masuk. Fajar menarik ku masuk dalam kamarnya. Katanya, lebih aman di kamar. Maka, aku iyakan.104Please respect copyright.PENANALmKKFmv0N9
104Please respect copyright.PENANA9PlF6WTXWH
Aku duduk di tepi ranjang sambil membentangkan pandangan ke penjuru ruang. Banyak stiker yang tertempel di balik pintu kamarnya. Di tembok tempat tidur, beberapa lukisan bertengger indah, salah satu yang kuketahui adalah lukisan Kahlil Gibran, seorang penyair terkenal kelahiran Lebanon. Di samping pintu, terdapat meja belajar dengan buku-buku yang tertumpuk.104Please respect copyright.PENANAnKCSGjkd1k
104Please respect copyright.PENANAwoNWFt7NtN
Fajar mulai mengendus leherku yang tertutup jilbab. Agaknya ia tak sabaran.104Please respect copyright.PENANAYZmspyZW55
104Please respect copyright.PENANAG9MkXqXPXY
“Tan, buka dong, bajunya.” Katanya sambil meremas pahaku.104Please respect copyright.PENANA1rcP6OgYCH
104Please respect copyright.PENANAJyzl6P1Pmi
Aku menelan ludah. “Janji, kan? gak sampe masuk?” kataku.104Please respect copyright.PENANA785p9EfBHR
104Please respect copyright.PENANAy9sfAHblGd
“Iya, tan,” sahutnya. “Kan daritadi udah Fajar bilang.”104Please respect copyright.PENANAOYRZ6fIpBx
104Please respect copyright.PENANADKfudWpWSf
Aku beranjak bangkit, lalu melepaskan tasku dan menaruhnya di samping meja tempat tidur.104Please respect copyright.PENANAQAG13PGg5P
104Please respect copyright.PENANAM9bY1nZW5Y
“Sini, Tan Fajar bantuin.” Fajar bangkit. “Angkat tangannya.”104Please respect copyright.PENANAdTUwjw3eLd
104Please respect copyright.PENANAJy640gnF8e
Aku menatapnya dengan ragu. Jujur saja, aku takut seandainya terbawa suasana. “Janji, kan? engga sampe masuk?” kataku lagi, memastikan.104Please respect copyright.PENANAbOfsdLGyaj
104Please respect copyright.PENANAsD8sCwLbaP
“Udah, angkat tangannya,” kata Fajar tidak sabaran.104Please respect copyright.PENANAmmTIrVcswj
104Please respect copyright.PENANAYeveDqfWF2
Perlahan kuangkat kedua tanganku dan membiarkan Fajar menanggalkan gamisku. Sontak aku menutupi area dadaku yang terbalut bra hitam tanpa motif, serta selangkanganku dengan celana dalam bewarna merah muda.104Please respect copyright.PENANAMys5WbIU9F
104Please respect copyright.PENANA0DQJpWkcaZ
Terlihat wajahnya terpukau ketika gamisku tertanggal. lekas aku duduk di tepi ranjang. Fajar mendekat. Aku menahan lengannya ketika ia hendak menanggalkan jilbabku.104Please respect copyright.PENANA82ARZsEfXL
104Please respect copyright.PENANAaBTfQ5oXUf
Fajar mengerti, kemudian ia duduk di sampingku.104Please respect copyright.PENANALlqRWVMfhf
104Please respect copyright.PENANAEECN8vgXM3
“Jangan di tutupin, tan.”104Please respect copyright.PENANAqZ2tP0572z
104Please respect copyright.PENANAaedV9g0vUT
“Malu,” kataku sambil menutupi area selangkanganku dan dadaku.104Please respect copyright.PENANAIVH5Ilsmbf
104Please respect copyright.PENANAFtdI3QpFFn
Perlahan ia menggeser tubuhku bersandar di dinding. Kemudian ia angkat tanganku kananku.104Please respect copyright.PENANAHkFqVMr1Ki
104Please respect copyright.PENANAMZC1awKtXD
“Ketek tante mulus banget,” pujinya.104Please respect copyright.PENANAedMK0yNKw6
104Please respect copyright.PENANAlLRv3gJfWr
Aku tidak menjawab.104Please respect copyright.PENANAb4i1g4zxbO
104Please respect copyright.PENANAS067UiuUIR
Fajar mulai menjilati ketiakku. Terasa lebih geli daripada biasanya. Aku memejamkan mata. Geli yang kurasakan berbeda, geli dengan kenikmatan yang tak bisa kurangkai dengan kata.104Please respect copyright.PENANATCTMzLc1SD
104Please respect copyright.PENANAbRufTljYs0
Pinggulku menggeliat, ke kanan, akibat rasa geli yang ia lancarkan. Tanpa rasa jijik, ludahnya bercampur dengan keringatku. Semakin gencar Fajar membasuh ketiakku. Sementara aku, semakin-semakin merasa nikmat.104Please respect copyright.PENANA54WhMmJr7v
104Please respect copyright.PENANA7AY2136oge
“empshh…, Jar…, jangan…,” Aku menahan lengannya dengan tangan satunya. Tapi, jangkauanku tak cukup untuk mendorong tangannya.104Please respect copyright.PENANAZlEFDInSX0
104Please respect copyright.PENANAYIaFe8uFm8
“Empshhhh…Jar…,” aku melenguh merasakan jarinya menyentuh lembut kemaluanku dari balik celana dalam. Kini sentuhan itu semakin terasa. Aku terperanjat ketika kurasakan jemarinya mengelus kemaluanku dari dalam.104Please respect copyright.PENANAdQBbWHqdb9
104Please respect copyright.PENANASbybMnkCt4
“Jar…, empshh…” Aku malah mendesah seakan menikmati sentuhannya di kemaluanku. Ia kemudian menyudahi aktivitas di ketiakku, sementara jemarinya bisa kurasakan masih gencar mencari lubang masuk kemaluanku.104Please respect copyright.PENANA4hIjHoxc99
104Please respect copyright.PENANAfahXLIeuRv
Aku menatapnya sambil menggelengkan kepala.104Please respect copyright.PENANA3qmQ3AlDTy
104Please respect copyright.PENANAm44fC6t1w5
“Udah, nikmatin aja, Tan.” Fajar menarik braku ke bawah, membuat buah dadaku terpampang jelas di hadapannya.104Please respect copyright.PENANAcOnSKjw08j
104Please respect copyright.PENANAq51AKbMKaZ
“Empshhh…, Ahhh…,” Bibirnya melumat pentilku, sementara tangan satunya meremas buah dadaku. Aku tidak bisa mengelak kalau aku juga menikmati.104Please respect copyright.PENANAa78QfsIxsA
104Please respect copyright.PENANArRyKrunc2j
Tiba-tiba pinggulku tersentak ke atas ketika kurasakan jarinya masuk dalam kemaluanku. “Aww…, keluarin…” Aku berkata dengan suara pelan, suaraku lebih terdengar seperti menahan desah.104Please respect copyright.PENANABE4M1svMqy
104Please respect copyright.PENANAxUY1yOBUcU
“Ahhh…, Jar…, udah, ya.” Terdengar suaraku memohon. Sebab bagaimanapun aku takut terlena akan kenikmatan yang ia berikan.104Please respect copyright.PENANA1eAwwziOJR
104Please respect copyright.PENANA4xRQuX7e4l
“Memek tante udah becek, lho,” katanya dengan senyum nakal yang ia layangkan.104Please respect copyright.PENANAMpk7zNlcdL
104Please respect copyright.PENANAzSZ3OE2S3g
Dan baru kali ini aku mendengarnya berkata kotor. “Ih, mulutnya, Tante gak suka kamu ngomong kasar gitu,” kataku dengan nafas setengah-setengah.104Please respect copyright.PENANAlyksKpLoJq
104Please respect copyright.PENANAw8VfvOvyIt
Fajar menghiraukan perkataanku, dan kembali melumat buah dadaku bergantian. Sementara tangannya sedari tadi masih gencar mengobrak-abrik kemaluanku.104Please respect copyright.PENANABb9532ttlC
104Please respect copyright.PENANABdOqwbcYMc
“Ahhh…, Mpshhh…” Kali ini desahku terdengar luwes, tanpa penolakan. Lama-kelamaan-an aku malah membiarkannya menyentuh setiap jengkal tubuhku. Dan tanpa kusadari tanganku malah meremas pelan rambutnya.104Please respect copyright.PENANAfGIJlWAXlp
104Please respect copyright.PENANAtcC1hTG8tH
Fajar berpindah, kepalanya turun ke arah selangkanganku perlahan sambil lidahnya membasahi perutku. Sedangkan aku masih bersandar di tembok.104Please respect copyright.PENANAfAqdrH8U2z
104Please respect copyright.PENANAcDeOG6uF80
“Jar…, Jangan!” Aku menahan kedua tangannya ketika ia hendak menurunkan celana dalamku. “Kan janjinya Cuma nyusu. Gak lebih.”104Please respect copyright.PENANAOZkveSpXdr
104Please respect copyright.PENANAGLrl3Infsm
“Tapi Fajar udah sange banget, tan.” Jawabnya.104Please respect copyright.PENANANJI1mEmPiq
104Please respect copyright.PENANAVZXSmwESHh
Aku tahu, terlihat dari wajahnya yang penuh akan nafsu. Tapi, mau bagaimanapun aku kekeuh terhadap pendirianku.104Please respect copyright.PENANAZqCoyXXts0
104Please respect copyright.PENANAUentQsI1ql
Kemudian aku terpikir sesuatu. “Tante kocokin, mau?” tanyaku. Mungkin dengan begitu, nafsunya bisa terlampiaskan.104Please respect copyright.PENANAkLy8nB0gvc
104Please respect copyright.PENANAOaxoilfooE
Fajar terlihat berfikir, kemudian ia mengangguk. Aku bergeser ke tepi ranjang, duduk di sampingnya.104Please respect copyright.PENANAeuBDf4F1PH
104Please respect copyright.PENANAseD6UmVr8t
“Bukain celananya, tan.” Suruhnya.104Please respect copyright.PENANAhau3P6BNWC
104Please respect copyright.PENANA2lOOg6jtvV
Aku beranjak bangkit dan bersimpuh di depan selangkangannya. Fajar berdiri. Jemariku membuka kancing celananya terlebih dahulu, perlahan kutarik ke bawah celananya.104Please respect copyright.PENANAqbgfsI3esk
104Please respect copyright.PENANAnYMFWIXR4m
Degup jantung berdetak kencang ketika dengan kulihat tonjolan kemaluannya yang terbungkus celana dalam bewarna abu-abu. Aku menelan ludah sejenak, membayangkan kemaluannya sebesar apa.104Please respect copyright.PENANArWtJAGc4Rq
104Please respect copyright.PENANAnFgzpA8SW1
Perlahan, ku arahkan kedua tanganku menuju pinggangnya. Dalam satu tarikan pelan, kemaluannya menyembul keluar. Bulu-bulu tepis di kemaluannya mencipta desir hangat. Ukurannya lumayan besar, atau bisa dikatakan besar.104Please respect copyright.PENANAFjy8lctIwK
104Please respect copyright.PENANAtLwXLukZK1
Kemudian ia menampar wajahku dengan kemaluannya. Aku malah membiarkannya, membiarkan penghinaan yang ia layangkan. Mendadak, ku dorong kuat pahanya ketika penisnya mencoba masuk dalam mulutku.104Please respect copyright.PENANA4fp9ZZKqYC
104Please respect copyright.PENANAzDEEbeNPNH
Fajar terhempas duduk di tepi ranjang dengan keheranan.104Please respect copyright.PENANADk8lGPPlTt
104Please respect copyright.PENANAU0MwD9oc5U
“Tante bilang cuma pake tangan, bukan pake mulut!” kataku galak. Lagian, seumur-umur, aku tak pernah memasukan kemaluan suamiku ke dalam mulutku. Sebab bagaimanapun juga, itu menjijikan.104Please respect copyright.PENANAQdGZINZ65B
104Please respect copyright.PENANAB0nUQW35pd
Aku segera bangkit dan duduk di sampingnya. Fajar mengarahkan tanganku menuju penisnya. Kugengganm penisnya. Permukaan kemaluannya terasa kasar, bulu-bulunya bisa kurasakan menyentuh tanganku. Agak pelan, tanganku turun-naik.104Please respect copyright.PENANAIMzTACfmaA
104Please respect copyright.PENANA4hcWnnqFRp
Aku melirik Fajar sekilas, ia tampak menikmati. Entah kenapa, aku senang mengetahui kalau ia menikmati permainan tanganku. Sementara tangannya meremas buah dadaku.104Please respect copyright.PENANAyue0LvDpOS
104Please respect copyright.PENANAknlai7r1XO
Terdengar suara Fajar meringis. “Sakit…, tan,” katanya.104Please respect copyright.PENANAvBpB7jySwn
104Please respect copyright.PENANAAZl7Gtbd9l
Aku menatapnya bingung. Lalu, aku menyadari sesuatu, bahwa aku tidak menggunakan pelumas.104Please respect copyright.PENANAgLJxX0bmuk
104Please respect copyright.PENANAzPtlFIRpz2
“Baby oil ada?” tanyaku dengan kelima jari yang masih melingkar di penisnya.104Please respect copyright.PENANAaKlavLMk7W
104Please respect copyright.PENANApmFUTmDGob
Fajar menggeleng. “Pake air ludah aja.”104Please respect copyright.PENANAcv3nubHMla
104Please respect copyright.PENANAKZ1muSRgHK
“engga, Jorok!”104Please respect copyright.PENANAtVxIukDOtu
104Please respect copyright.PENANAzJMyHBHIFi
Mau tak mau, Fajar beranjak bangkit keluar setengah telanjang, Tak lama kemudian ia datang dengan minyak goreng sachet.104Please respect copyright.PENANA6Q1qiDdJdV
104Please respect copyright.PENANApkOmwseLL2
“Kunci pintunya.” Kataku.104Please respect copyright.PENANAX4KBY29fug
104Please respect copyright.PENANAW6M1T55tEl
Fajar terdengar mendengus, lalu mengunci pintu. Kemudian ia menyodorkan minyak itu kepadaku. Kuteteskan minyak di telapak tanganku. Lalu ku oleskan perlahan di batang kemaluannya. Kini, terasa lebih lembut. Perlahan, kulanjutkan kocokan yang sempat terhenti.104Please respect copyright.PENANAR1h1SHzxwH
104Please respect copyright.PENANA3wloIAbJdS
Nafas Fajar terlihat memburu. Nampaknya, ia sungguh menikmati. Sementara tanganku terasa licin.104Please respect copyright.PENANAmSVVDZAKc0
104Please respect copyright.PENANAP1r7IXOiRy
Kurasakan kembali telapak tangannya menyusup melewati celana dalamku. Kali ini kubiarkan. Bersamaan dengan tanganku yang terus mengocok penisnya, Fajar juga melakukan hal yang sama. Satu jarinya masuk dalam kemaluanku.104Please respect copyright.PENANAGHalvvrkWU
104Please respect copyright.PENANAL5TjDyEENi
“Empshhh…huftt,” aku melenguh agak tertahan. Pinggulku sedikit meliuk kanan-kiri, mengikut irama jarinya.104Please respect copyright.PENANAOXT5nfl6io
104Please respect copyright.PENANAwYlAm5IV6c
“Gimana, tan, enak?” tanyanya.104Please respect copyright.PENANAM8aE9aXzWv
104Please respect copyright.PENANAix7YKkzv2f
Aku mengangguk pelan. “Kamu gimana?” tanyaku agak malu.104Please respect copyright.PENANAmlfXh7HGnj
104Please respect copyright.PENANAMsRGDiZms8
“Tangan tante jos banget.” Suaranya terdengar riang.104Please respect copyright.PENANA4GQ77Pb1RQ
104Please respect copyright.PENANAEwOFoEIHTF
Aku malah bangga mendengar pernyataannya barusan. Lima menit berlalu. Tapi, tak kunjung kulihat ia akan mencapai orgasme.104Please respect copyright.PENANAjxjk4Zx1IV
104Please respect copyright.PENANACEmakVETIG
“Masih lama gak?” tanyaku.104Please respect copyright.PENANAUHQt0HAGms
104Please respect copyright.PENANAH9DUjhyAGI
“Awww….” Fajar malah menjawab pertanyaan ku dengan mendorong jarinya masuk lebih dalam. sontak membuatku memekik pelan. “Ih, Fajar!” Aku berkata dengan suara manja.104Please respect copyright.PENANAdp3MGTZr8P
104Please respect copyright.PENANA4XaRTL4KTA
Fajar malah terkekeh. “Kalau mau cepet, sepongin, tan.”104Please respect copyright.PENANA3HX8s59tYo
104Please respect copyright.PENANAj3mvSSBxAn
Dengan cepat aku menggelengkan kepala. Menolak.104Please respect copyright.PENANAcz5oGgM1oV
104Please respect copyright.PENANAdDLwHYFHeJ
“Kalau gitu bisa sampe satu jam tante ngocokin kontol Fajar.”104Please respect copyright.PENANAp9OpOWcMBT
104Please respect copyright.PENANARv9IyZCpV7
Sontak kupukul pahanya. “Jangan ngomong Jorok!”104Please respect copyright.PENANA3wWw7Lm2pA
104Please respect copyright.PENANAV3N60sFU3f
“Empshhh…,” Fajar menekan jarinya agak dalam. Membuatku mengerang tertahan. “Keluarin, Gak!” Kataku, garang.104Please respect copyright.PENANA1a3zxjEULG
104Please respect copyright.PENANAyIMbetAg78
“Dasar tukang marah.” Fajar menarik keluar jarinya dari kemaluanku. Sekarang aku bisa fokus mengocok penisnya.104Please respect copyright.PENANAEuLQz2ugAF
104Please respect copyright.PENANAx8TqpDG0w5
Sepuluh menit berlalu. Tak kunjung juga ia menampakkan tanda-tanda akan orgasme.104Please respect copyright.PENANA9HXvCHJFie
104Please respect copyright.PENANAgRjBC3A2SO
Aku menghela nafas cukup dalam. “Jar, tante capek, lho.”104Please respect copyright.PENANAs2GnEEOUq8
104Please respect copyright.PENANAziJgYrWd3P
“Kan, udah Fajar bilang, Kalau Cuma pake tangan, bisa satu jam baru keluar.”104Please respect copyright.PENANA2UvXx1VYJk
104Please respect copyright.PENANAyjJ1fIZTTF
Aku mendengus kesal. Sudah berapa kali aku melumuri tanganku dengan minyak. Tapi, tak kunjung juga kemaluannya mengeluarkan cairan putih nan kental. Kemudian aku berhenti sejenak, merehatkan tanganku yang terasa pegal.104Please respect copyright.PENANAuRGLfVxuFA
104Please respect copyright.PENANAUlYGGtegqB
“Gimana kalau kontol Fajar dikocok di tengah-tengah susu tante.” Fajar meremas pelan buah dadaku sambil tersenyum nakal.104Please respect copyright.PENANAcxTRtjLzvI
104Please respect copyright.PENANAIxdssdvQVQ
Reflek kupukul bahunya untuk yang kedua kalinya, cukup keras. “Udah tante bilangin, jangan ngomong jorok!”104Please respect copyright.PENANAkYku63bxAb
104Please respect copyright.PENANAkJqesUtj66
“Mau gak, tan?” alisnya sedikit terangkat.104Please respect copyright.PENANAZeJ5Uda1pS
104Please respect copyright.PENANAONxD94fb3m
“Gak!” jawabku ketus.104Please respect copyright.PENANAdU7JqFw4wh
104Please respect copyright.PENANAPRERL78kQk
Fajar meraih kembali tanganku menuju penisnya. Belum ada satu menit beristirahat dan kini aku harus harus mengocok kembali penisnya.104Please respect copyright.PENANAiDqYkX1hbc
104Please respect copyright.PENANAv4AhfDWZuU
“yaudah, kalau Tante mau capek,” katanya. “Kocokin lagi.”104Please respect copyright.PENANAg5yv7tOylm
104Please respect copyright.PENANAYJMv5JwFkD
Aku mendengus dan kembali mengocok penisnya. Terhitung 15 menit aku mengocok kemaluannya. Dan pada akhirnya aku menyerah. “Yaudah boleh. Tapi awas aja kalau sampe masuk!” suaraku terdengar sedikit mengancam.104Please respect copyright.PENANAndWFaS5WgS
104Please respect copyright.PENANAZDh4Dmp0gq
Fajar terlihat riang. Perlahan ia rebahkan tubuhku di ranjang. ku sandarkan kepalaku di bantal. Ia beranjak naik di atas ranjang. kemudian berjongkok di kedua buah dadaku. Kini, penisnya tampak jelas di wajahku. Tangannya meremas buah dadaku terlebih dahulu.104Please respect copyright.PENANAL6LXnWQR9G
104Please respect copyright.PENANAkSjMcx5ud1
“Udah, ih, cepetan!” kataku, memalingkan wajah, sebab penisnya terlalu dengan dengan wajahku.104Please respect copyright.PENANA054lSsukBG
104Please respect copyright.PENANAFXMZ7ZxfCn
Kemudian ia meletakan penisnya di tengah buah dadaku. kedua buah dadaku ia hempit di antara kemaluannya. Perlahan pinggulnya maju mundur. Bisa kurasakan penisnya bergesekan dengan buah dadaku. Entah kenapa, ada rangsangan sendiri yang kurasakan. Apalagi ketika menatap penisnya yang menegang. Perlahan kurasakan kemaluanku semakin terasa lembab, seperti embun pagi yang menyelinap melewati kaca jendela.104Please respect copyright.PENANAeIVfafyqDI
104Please respect copyright.PENANAC2LhSTjtXP
Fajar terus memaju-mundurkan pinggulnya. Matanya terpejam, kedua tangannya menekan buah dadaku. Aku memandang penisnya yang terhimpit di antara kedua buah dadaku. Mendadak tubuhku terasa bergetar dan tersengat ketika semakin lama kuperhatikan penisnya. Terlihat pucuk penisnya mengeluarkan cairan bening, seperti anak bayi yang ngeces.104Please respect copyright.PENANAGzir1wQlbb
104Please respect copyright.PENANA2s0ElI9Txx
“Gila…, susu tante enak banget!” Suara Fajar terdengar menahan desah. Dahinya banjir akan keringat. Kedua tangannya semakin erat menekan buah dadaku.104Please respect copyright.PENANApo6pVWGAgL
104Please respect copyright.PENANAokCSGF5xDo
“Kalau mau keluar bilang,” kataku. “Awas aja kena muka tante.”104Please respect copyright.PENANANsp2zzTYqi
104Please respect copyright.PENANASW4WU5F47O
Mendadak Fajar berhenti. Ia kemudian menanggalkan bajunya, lalu menarik keluar penisnya dari himpitan buah dadaku. Aku melihatnya terheran. Ia malah beranjak mundur. Sepersekian detik kemudian, ia melorotkan celana dalamku. Lalu membentangkan kedua kakiku lebar. Sontak, aku mencoba bangkit.104Please respect copyright.PENANAO1pPTdnWRO
104Please respect copyright.PENANAruiEkaurD9
“Empshh…, Jar…, jangan.” tubuh kembali terhempas ke ranjang.104Please respect copyright.PENANAlcCjuxsFFH
104Please respect copyright.PENANA1DWrFfWBxI
Aku merasakan kemaluanku dijilati oleh lidahnya. Tubuhku merinding, desir nikmat kurasakan berkali-kali lipat. Dimas, suamiku, tak pernah menjilati vaginaku. Dan Fajar melakukannya. Memberiku suatu nikmat yang belum pernah kurasakan sejak awal pernikahan. Aku memejamkan mata, pinggulku meliuk-liuk akibat lidahnya.104Please respect copyright.PENANADsBbEseU1e
104Please respect copyright.PENANAOZ17q98fFd
“Ahhh…, Empsshhh….” Tidak ada lagi penolakan dariku. Aku malah semakin menikmati permainan lidahnya. “Empshh… ahhh…berhenti…, Jar” Aku mencoba bangkit kembali, Reflek ia mendorong perutku yang membuatku kembali terbaring.104Please respect copyright.PENANARkL6X6l9Mj
104Please respect copyright.PENANAa0GEeXvTcB
Permainan lidahnya semakin membuatku merintih nikmat. Kepalaku menggeleng kanan-kiri. Pentilku terasa mengeras, keringat-keringat mulai membanjiri tubuhku. Aku meremas sprei dengan kuat. Kemudian kurasakan lidahnya berhenti. Aku mendongak ke bawah. Terlihat Fajar bangkit dan mengangkat kedua kakiku.104Please respect copyright.PENANAn0MLlY2CZe
104Please respect copyright.PENANAIvwMJRC9dd
“Jar…, please…, jangan!” Aku merapatkan kedua kakiku, mencegah penisnya agar tidak masuk. Tapi, Fajar tidak kehilangan ide. Ia mendekat dan mencumbu bibirku.104Please respect copyright.PENANAIyHVlXYpPh
104Please respect copyright.PENANABdeCUbeIO6
Aku malah membalas cumbuannya. Gairahku tidak tertahan. Fajar beranjak ke arah ketiakku. Tanganku ia angkat, dan ia jilati. Aku mengerang menahan geli sekaligus nikmat. Tangan satunya mengobrak-abrik kemaluanku.104Please respect copyright.PENANAJ5OWb6RhJN
104Please respect copyright.PENANAzQdhxnehWK
“Empshhh…Jar….,” tidak ada penolakan dariku. Hanya lenguhan, desahan, erangan yang kulontarkan.104Please respect copyright.PENANAKiuM2om0Pu
104Please respect copyright.PENANApLtvMEZALe
Melihatku yang tak lagi melawan, Fajar kembali mengangkat kedua kakiku. Aku tidak bisa mencegahnya lagi. Tenagaku tak cukup kuat. Kenikmatan yang kurasakan terlalu nikmat.104Please respect copyright.PENANAb2nU6OeyE9
104Please respect copyright.PENANAFQOr5C0Gif
Nafasku tercekat, jantungku memompa darah begitu cepat, cengkraman tanganku pada sprei semakin menguat. Bersamaan dengan itu, kurasakan ada sebuah benda yang mencoba masuk dalam kemaluanku. Aku menggigit bibir, memalingkan wajah, sedikit meringis.104Please respect copyright.PENANAxzmvnQQIwZ
104Please respect copyright.PENANAXTwEnc8ZeU
“Empshh…, Ahhhh…,” desahku pecah seketika.
104Please respect copyright.PENANAdmBBpn3ks3
Bersambung
104Please respect copyright.PENANAh9JGZsqeIR