Oh, tunggu, sepertinya ini tidak sama dengan gerakan sembahyang yang saya ketahui, pikir Jonathan. Masih tertegun di tempatnya berdiri sekarang, Jonathan mengamati Fathia dengan seksama.
Fathia membaca surah pertama Al-Qur'an dalam bahasa Arab dengan alunan suaranya yang lembut dan merdu. Betapa damai dan khusyuknya Fathia berdoa. Namun yang mengherankan Jonathan, terlepas dari kondisi Fathia yang total tanpa busana, adalah Fathia melewatkan beberapa gerakan yang seharusnya ada dalam sholat. Setelah berdiri, Fathia langsung duduk bersimpuh dan melafadzkan seluruh bacaan solatnya dalam posisi tersebut.
Jonathan semakin penasaran dengan ibadah yang Fathia lakukan. Setelah mengucap salam sambil menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, Fathia mengusapkan kedua tangan pada wajahnya lalu menatap Jonathan seraya tersenyum.
"Terima kasih ya, Kak Jon. Kakak udah ngasih kesempatan saya sholat dengan damai," katanya lembut. Yang dituju mengangguk dengan perasaan yang mengganjal. Baik di kepala maupun di balik celananya.
"Ahh.. Tidak masalah, Fathia. Saya mengerti bahwa penting bagimu untuk beribadah."
Jantung sang pria masih berdegup kencang karena pemandangan ketelanjangan Fathia. Tidak bisa tidak, Jonathan merasa ia harus menanyakan langsung perihal praktek sembahyang yang baru ia saksikan.
"Sebetulnya Fathia.. Saya sedikit heran.. Yang pertama, saya tidak menyangka kamu akan sembahyang dalam keadaan… masih telanjang seperti sekarang.."
Fathia sedikit tersipu mendengar komentar Jonathan dan memalingkan muka. "Eh.. itu, Fathia tadi nggak terlalu mikir ke situ," dia tampak malu. "Fathia cuma pengen segera mengucap syukur sama Alloh udah dikasih temen sekamar yang bisa jagain Fathia di sini.. dan ... yah, kayaknya kalo mesti pake baju lagi ntar buang-buang waktu. Fathia diajarin dari kecil untuk nggak menuda-nunda kalo udah tiba waktunya sholat. Menurut Kak Jon gimana? Setuju kan bahwa watunya ibadah itu nggak boleh ditunda-tunda?"
Jonathan menggaruk kepalanya mencoba mencerna perkataan Fathia dan lantas menjawab, "Iya, betul.. betul sekali itu, Fathia. Saya mengerti. Dan kamu pun terlihat sangat cantik bila sedang ibadah, terlepas berpakaian atau tidak." Saat berucap, Jonathan tidak dapat menahan keinginan untuk menatap keindahan tubuh Fathia yang masih bersimpuh di dekatnya hanya mengenakan hijab sebagai penutup kepala. Seluruh tubuh sang akhwat, dengan segenap lekuknya yang sempurna, tidak ditutupi sehelai benang pun.
Fathia kembali tersipu saat mendengar komentar Jonathan, menatap ke bawah dengan malu-malu. "Terima kasih, Kak Jon," gumamnya. "Seneng, deh, dibilang cantik sama Kak Jon. Tapi Fathia nggak bermaksud bikin kesan buruk tentang agama yang Fathia anut. Ya.. iya sih tadi saya nggak sempet lagi pake apa-apa. Tapi saya bener-bener mencoba khusyuk dalam sholat… nggak mikir aneh-aneh. Menurut Kak Jon gimana?”
“Gimana apanya, Fathia?”
“Ya saya gitu tadi… sholat sambil telanjang.”
"Ya… saya pun merasakan ketenangan Fathia. Saya mengerti bahwa penting bagi Fathia untuk berdoa.. Dan, hei, saya yakin kamu melakukan itu karena lebih mudah untuk fokus pada doa ketika tidak harus memikirkan tentang kondisi apartemen yang panas ini. Ya kan?”
Fathia mengangguk malu-malu mendengar kata-kata Jonathan. "Iyahh, bisa dibilang begitu. Tapi Kak Jon nggak keberatan, kan? Maaf yah kalo ada yang buat Kak Jon enggak nyaman." Dia menggigit bibir bawahnya dengan gugup lalu kembali melirik tonjolan pada bagian depan celana Jonathan.
“Eh… tentu tidak keberatan. Nggak perlu merasa canggung. Kalau dengan telanjang kamu bisa merasakan khusyuk, tentu kamu akan merasa lebih terhubung dengan Tuhan. Jadi jangan pikirkan pendapat orang lain."
"Hmm.. bener, Kak Jon. Saya harus fokus pada doa saya dan nggak khawatir tentang apa yang mungkin dipikirkan orang lain."
Fathia kembali menatap Jonathan, kali ini dengan ekspresi lebih percaya diri. "Eh, kalo gitu berarti.. apa menurut Kak Jon saya harus lebih sering sholat sambil telanjang? "
“Hah?” Pria yang dituju langsung meneguk ludah lalu berkata, "Yah, saya pikir jika telanjang membantu kamu fokus dan terhubung dengan Tuhan, kenapa tidak? Ya, toh?" Jonathan mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, mencoba tetap santai saat menyampaikan pendapatnya.
"Iya sih.. Berarti nggak papa ya sering-sering gini?”
“Iya, Fathia.. hehe.. sering-sering atau bahkan setiap kamu ibadah juga tak masalah bagi saya. Saya senang melihat perempuan taat.. eh, akhwat sholihah saat sembahyang telanjang. Kamu terlihat sangat menawan,” jawab Jonathan. "Dan ketika tadi Fathia telanjang, saya dapat mengamati praktik ibadah agamamu dengan lebih jelas," ia melanjutkan.
“Hihi.. bisa aja, Kak Jon. Tapi Kak Jon bukan tertarik ngamatin saya sholat hanya karena saya telanjang, kan? Lagian tadi itu.. Kak Jon nggak liat gerakan sholat yang sebenernya."
"Nah.. itu dia hal nomor dua yang ada dalam pikiran saya,” timpal Jonathan. “Karena saya kira gerakan dalam sembahyang sholat itu banyak sekali.. tidak hanya duduk saja. Saya ingat-ingat ada posisi berdiri, membungkuk, dan bersujud."
Fathia menatap Jonathan dengan terbelalak. "Kak Jon pengen liat Fathia sholat gitu?"
"Bukankah memang seharusnya sembahyangmu seperti itu? Tidak cuma duduk berlutut seperti tadi?"
"Iya sholat harusnya nggak cuma duduk berlutut sihh.. tapi kan... tadi Kak Jon ada di belakang Fathia pas sholat. Ntar kalo saya ruku’ membungkuk gitu ya… pantat saya kayak dipajang di depan Kak Jon dong..”
“Iya… eh, memangnya kenapa? Apa Fathia merasa malu?” tanya Jonathan, khawatir Fathia akan kembali menutupi keseksian tubuh sang akhwat dari pandangannya.
“Bukaan… bukan itu, kok. Kan udah jadi hak Kak Jonathan sesuai kesepakatan kita tadi untuk merintahin Fathia buka baju. Kak Jon udah jadi imamnya Fathia sekarang, udah sama dengan suami saya. Saya ikhlas kok ngelakuin semua yang diperintahin pak imam. Hihii.. Justru saya tadi takut aja… Takut menyinggung Kak Jon. Masa pantat telanjang Fathia ini dihadepin ke muka Kak Jon gitu.. kan nggak sopan namanya.”
"Loh.. Ya enggak, lah, Fathia. Saya pun siap untuk menghormati seluruh ritual ibadah Fathia. Saya nggak akan tersinggung. Malah saya senang kalau bisa melihat langsung saat Fathia sembahyang itu… gerakan pantatnya seperti apa. Saya jadi belajar tentang Islam, ya toh? Oh ternyata gerakan sembayang itu indah sekali, begitu. Tidak perlu ditutupi semuanya.."
“Bener nih nggak tersinggung? Jadi nanti Fathia sholat kayak biasa aja ya? Nungging-nungging gitu depan Kak Jon.. banyak loh gerakannya yang gitu. Bisa berapa kali ntar saya mantatin Kak Jon.. “
“Berkali-kali sampai ribuan kali pun saya nggak akan tersinggung. Tenang saja. Seperti kata saya tadi, lakukan saja sesuai perintah agamamu. Biar saya mempelajari ibadahmu juga, Fathia.”
“Alhamdulillah… Fathia jadi tenang deh.. hihi...” sang akhwat jelita tertawa lucu seolah tak ada hal lain yang salah dari tindakan mempertontonkan pantat dan aurat pribadinya pada pria non muslim tersebut ketika sholat.
“Terus… Kak Jon mau lihat lagi nih, sholat yang sebenernya kayak apa?”
“Hah? Fathia mau… sholat lagi?”
“Iya.. Kalo itu yang benar-benar Kak Jon pengen. Belajar tata cara ibadah Islam, Fathia dengan senang hati kok jelasin semuanya ke Kak Jon tanpa ditutupi lagi. Akan jadi ladang pahala juga buat Fathia."
“Iya Fathia.. Plis lakukan lagi.. Saya benar-benar penasaran.”
“Plis? Jangan seperti minta tolong gitu atuh, Kak Jon. Derajat kakak tuh di sini lebih tinggi dari saya. Kak Jon, imam saya. Kak Jon suruh apapun enggak boleh Fathia langgar. Cium kaki Kak Jon aja Fathia dengan senang hati ngelakuinnya..”
“Terus.. bagaimana mintanya?”
“Jangan minta. Apapun itu yang imam inginkan dari makmumnya, perintahin. Cukup saya yang jadi makmum yang memohon ke Kak Jon yang derajatnya lebih tinggi. Jadi Fathia mohon sama Kak Jon… tolong perintahin Fathia….”
Jonathan terkesiap mendengar kepasrahan Fathia. Ini nyata. Fathia benar-benar menyerahkan seluruh kuasa atas dirinya kepada saya, pikir pria itu. Ia pun menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata sejenak, lalu mencoba terlihat lebih berwibawa.
“Fathia Zahra… saya perintahkan Fathia untuk mengulangi sholat dengan seluruh gerakannya secara telanjang. Kamu harus bener-bener membungkuk tanpa ragu. Kalau nungging maka harus bener-bener terangkat dan tersaji kedua bongkahan pantat bohay mu itu. Biar jadi santapan mata saya semuanya! Pantat kamu, lobang pantatmu, lipatan memek tembam kamu saat bersujud!”
“Baik, imamku, suamiku… hihi,” respon Fathia dengan menggoda. “Akan Fathia lakuin dan akan saya pastiin pantat saya sampai ke seluruh lobang dan lipatan memek saya tersaji untuk santapan mata sang suamih…”
621Please respect copyright.PENANAWfpxDKVZ3c