Sambil menggenggam ponsel dengan erat karena takut tercecer, Jonathan keluar dari Taksi. Laki-laki asal Indonesia timur itu lalu mengecek nama apartemen yang tersimpan di ponselnya.
132 Mapplewood Lane, Apartment 3B.
“Hmm.. kayaknya benar ini tempat yang disebutkan dalam website,” ujarnya dalam hati. “Agak jauh dari pusat kota, tapi bagus untuk fokus belajar saya.”
Sewaktu ia memasuki ruangan apartemen ternyata sudah ada seorang perempuan muda di sana. Jonathan sedikit kaget namun hanya sebentar. Ekspresinya mulai berubah menjadi senyum lebar mendapati perempuan cantik dengan busana muslimah yang anggun dilengkapi hijab pink satin itu tersenyum balik kepadanya. Ekspresi keramahan dari kecantikan wajah perempuan Indonesia yang membuatnya merasa seperti berada di negeri sendiri.
“Hai, Jonathan?” sapanya. “Saya Fathia, salam kenal yaa…”
“Ah.. salam kenal juga Fathia. Panggil saja saya Jon,” jawab Jonathan sambil mengulurkan tangan. Namun ketika Fathia memberikan gestur tangkupan tangan, Jonathan langsung tersipu.
“Ah, maaf Fathia… bukan… apa namanya.. bukan muhrim ya?”
“Hihi.. itu Kak Jon tau. Maaf yaa nggak boleh bersentuhan kulit. Nanti dosa hehe..” senyum manis tersungging di wajah imut Fathia.
“Kalau begitu.. assalamualaikum, Fathia.”
“Hihi… Iya waalaikumsalam Kak Jon. Yuk masuk, sini Fathia bantuin bawa tasnya,” dengan lembut ia menawarkan.
Fathia meraih salah satu tas yang ada di antara kaki Jonathan. Saat Fathia membungkuk sambil mengulurkan tangan, Jonathan sedikit mundur karena kaget. Perempuan itu seperti tanpa canggung membungkukkan kepalanya yang berhijab hingga begitu dekat dengan area selangkangan Jonathan yang memiliki postur tubuh tinggi besar.
“Uhh.. beratt.. Fathia nggak bisa angkat tasnya kak Jon. Berat banget…”
Masih dalam posisi yang sensual itu Fathia menatap Jonathan dengan mimik kekanakan. Beberapa detik Jonathan terpaku dengan situasi tersebut sebelum akhirnya berkata,”Biar… biar saya saja yang angkat, Fathia..”
“Hahh? Angkat Fathia?” Akhwat itu menegakkan badannya hingga sejajar. Perawakan Jonathan yang tegap dengan tinggi badan menjulang membuat Fathia yang hanya sedadanya harus mengangkat dagu untuk sekadar menatap Jonathan. Fathia menempelkan kedua tangan pada pipinya dengan imut, seperti sedang bertanya-tanya maksud kalimat Jonathan.
“Maksud saya, biar saya saja yang angkat tasnya… koma.. Fathia..” John cepat-cepat menambahkan segregasi pada ucapannya.
“Ohhh… hehee.. yaudah.. Maaf ya Kak Jon.. tas kakak kayaknya lebih gede dan lebih berat dari badan saya inih.,”
“Iya badan kamu kecil.. saya besar. Tidak apa-apa, Fathia, saya saja angkat sendiri.. ”
“Yaudah.. yuk masuk..”
Ruangan apartemen itu cukup sederhana tetapi terkesan nyaman. Dan teman baru Jonathan, Fathia, persis seperti apa yang diimpikannya. Seorang akhwat yang cantik jelita dengan perangai ceria dan bersahabat. Sepertinya Jon bakal kerasan tinggal di sini karena Fathia bukan hanya akan jadi teman biasa tetapi juga teman sekamarnya!
Jonathan masih bengong di depan pintu. Benarkah ia akan menghabiskan waktu bersama dengan akhwat muda belia yang sangat memikat hatinya selama tinggal di sini?
1318Please respect copyright.PENANA1Oy2vuGkny
1318Please respect copyright.PENANAc0xDy42pYs
Sekilas ia teringat saat mendapatkan pengumuman bahwa dirinya mendapat beasiswa. Jonathan mencari-cari apartemen untuk ditinggalinya dari sebuah situs di internet. Sebuah iklan yang mencolok tampil di layar laptopnya.
1318Please respect copyright.PENANAznzArIH5TP
“Berbagi Apartemen dengan Teman Impian”
1318Please respect copyright.PENANA7ri24784ka
Awalnya Jonathan mengira iklan tersebut akan mengarahkannya kepada situs berbahaya yang mengandung malware dan segala jenis virus. Namun entah kenapa Jonathan yang sudah lama hidup menjomblo di usianya yag sudah 32 tahun itu tergerak untuk mengklik tautan yang tersedia. Dalam sekejap muncul jendela berisi sejumlah pertanyaan interaktif yang harus dii oleh Jonathan. Merasa tergelitik, Jonathan mengarahkan mouse untuk mencaripilihan jawaban. Namun itu terhenti tatkala sebuah suara perempuan terdengar dari speaker komputernya.
Hai, ini adalah asisten otomatis situs Teman Impian. Silahkan menjawab dengan suara Anda langsung pertanyaan-pertanyaan terkait pribadi dan preferensi Anda!
Apa jenis kelamin anda? .
“Hah?? Saya pria tulen.”
Apakah anda straight atau gay?
“Saya masih normal anjir. Straight!”
Deskripsikan teman impian yang anda inginkan!
“Ehh… saya suka kalau punya teman atau pacar seorang muslimah yang taat dengan agamanya. Dia harus cantik, berkulit putih, masih muda, ramah, senyumnya lucu…”
Deskripsikan lebih spesifik tentang fisik teman impian Anda!
“Ini dari tadi juga saya sudah jawab spesifik!”
Kurang spesifik! Berikan tinggi badan, ukuran pinggang, ukuran payudara!
“Hah? Apa-apaan… “ Jonathan terhenyak dengan begitu vulgarnya suara otomatis itu mampu menanggapi jawaban Jonathan.
Jika tidak menjawab, algoritma akan memerikan Anda teman secara random yang mungkin jauh dari keinginan Anda!
“Heyyy… sabar woyy! Oke.. oke… tingginya lebih pendek dari saya, pastinya, ya.. mungkin sekitar seratus enam puluh sentimeter? Ahh ukuran pinggang saya tak tahu.. yang pasti ramping ya… mungkin sisi pinggangnya pas dengan cengkraman tangan saya ini.. “ Jonathan mengangkat kedua tangannya ke depan layar komputer, seolah-olah situs misterius itu memiliki akses untuk melihatnya secara langsung.
“Terus untuk ukuran payudara… aduh.. saya tak begitu hapal ukuran buah dada.. Yang jelas harus mantap, sekal, lebih besar dari rata-rata…”
Tiada balasan dari suara otomatis tersebut selain keheningan. Jonathan mendadak panik membayangkan bahwa implikasi bila algoritma gagal mendeskripsikan sosok yang diinginkannya.
Algoritma telah mendeteksi bahwa Andar seorang pria yang menginginkan teman impian seorang muslimah, akhwat yang taat beribadah. Seperti itukah teman seks yang ideal bagi Anda? Apakah Anda memiliki kecenderungan seksual atau fetish yang di jauh di luar kewajaran?
“Heiii.. jangan menjudge saya yaa.. kau sendiri yang tanya! Tadi kau minta saya jawab dengan jujur. Ya itu saya jawab dengan jujur tanpa tipu-tipu!”
Tidak ada tipu-tipu. Algoritma Teman Impian butuh semua informasi terkait preferensi seksual Anda agar dapat memberikan layanan yang maksimal.
“Oke oke… persetanlah. Saya mau seorang akwat cantik sempurna yang kulitnya putih seperti susu, ia suka berpakaian tertutup seperti muslimah tapi kapanpun saya bisa menelanjanginya! Saya mau ia tidak keberatan melayani saya dalam hal apapun! Saya mau akhwat yang santun bicaranya namun selalu bersedia saya entot di mana pun dan kapan pun saya mau! Termasuk saat dia sedang sembahyang…!” dengan berapi-api Jonathan mengungkapkan keinginan terliarnya, kebabasan mengeksplorasi keindahan tubuh seorang akhwat yang sehari-hari selalu terlihat mulia dan menutup aurat.
Hening. Jonathan menelan ludah. Apakah permintaannya kelewatan?
Terima kasih. Algoritma Teman Impian akan segera memproses keinginan Anda. Harap menanti balasan kami melalui e-mail Anda.
Pikiran Jonathan masih melayang kemana-mana saat email dari situs misterius tersebut masuk ke inbox keesokan harinya. Jonathan membuka email tersebut yang memuat sederet informasi.
Nama : Fathia Zahra
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Sejurus kemudian pandangan Jonathan tertuju pada attachment foto yang ada di dasar email. Dengan cepat ia mngklik file tersebut lalu terkesiap menatap gambar yang muncul.
“Puji Tuhan…. “ batinnya,”Kamu benar-benar sempurna, Fathia..”1318Please respect copyright.PENANAAEeB6giCY8
“Hihi… makasih, Kak. Ayo masuk sini… ngapain sih bengong di situ dari tadi?”
Jonathan tersadar bahwa perkataannya yang terlontar barusan bukan hanya ada pada ingatan namun secara nyata terucap di hadapan Fathia.
“I.. iya… Fathia, saya masuk sekarang yaa…”
ns 15.158.61.6da2