“Emmm… ya udahh.. Fathia turutin keinginan imamnya Fathia. Saya buka sekarang yah, Kak…”
Jonathan mengangguk. Lelaki itu mengamati tangan Fathia yang sedikit gemetar saat mulai membuka kancing pada leher gamisnya. Sang akhwat menarik napas dalam-dalam lalu matanya tertuju pada mata Jonathan. Sedetik kemudian Fathia menarik leher gamis itu ke samping, memperlihatkan kedua bahunya yang mulus. Kemudian gamis itu mulai diloloskan ke bawah, menampakkan untuk pertama kalinya payudara indah Fathia secara nyata tanpa penghalang untuk Jonathan. Gumpalan daging yang sekal nan membulat. Tonjolan mungil putingnya sedikit mengeras.
Aliran panas sakan menyengat sekujur tubuh Jonathan. Tak mampu lagi pria itu mengalihkan pandangan dari sesuatu yang begitu sempurna. Fathia tampaknya merasakan betapa dalam tatapan Jonathan. Akhwat itu masih memegang gamisnya yang kini berada di area pinggang saat ia tersipu malu.
"Kak Jon, kamu baik-baik aja? Kak Jon kayak lagi nggak sehat badan… keringetan. Aduhh Fathia jadi nggak enak. Nggak nyangka pas nunjukin tubuh Fathia.. reaksi Kak Jon sampai panas dingin gituh, hihi…”
"S-saya baik-baik saja.. Jangan khawatir sama saya. Keringat saya ini adalah mekanisme tubuh untuk mendinginkan suhu badan. Sama seperti yang Fathia lakukan sekarang…. "
Fathia menatap Jonathan lalu mengangguk kecil karena lega. "Iyahh," katanya lembut, "Kalo gitu berati tubuh bagian bawah Fathia juga perlu didinginkan. Ya ngga sih?"
"Tentu saja."
Perlahan Fathia pun menarik gamis tersebut semakin ke bawah, memperlihatkan aurat pribadinya kepada Jonathan yang telah resmi menjadi imamnya. Gamis itu pun jatuh ke kaki Fathia hingga membentuk lingkaran di lantai. Fathia melangkah keluar dari lingkaran itu dan berdiri di depan Jonathan. Telanjang dengan frontal.
“Puji Tuhan… Kamu bahkan lebih cantik dari yang saya bayangkan, Fathia.” Kecantikan kulit putih halus dan kencang Fathia memaksa Jonathan melontarkan pengakuan itu.
“Alhamdulillah… kita sama-sama bersyukur yah, Kak Jon. Ehh… Pak Imam. Hihihi… Jadi sekarang udah nih? Saya akan lebih sehat kalo telanjang begini?"
Jonathan mengangguk, masih dengan degup jantung yang kencang. “Ya, Fathia… pasti lebih sehat. Eh, maksud saya.. insyaallah.. hehe”
Fathia melirik tonjolan di celana Jonathan lalu berkomentar, "Kayaknya… Ketelanjangan Fathia gini juga berpengaruh dengan kesehatan Kak Jon, deh.."
Sontak Jonathan mencoba mengendalikan kejantanannya yang berontak, " Ahh iya… ini barang saya… mengeras karena aliran darah yang lancar. Betul Fathia, kamu buat saya lebih sehat.
“Barang apa tuh?” tanya Fathia genit. "Nggak papa, Kak Jon. Kita berdua nggak boleh saling nutupin. Kan Kak Jon sama dengan suami Fathia sekarang. Bilang aja, nggak apa-apa kok…."
“Eh.. barang ini loh.. kon… kontol saya..”
“Hihihi.. ohh kontol Kak Jon yah yang mengeras. Alhamdulillah… saya tersanjung deh.”
Batin Jonathan seperti berteriak, gila! Akhwat manis ini mengulangi kata-kata vulgar tanpa ragu!
Tiba-tiba, suara panggilan adzan terdengar dari ponsel Fathia. Akhwat itu menatap Jonathan sambil terbelalak. "Oh… Sudah adzan ashar, Kak Jon.. Sudah waktunya untuk sholat," katanya sambil meraih ponsel, melirik layar lalu menyimpannya.
"Kak Jon. Fathia permisi mau sholat dulu yahh…."
“Baik Fathia… tentu saja silahkan. Saya hanya akan menunggu kamu di sini."
Fathia tersenyum dengan rasa terima kasih atas bentuk toleransi yang diberikan Jonathan sebelum menuju ke kamar mandi. Jonathan dapat mendengar suara air yang mengalir saat Fathia sedang membersihkan diri.
Saat Fathia berada di kamar mandi, Jonathan masih merasakan aroma wangi tubuh Fathia yang tertinggal di udara. “Kamu sungguh memabukkan, Fathia..”.
Pria itu lalu berusaha menurunkan level birahinya karena bayangan Fathia yang akan melakukan ibadah sholat kini menyeruak dalam benaknya. Seorang akhwat belia yang telah Jonathan lihat dengan jelas kesempurnaan kecantikan fisiknya kini akan menunjukkan kecantikan dalamnya juga lewat ketaatan terhadap perintah agama.
Fathia masih sibuk di kamar mandi. Jonathan duduk di pinggiran tempat tidur, masih merasa ini semua seperti mimpi. Keputusan untuk mengklik situs Teman Impian adalah keputusan terbaik dalam hidupnya!
Tiba-tiba, pria berkulit legam itu mendengar pintu kamar mandi terbuka. Fathia melangkah keluar, kulitnya berkilau karena basuhan air wudhu. Sang akhwat jelita masih dengan santai mengekspos seluruh keindahan tubuh kecuali rambutnya saat mengambil sajadah dari laci. Fathia pun membentangkan sajadah itu ke arah kiblat lalu mulai berdiri di atasnya.
“Loh… Fathia..” Jonathan tertegun. Ia pikir Fathia juga akan mengambil mukena dan mengenakannya sebelum sholat. Tetapi gadis itu justru langsung bertakbir dengan suara pelan lalu memulai ibadah sholat dengan tubuh yang masih telanjang!1178Please respect copyright.PENANAnkisY8nFAN