x
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu2mnDQO5Dj
Beberapa hari telah berlalu sejak Dani membantu merenovasi warung Rina. Pagi ini, matahari baru saja muncul di ufuk timur, menyinari kampung yang masih diselimuti hawa sejuk. Suara burung berkicau terdengar di kejauhan, berpadu dengan aktivitas pagi warga yang mulai sibuk dengan rutinitas mereka.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYBqRz6MlmH
Dani duduk di teras rumahnya, menikmati semilir angin yang berhembus lembut. Tubuhnya masih sedikit pegal setelah beberapa hari bekerja di warung Rina, tetapi ada kepuasan tersendiri dalam hatinya. Ia menatap ke kejauhan, membiarkan pikirannya melayang kembali ke hari-hari sebelumnya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIZe9YRp2SJ
Ingatan demi ingatan muncul di kepalanya, membawa Dani kembali ke masa-masa awal kepulangannya ke kampung.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8RVlT5n26w
Saat itu, ia baru saja pulang kerja di sebuah bengkel kecil di ibu kota ketika sepucuk surat dari ibunya tiba. Ia masih ingat bagaimana surat itu terasa berbeda dari biasanya—tulisannya penuh dengan harapan dan permintaan. Ibunya menyuruhnya pulang, bukan untuk sekadar menjenguk, melainkan untuk menetap di kampung.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8X6teFk7b7
Awalnya, Dani tidak langsung menanggapi. Ia masih ragu. Kehidupan di kota memang melelahkan, tetapi ia sudah terbiasa. Namun, semakin ia membaca surat itu, semakin ia menyadari bahwa ibunya benar-benar ingin ia kembali. Setelah banyak pertimbangan, ia akhirnya memutuskan untuk pulang.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZf9Hhg0BSR
Dan di sinilah dia sekarang, duduk di teras rumahnya, menikmati udara pagi yang dulu terasa asing baginya, tetapi kini mulai terasa akrab.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmvTntWMRbA
Ingatan berikutnya muncul.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9algKk40zQ
Dani teringat saat pertama kali ibunya menyuruhnya pergi ke warung Rina. Waktu itu, pagi masih begitu tenang, dan Dani yang baru selesai sarapan berniat untuk kembali ke kamar, tetapi langkahnya terhenti ketika sang ibu memanggilnya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDvaZxwOObw
"Dani, Ibu mau minta tolong. Pergi ke warung Bu Rina, belikan beberapa kebutuhan dapur," ujar ibunya sambil menyerahkan daftar belanjaan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0ewRiJWCEw
Dani melirik kertas itu sekilas, lalu menghela napas. "Kenapa harus aku, Bu? Kan Ibu bisa beli sendiri nanti," katanya, malas.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXKhTFwMfF8
"Ibu ada urusan lain. Lagi pula, kau juga butuh udara segar. Sudah, cepat berangkat," tegas ibunya, tak memberi ruang untuk penolakan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSB1rmwwEi4
Dengan berat hati, Dani akhirnya menuruti permintaan ibunya. Ia berjalan menuju warung dengan langkah santai, berpikir bahwa ini hanyalah tugas sederhana. Namun, setibanya di sana, ia mendapati sesuatu yang berbeda.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuiLQC4OYRW
Rina, wanita yang dulu dikenalnya sebagai sosok lembut dan ramah, kini tampak jauh berbeda. Wajahnya lebih keras, dan tutur katanya tegas. Saat Dani menyebutkan daftar belanjaannya, Rina melayaninya tanpa banyak bicara, tetapi ada ketegasan dalam setiap gerakannya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmR66teJ6b8
"Kenapa dia berubah?" batin Dani.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYM21DPlUtM
Seketika, ia teringat Rina yang dulu selalu tersenyum, berbicara dengan nada lembut kepada para pelanggan. Namun, kini yang ia lihat adalah sosok yang lebih dingin dan galak.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡShUznAH8Mf
Setelah menyelesaikan belanjaannya, Dani kembali ke rumah. Namun, rasa penasaran di kepalanya tak bisa hilang begitu saja. Saat ia menyerahkan belanjaan kepada ibunya, ia pun bertanya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7c0TyYOGgi
"Bu, kenapa Bu Rina sekarang jadi galak?" tanyanya, masih heran.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCBQGlVYjSt
Ibunya menatapnya sesaat, lalu tersenyum tipis. "Setiap orang punya ujiannya masing-masing, Dani. Kadang, hidup membuat seseorang berubah. Tapi itu bukan berarti hatinya ikut berubah. Mungkin dia hanya butuh waktu," jawabnya lembut.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1ptIUV48XZ
Dani terdiam. Ia tidak sepenuhnya mengerti, tetapi ia tahu ibunya tidak asal bicara. Ia hanya mengangguk kecil, menyimpan kata-kata itu dalam hatinya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnLkyXP3k2n
Seiring waktu berlalu, ibunya semakin sering menyuruh Dani untuk pergi ke warung Rina. Entah itu membeli beras, gula, atau hanya sekadar membeli garam. Awalnya, Dani malas dan merasa canggung, tetapi ibunya selalu menasehatinya agar tidak terlalu memikirkan sikap Rina.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG4NLX0xD6X
"Bu Rina memang berubah, tapi bukan berarti dia orang jahat. Kau hanya perlu bersabar," kata ibunya suatu hari.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2HW0tZ1eBH
Dani menghela napas panjang. Ia memang masih agak segan dengan sikap galak Rina, tetapi ia juga tak bisa terus menghindar. Setiap kali ibunya menyuruhnya belanja, ia tetap pergi, meskipun awalnya dengan perasaan enggan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyue5mcFolF
Namun, seiring waktu, ia mulai terbiasa. Ia mulai menerima bahwa begitulah cara Rina sekarang. Setiap kali pergi ke warung, ia tidak lagi terkejut dengan ketegasan Rina. Bahkan, kadang ia hanya tersenyum kecil ketika mendengar suara galaknya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZccfyPGWOw
Mungkin, dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa ada alasan di balik semua itu.
____________________
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbZkiIGfPJX
Dani kembali teringat saat ibunya membangunkannya pagi itu. Ia masih mengantuk ketika merasakan tangan lembut ibunya mengguncang bahunya pelan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKzcANyMQOU
"Dani, bangun. Ibu mau minta tolong," suara ibunya terdengar lembut, tetapi ada ketegasan di dalamnya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaCuF6qZGXH
Dani menggeliat malas di tempat tidurnya. "Apa lagi, Bu? Kan kemarin udah belanja di warung Bu Rina," gumamnya setengah sadar.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAGqH2Mkm4z
"Bukan soal belanja. Ini soal Bu Rina. Hari ini ada posyandu di balai desa. Ibu khawatir kalau dia nanti kesulitan pulang, kamu temani ke sana, ya. Kalau nggak ada kendaraan buat dia pulang, kamu antar pulang," ujar ibunya penuh harap.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnFWH3LykF6
Dani membuka matanya sedikit, lalu menatap ibunya. "Hah? Kenapa harus aku, Bu? Kan masih banyak orang lain," keluhnya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNRzBk78Uzn
Ibunya menghela napas. "Ibu cuma minta tolong sekali ini aja. Kasihan dia, Dani. Lagipula, kamu kan laki-laki. Harus bisa menghormati dan membantu orang lain, apalagi Bu Rina yang sekarang sendirian mengurus bayinya," ucap ibunya dengan suara lembut, tetapi penuh makna.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcoxaBUmo7T
Dani masih enggan, tetapi melihat raut wajah ibunya yang serius, ia tahu bahwa menolak bukanlah pilihan. Ia akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dan mengusap wajahnya yang masih mengantuk. "Ya udah, Bu. Tapi kalau dia nggak mau diantar, jangan salahin aku ya," ujarnya pasrah.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdWEHd9vaTN
Ibunya tersenyum kecil, lalu meraih sesuatu dari meja. Sebuah payung lipat berwarna biru muda. "Bawa ini, Dani. Buat nutupin bayinya kalau nanti kepanasan."
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBc7Ahicvq4
Dani menatap payung itu sejenak sebelum mengambilnya. Ia hanya mengangguk kecil sebelum akhirnya bersiap-siap berangkat ke balai desa.
_______
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtRULseqJCY
Sesampainya di balai desa, Dani celingukan mencari sosok Rina. Ia sempat khawatir kalau-kalau Rina sudah pulang lebih dulu, mengingat posyandu biasanya tidak berlangsung lama. Namun, pandangannya akhirnya menangkap sosok wanita itu di sudut ruangan, tampak sibuk menenangkan bayinya yang rewel.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFzbWCapmy3
Rina terlihat kepanasan, wajahnya mulai berpeluh, sementara bayinya terus menggeliat gelisah dalam gendongannya. Dani memperhatikan sejenak, merasa ragu untuk melangkah. Ia tahu betul bagaimana sikap galak Rina, dan kemungkinan besar ajakannya akan ditolak mentah-mentah.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5lRIYKBd6i
Namun, mengingat amanah ibunya, Dani akhirnya memberanikan diri mendekat. Ia menawarkan untuk mengantar Rina pulang agar ia dan bayinya tidak terlalu lama terpapar panasnya udara siang. Seperti yang diduga, Rina langsung menolak dengan tegas.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHuLNoL7wm9
Dani hanya diam, membiarkan waktu berlalu sejenak. Namun, tangisan bayi di pelukan Rina semakin menjadi, membuat wanita itu mulai tampak goyah. Wajahnya menunjukkan kebingungan antara tetap bersikeras atau menerima bantuan yang ada.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡccIBjKEpoa
Akhirnya, setelah beberapa kali membujuk, Rina menghela napas panjang. Dengan berat hati, ia menerima tawaran Dani. Ia masih mempertahankan ekspresi kesalnya, tetapi matanya tak bisa menyembunyikan kelelahan yang ia rasakan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTAhfSKExya
Dani pun segera mengambil alih beberapa barang bawaan Rina sebelum berjalan menuju motornya, bersiap mengantarkan mereka pulang.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8AxucUehTr
Dani mengendarai motornya dengan sangat hati-hati. Ini adalah pertama kalinya ia membonceng seorang wanita yang membawa bayi, membuatnya lebih waspada dari biasanya. Setiap jalan yang sedikit bergelombang, ia kurangi kecepatan. Setiap belokan, ia pastikan lebih stabil. Ia bahkan sesekali melirik ke spion untuk memastikan Rina dan bayinya baik-baik saja.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ7t0gcTVFT
Dalam hatinya, Dani merasa sedikit gugup. Meski sudah terbiasa naik motor, situasi ini berbeda. Ada nyawa lain yang harus ia jaga. Rina di belakangnya juga tampak masih kaku, mungkin karena belum sepenuhnya nyaman dibonceng olehnya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUuSQxzTMdC
Perjalanan berlangsung cukup tenang meski Dani harus ekstra waspada. Hingga akhirnya, mereka tiba di depan rumah Rina. Dengan perlahan, Dani menghentikan motornya dan menurunkan standar. Rina turun lebih dulu, masih menggendong bayinya yang kini tampak lebih tenang dibandingkan sebelumnya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhI4DCekYsQ
Tanpa banyak bicara, Dani segera turun dari motor dan sedikit menjauh. Ia benar-benar masih merasa segan terhadap Rina. Dengan suara pelan, ia berpamitan, lalu segera berbalik untuk pergi sebelum Rina sempat berkata apa-apa.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡITFhljarQq
Saat melaju menjauh, Dani menghela napas lega. Meski terasa canggung, setidaknya ia sudah menjalankan amanah ibunya dengan baik.
__________
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnQ8CBWi1q4
Dani juga teringat ketika ibunya tiba-tiba memintanya datang ke rumah Rina secepat mungkin. Saat itu, ia tidak tahu ada apa, tetapi karena ibunya bersikeras, ia segera bergegas menuju rumah Rina tanpa banyak bertanya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJDSxpXHMEI
Sesampainya di sana, Rina sudah menunggunya dengan ekspresi serius. Tanpa basa-basi, Rina langsung meminta bantuannya untuk merenovasi genteng dan warungnya yang sudah mulai rapuh.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9v6CBwdAcQ
Dani sempat terkejut dengan permintaan itu. Ia tidak menyangka Rina akan meminta tolong kepadanya, mengingat selama ini mereka tidak terlalu banyak berbicara kecuali urusan belanja di warung. Tapi melihat kondisi genteng rumah Rina yang memang sudah lapuk, ia akhirnya mengiyakan tanpa banyak tanya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXQgEKL2nES
Sejak hari itu, Dani mulai menghabiskan waktunya membantu Rina memperbaiki rumah dan warungnya. Ia bekerja dengan tekun, memastikan setiap bagian diperbaiki dengan baik. Meski Rina tetap dengan sikap galaknya, Dani mulai terbiasa dan tidak lagi merasa takut seperti dulu.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnfTUNUBpCg
Hari-hari itu menjadi titik awal di mana Dani mulai melihat sisi lain dari Rina yang selama ini tersembunyi di balik sikap kerasnya.
_______
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKLgWlTQhny
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡppQEckjIvu
Setelah mengingat semua kejadian yang telah berlalu, Dani terus bertanya-tanya dalam pikirannya, "Kenapa ibu seakan mendekatkan diriku kepada Rina?"
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeIF8JmpI0k
Perasaan itu semakin mengusik pikirannya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu langsung dari ibunya. Dani melangkah menuju ruang tengah, di mana ibunya tengah duduk di atas tikar, sibuk menjahit kain dengan telaten.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuCvDOhiEqa
Tanpa berkata-kata, Dani ikut duduk bersila di hadapan ibunya. Ia memperhatikan wajah wanita yang telah merawatnya sejak kecil itu, mencoba menemukan jawaban sebelum mengutarakan pertanyaannya.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDUl15k9zWF
“Ibu…” Dani akhirnya bersuara, suaranya terdengar ragu.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK2UY0Ykw1j
Ibunya tetap fokus pada jahitannya, tetapi ia mendengar panggilan Dani. “Hmm?” sahutnya tanpa mengalihkan pandangan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4iJrH6njqX
Dani menghela napas sejenak sebelum melanjutkan, “Kenapa sih, Bu, rasanya ibu seperti sengaja mendekatkan aku ke Bu Rina?”
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJBk7nEBuYx
Setelah tersenyum tipis, ibu Dani akhirnya membuka suara. Ia mengucapkan sesuatu dengan nada lembut, namun penuh makna.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZqVjuRQqpN
Dani yang mendengarnya langsung terdiam. Seketika, raut wajahnya berubah drastis—matanya membesar, mulutnya sedikit terbuka, dan napasnya tercekat. Ia benar-benar tidak menduga ucapan ibunya barusan.
389Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIKnYcjCf5k
Seolah dunia di sekelilingnya tiba-tiba membisu, hanya tersisa kalimat ibunya yang terus terngiang di benaknya. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan ibunya?
ns 15.158.61.41da2
