HP Matthea berdering beberapa kali. Sementara, yang punya masih tertidur pulas. Jam menunjukkan pukul 3 sore, mungkin ia kelelahan akibat mengerjakan tugas semalaman. 10 menit kemudian, pada dering ke 10x nya, Matthea baru terbangun. Ia terpaksa mengangkat telfonnya, agar dapat melajutkan tidurnya.432Please respect copyright.PENANAcqjAEiO6Mk
“Halo? Ini siapa sih? Aku lagi tidur, bisa…”
“Bisa ketemu sekarang ga?”
“Hah?”
“Ini siapa? Kok langsung ngajak ketemu?”432Please respect copyright.PENANAv9SytPfHq9
Seseorang yang diujung sana sedikit menjauhkan HP dari telinganya, ia kebingungan. “Matthea kok ngga ngenalin gue? Jangan - jangan… dia ganti nomor kali ya?”, kemudian ia duduk diatas tempat tidurnya, sembari memilih-milih celana yang akan dipakainya keluar.432Please respect copyright.PENANA2wNgDaAOTG
“Maaf, ini Matthea Winona Taylor bukan ya?”
“Iya, bener. Tapi, ini siapa ya?”
“Lo ngga ngenalin suara gue? Kita kan udah beberapa kali telfonan…”432Please respect copyright.PENANAP6AzUTFCwy
Kening Matthea berkerut, ia berfikir sebentar. Namun, tetap saja ia merasa tak ingat siapa pemiliki suara itu. Ia mulai melihat layar HP nya. “Astaga! Kok bisa sih aku ngga sadar?!”432Please respect copyright.PENANA40ZYkGIPOS
“Sumpah Gett, aku ngga ngeh, beneran deh…”
“Contact gue dihapus ya? Hayo, ngaku…”
“Ngga! Kata siapa? Masih ada kok, nih aku kirimin screenshot nya ya. Tunggu.”432Please respect copyright.PENANAoqnycy7z8c
Hening sejenak, tidak ada suara terdengar dari keduanya. Namun, Georgette yang diketahui menelfon Matthea tersebut malah senyum-senyum sendiri. “Masih kayak dulu ya”, batinnya. 432Please respect copyright.PENANAWuhZmPnCEI
“Gett, aku udah kirim barusan ke Whatsapp kamu. Udah sampe? Ngga aku hapus kan? Mas…”
“Hahaha… masih sama ya ternyata?”
“Masih sama? Maksud kamu gimana?”
“Iya, kamu masih kayak dulu. Suka…”
“Kamu?”
“Eh… langsung to the point aja deh, kita bisa ketemu lagi ngga, Matt?”
“Ketemu? Buat apa?”
“Ya… kan gue baru beberapa kali ketemu sama lo, hitung-hitung reunian singkat kita SMA deh. Nanti gue yang jemput lagi, gimana?”
“Okay, tapi… aku ngga ada rekomendasi tempat…”
“Soal itu lo tenang aja. Kelamaan di Bandung sama Jepang, cukup kok ngebuat gue iseng-iseng caritahu ada apaan aja yang baru di Depok.”
“Hmm, gitu… coba tunjukkin sama aku.”
“Siap! 30 menit lagi aku sampe rumah kamu, à bientôt, Matthea.”432Please respect copyright.PENANAwmFzJdfYk7
Sebelah alis kanan Matthea terangkat, “Aku belum bilang iya perasaan…”, gumamnya. Lalu, ia bergegas ke kamar mandi dan salat. Kemudian, bersiap-siap menunggu Georgette di teras rumah. Sejujurnya, ia kurang suka kalau dijemput tiba-tiba seperti ini. Apalagi, sebetulnya ia ingin menghabiskan setengah harinya dengan berhibernasi layaknya panda. Akhirnya, yang ditunggu-tunggu datang.432Please respect copyright.PENANAc1I4GbroHu
“Gett, kok cepet banget sampenya?”
“Hmm, tadi jalanan ke rumah lo sepi soalnya, hehehe…”
“Sepi atau ngebut…”
“Hehehe… tahu aja.”
“Tuh kan! Bener kan kamu ngebut?”
“Ya abis, gue buru-buru, takut hujan soalnya. Kalo lo kehujanan di jalan, nanti sakit, gimana? Gue sih ngga apa-apa kalo kehujanan, udah sering.”
“Kamu tuh ya, masih aja kayak dulu… susah banget dibilangin, tahu ga?”
“Kita sempet pisah lama sih, Matt. Coba…”
“Coba apanya?”
“Iya… coba aja kalo dulu gue ngga ngerusak apa yang kita punya, pasti lo bakal sering banget atau setiap hari ngingetin gue.”
“Ngingetin kamu soal apa?”
“Soal ini, gini nih lo dulu, ‘Kalo nyetir jangan ngebut-ngebut, aku ngga kemana-mana, dan rumahku juga ngga pindah. Jadi, selow aja. Kalo masih ngebut, aku ngga mau hang out lagi sama kamu. Inget ya, Gett!’, gitu. Galak banget.”
“Georgette! Jadi pergi ngga nih? Kalo ngga, aku masuk lagi aja ke dalam.”
“Eits, ya jadi dong… sini-sini, gue pakein helm dulu ya." 432Please respect copyright.PENANAmtktjfiWd0
Sekitar 45 menit dilalui oleh Georgette dan Matthea diatas motor dengan saling berdiam diri. Demi membunuh waktu dan kecanggungan dalam dirinya, ia memasang earphone ketika lampu merah lalu lintas menyala. Sang pengendara mengajaknya ngobrol sedari tadi, namun sepertinya ia pun faham bahwa seseorang dibelakangnya itu sedang mendengarkan lagu. Jadi, Georgette pun tidak melanjutkan obrolannya. Ia malah melirik kaca spion dan tersenyum, “Persis beberapa tahun lalu, apa sih yang lo rasain sekarang, Matt? Gue pengen tahu”, tanyanya dalam hati.
Sesampainya diparkiran, Georgette meminta Matthea untuk turun sebentar. Seperti biasa, ia melepas helm yang dipakai si gadis kecil dan menggenggam tangannya untuk masuk kedalam tempat yang dituju. Georgette mendorong pintu masuk sebuah coffeeshop dan menyapa seorang barista yang sedang bekerja dibelakang mesin POS. Ia pun mengangkat sebelah tangan kanannya dan mengacungkan ibu jari kepada barista tersebut.432Please respect copyright.PENANAsaw3bi192L
“Ya ampun Gett, kamu ngapain sih ngajak aku kesini?”
“Lho, emangnya kenapa? Pacar lo ngelarang? Barista disini juga?”
“Apaan sih, Gett? Aku tuh…”
“Udah 7 tahun jomblo?”
“Mau ngejek kan kamu pasti? Tahu deh yang lagi pacaran…”
“Ngegantung.”
“Ngegantung? Kayak jemuran aja… yaudah ah, pulang yuk? Udah sering banget kali Gett aku kesini, baru darimananya coba?”
“Emang kata siapa kita mau kesini?”
“Ini kan kita udah disini, Gett?!”
“Hahaha… cuma mampir kali, ngambil titipan kak Dikta.”
Georgette melepas genggamannya dan meminta Matthea untuk duduk disebuah kursi sofa kecil dipojokkan, lokasinya sengaja dipilihkan yang tak jauh dekat pintu, agar bisa langsung keluar usai ia memesan segelas kopi.
Usai Georgette memesan, Matthea langsung keluar mendahuluinya berjalan kearah parkiran motor. Ia menunggu si pengendara untuk membuka joknya, kemudian Matthea mengambil helm didalamnya. Ia tak mengeluarkan sepatah katapun, hanya diam sembari kembali mendengarkan lagu lewat HP nya.
30 menit berlalu, waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan ke tempat tujuan yang Georgette tuju. Sesampainya disana, raut wajah Matthea berubah. Tidak seperti ketika sampai di lokasi sebelumnya. Ia memotret coffeeshop usulan Georgette tersebut menggunakan HP nya, kemudian kembali memasukkan benda tersebut kedalam sakunya. Sebelum itu, ia mencabut earphone nya dan keluar dari aplikasi musik yang sejak tadi diputarnya.
“Masih suka botanical concept, Matt?”
“Gett! Ini bagus banget… kok aku ngga pernah tahu ya ada tempat ngopi kayak gini?”
“Lo sih, belajar terus…”
“Ah, kenapa sih semua orang bilang gitu?!”
“Kan emang faktanya seperti itu, mba Matthea…”
“Tapi, serius deh, ini baru ya coffeeshop nya?”
“Iya, sekitar 3 bulan yang lalu. Keren ya, Matt? Sampingnya juga ada tempat belanja tanaman gitu.”
“Banget! Kamu tahu darimana sih tempat ini?”432Please respect copyright.PENANA1EoEN3LN6B
Lagi-lagi, Matthea berjalan mendahului Georgette. Ia berjalan ke arah beberapa tanaman yang ada disudut-sudut Hojja Coffee, nama coffeeshop nya. Ia mengambil kembali HP nya, memotret tanaman-tanaman tersebut. Matanya beralih kebagian atas meja bar, terdapat rentetan menu dengan terbagi menjadi 5 kategori. Ia dapat mendengar bunyi langkah sepatu Georgette, kemudian menoleh kearah Georgette yang akan mengatakan sesuatu.432Please respect copyright.PENANA5Mz84GRCcF
“Tebak dong, Matt!”
“Hmm, dari… akun-akun rekomendasi di Instagram?”
“Salah!”
“Kalo gitu, darimana dong?”
“Hehehe… gue tahu dari kakak gue. Jadi, waktu awal banget dibuka, pas grand opening nya tuh, kakak gue datang kesini sama temen gowes nya. Soalnya, di depan coffeeshop nya tuh, kan kelihatan ya, emang ada tempat buat markirin sepeda gitu, Matt.”
“Wah, seru juga ya? Pagi-pagi gitu kan, abis gowes, terus bias melipir kesini.”
“Berarti… lo bakal balik lagi dong?”
“For sure, will do.”432Please respect copyright.PENANAhOT39TtU36
Matthea menaruh tas selempang berwarna mint miliknya. Ia mengajak Georgette untuk memesan menu secara bersamaan ke meja kasir. Matthea memesan Iced Chocolate dan Georgette memesan Manual Brew – Japanese. Setelah memesan, Matthea bergeser ke meja sebelahnya yang terdapat beberapa toples berisi biji kopi dari berbagai daerah. Sementara, Georgette mengeluarkan HP nya untuk men-scan barcode pembayaran. Secara diam-diam, ia kembali berjalan ke arah meja dan kursi yang ditempatinya, meninggalkan Matthea yang masih saja mengamati biji-biji kopi.
Sekitar 20 menit waktu yang dibutuhkan untuk keduanya mencicipi minuman pesanan masing-masing. Ekspresi wajah ayu Matthea terlihat senang sekali akan minumannya, terasa sekali excitement nya. Sementara, seorang laki-laki bak jerapah didepannya ini hanya terus memandangnya. Curi-curi pandang lebih tepatnya, sembari menyeruput minumannya sendiri. “Andai dari dulu…”, sesalnya dalam hati.432Please respect copyright.PENANAX1SDfeq1JY
“Kesini yuk?”
“Huh? We’re here now.”
“No, I mean nanti… tahun baru.”
“Gett, what do you mean? Aku ngga…”
“Mau kan jadi partner tahun baruan gue akhir bulan nanti?”
ns 15.158.61.23da2