“The, kamu apa kabar?”
Sebuah pertanyaan yang ga pernah lupa diucapkan oleh pria rupawan dihadapannya. Matthea yang mungil masih berada dalam dekapan Randu, Kara yang dari jauh duduk bersama dengan Jardine di meja makan pun mampu merasakan kerinduan Randu pada sang sahabat. Entah apa yang dirasakan Matthea saat ini, itulah yang masih menjadi tanda tanya baginya. Kembali, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan makannya.
“Ran, ak… aku… I’m fine. Kamu gimana kerjaannya?”, tanya Matthea sembari menggenggam kedua tangan Randu.
“Never been good till I see you again, The,” jawab Randu bahagia, diikuti dengan sebelah jari-jari kanannya yang menarik tangan Matthea untuk duduk.
“Me too”, ucap Matthea singkat.
Ia bingung sekaligus kikuk, melihat seseorang yang telah berjarak dengannya selama beberapa tahun terakhir, kini berada dihadapannya secara tiba-tiba. Narandu Leon Afif, pria yang masih sama seperti pertama kali ditemuinya. Dia yang memiliki segala hal yang mampu membuat banyak orang mengaguminya. Seseorang yang ngga pernah gagal dalam misi surprise, untuk siapapun itu dalam hidupnya. A loving – fragile - charming guy yang selalu “hayuk aja” diajak siapapun ke Bandung, apalagi untuk bermain drum, sekalipun jadi additional player.408Please respect copyright.PENANAK2lyHukoga
“Oh iya, kata Thomas, kalian berempat sempat reunian ya?”
“Ah? Gimana, Ran?”408Please respect copyright.PENANAhQOdoKR5lu
“Iya, ketemuan berempat. Kamu, Thomas, Kara, sama Georgette.”408Please respect copyright.PENANAVt3ZqazUT6
“Hmm, iya… beberapa hari lalu. Dia baru pulang dari Jepang.”
Randu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian menyeruput ice chocolate kesukaannya dari Casper & Luna. Raut wajahnya terlihat biasa saja, tetap tenang, dan selalu menjadi hal yang dipertanyakan oleh Kara pada Matthea. Tiba-tiba, sebuah lagu dari Dengarkan Dia berjudul Bersenyawa bersenandung dari belakang. Jardine yang memutarnya, guna latihan menyanyi untuk pementasan acara seni yang diadakan sekolah dalam beberapa bulan kedepan, dan Kara yang melatih dirinya.408Please respect copyright.PENANAPGf4iM7Euq
“Seru dong! Kalian bisa main bareng lagi. Hmm, aku sempat kesana juga sebenarnya. Tapi, kok ga pernah tahu ya kalo Georgette disana?”
“Hah? Kamu ke Jepang? Ngapain, Ran?”
“Iya, jadi aku sempat ditugasin sama Manager dikantorku yang baru untuk meeting sama perwakilan dari company yang pakai jasa desainnya kantorku. Ini aja flight aku langsung dari Jepang.”
“Lho, bukannya kamu selama setahun setengah kemarin itu ke Raja Ampat?”408Please respect copyright.PENANA1kbeHBtz1U
“Ya… iya, aku memang disana. Cuma, ternyata ngga lama. Awalnya sih meeting, tapi lama-lama aku diminta untuk stay disana dulu. Everything provided by them, client nya penting banget katanya. So, aku cuma di Raja Ampat itu sekitar 5 bulan, ngga lebih. Aku minta maaf ya The, aku ngga bilang sama kamu, aku tahu kamu lagi sibuk banget kerja soalnya, kata Jardine juga lagi bantu kamu ngurusin sekolahnya. Gapapa ya?”
Sifat Randu yang satu ini mampu meluluhkan hati semua orang tua manapun, yakni penyayang anak-anak tingkat dewa. Logika mereka, “Sama anak-anak aja sayang banget, gimana nanti pas sama anak dan istrinya? Pasti sayangnya bukan main!”. Namun, dibalik semua itu, ada hal yang ngga pernah orang lain tahu tentang Randu, dan hanya dirinyalah yang tahu, Matthea yang membuat dirinya rela mengorbankan semua hal dalam hidupnya. Melihat tatapan mata Randu yang melirik Jardine dibelakang, mampu meluluhkan hatinya lagi. Kali ini, matanya terkunci pada wajah Randu. Selelah apapun dirinya, ga pernah lupa untuk memperhatikan Jardine, yang seperti adiknya sendiri.
Kiranya 3 jam telah berlalu, Kara yang terlebih dahulu pulang meninggalkan Jardine sendirian dibelakang. Sebelum pulang, Randu memberikan oleh-oleh dari Jepang yang dibawakannya untuk Jardine. Entah apapun itu isinya, yang pasti penuh dengan campuran Matcha dan Red Velvet. Tak lupa, ia memberikan oleh-oleh lain untuk Opa dan Oma. Lalu, Randu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tasnya. Ia tidak pernah lupa akan hal ini, begitupun absen untuk melakukannya, sesempit apapun waktunya.
“The, ini buat kamu. Tolong diterima ya, terserah kamu aja mau ditaruh dimana. Maaf kalo aku motretnya kurang bagus, aku belum sehandal kamu, hehehe…”, urai Randu ketika menyerahkan beberapa lembar foto bunga-bunga yang ada di Jepang. 408Please respect copyright.PENANAHTrJdAgj5n
“RAN! Ini bagus banget, kok bisa sih kamu bilang ini kurang bagus?”, saking takjubnya, Matthea sempat terkejut untuk beberapa detik lamanya.408Please respect copyright.PENANAomkoFDObtn
“Aku masih belajar The, belum pede nih, hahaha… yaudah kalo gitu, aku pulang dulu ya? Udah malam, pasti Mami nyariin aku. Takut aku diculik sama setan Jepang katanya, hahaha…”, tawa Randu sembari menundukkan pandangannya. Iya, dia pemalu sekali, sama seperti dulu, a quite romantic man.408Please respect copyright.PENANARr64IjWsK1
“Kamu nih, selalu kayak gitu. You’re wonderful, Randu”, pernyataan paling jujur Matthea tentang Randu tersebut juga.
Usai berpamitan dengan Opa dan Oma, Matthea mengantarkan Randu hingga gerbang rumah. Ia masih menatap pria dihadapannya yang masih berusaha menyalakan motor matic nya.
“Oh iya The, aku lupa bilang ini. Minggu depan, aku sama Thomas mau ke Bandung. Aku mau nemenin dia aja sih, soalnya dia sempat bilang mau ikutan donasi buat rumah belajarku.”
“Rumah belajar kamu? Yang…”
“Iya, Rumah Belajar Nusantara. Kamu mau ikut? Katanya mau lihat siswa/i nya langsung?”
“Mau dong! Kamu ngga kemana-mana lagi kan?”408Please respect copyright.PENANAJw06VvUFB8
“Don’t worry, I’m here. Plus, kata Thomas dia mau ngajak Georgette sama Kara. Menurut kamu gimana… mereka mau ngga ya?”
“Wow… mereka berdua?”
ns 15.158.61.6da2