"Baiklah ada perlu apa Mas datang kemari" tanya Rara
"Saya mau membahas pernikahan, tanpa menunggu jawabanmu saya memutuskan untuk kita menikah saja" ucap Sakti membuat Rara terkejut.
"Kenapa begitu?" Tanya Rara
"Ayah saya sakit, dia baru saja divonis kanker stadium akhir. Maka itu dia memohon pada saya untuk segera menikahimu. Ya walaupun saya tau itu melangkahi hak mu menjawab" jelas Sakti tampak sedikit murung saat mengatakan kondisi Ayahnya
"Innalillahi wainna ilaihi rojiun, semoga Om Gagah diberikan ketabahan dan keikhlasan mendapat ujian dari Allah. Pelunturan dosa dosanya insyaallah amin" ucap Rara iba
"Amin" Sakti menimpali doa Rara. Mereka terdiam sejenak, Rara dengan fikirannya sendiri begitu juga dengan Sakti.
"Begini Mas, bilang sama Om Gagah dan Tante marwah kita ketemu besok di restaurant tempat kita kemarin. Saya akan menentukan jawaban saya saat itu" ucap Rara setelah berfikir dalam diamnya.
"Baiklah terima kasih. Maaf jadinya sedikit memaksa. Kalaupun kamu tidak mau menerima tidak apa apa, saya yang akan minta maaf ke Ayah. Kalau begitu saya permisi" ucap Sakti sambil berdiri hendak meninggalkan ruangan Rara.
"Tapi Mas sudah menyebarkan bahwa Mas calon suami saya disini" ucap Rara sebelum Sakti keluar dari ruangannya.
Selepas kepergian Sakti, Rara berfikir dengan serius sampai tidak sadar akan kehadiran Radit, ketua kelas 11 B. Tujuannya untuk menjemput Rara yang ternyata sudah telat masuk kelas.
"Bu Adira? Bu...... Assalamualaikum..... Tok tok tok" panggil Radit entah yang keberapa kalinya.
"Astagfirullah Radit, kenapa tiba tiba muncul disini, nggak ucap salam nggak ketuk pintu" oceh Rara yang baru menyadari kehadiran Radit karena tubuhnya yang sedikit di guncang Radit. Oh ya saat itu Rara berfikir sambil memejamkan mata ya readers.
"Ih saya uda bolak balik bu manggil, ngetuk meja. Ibu tetep aja tidur. Saya mau jemput , Bu Adira uda telat setengah jam" ucap Radit, Rarapun segera bangkit karena terkejut.
"Ya Allah, maaf ya. Ya sudah ayok kita ke kelas. Nanti Ibu kasih tugas saja ya, sudah tidak terkejar waktunya kalau harus mengisi materi" ucap Rara kepada Radit sambil berjalan menuju kelas.
Sekarang jam istirahat, semua murid dan beberapa guru juga pergi ke kantin untuk mengisi perut. Termasuk Rara dan tentunya Bu Intan.
"Gimana tadi ketemu sama calon?" Tanya Bu Intan dengan nada meledek.
"Ya begitulah" ucap Rara
"Sebenarnya aku belum pasti juga menerima lamaran dia. Harusnya aku di kasih waktu seminggu. Ini sudah hari ke 5, tapi aku masih belum yakin." Jelas Rara.
"Kamu sudah shalat istikharah?" Tanya Bu Intan, dan di jawab dengan anggukan kepala oleh Rara.
"Lalu sudah dapat petunjuknya?" Tanya Bu Intan lagi
"Sudah, tapi aku belum yakin itu petunjuk. Karena berbeda suasananya, kadang aku dilihatkan bahagia, kadang aku dilihatkan sedang bersedih bahkan sangat sedih." Ucap Rara sambil mengingat kilasan mimpinya.
"Itu petunjuk Bu Adira, bahkan kamu di tunjukkan begitulah kehidupan kamu kelak jadi kamu sudah bisa mempersiapkan diri. Lagian hidup ini nggak selamanya harus bahagia kan? Yang jelas aku kasih tau kamu, selama suami kamu itu tidak mengajak kamu untuk melanggar aturan maka berbaktilah." Bu Intan menjelaskan sekaligus menasihati, karena dia kebetulan sudah menikah.
"Seperti aku sekarang, mungkin kebanyakan orang melihat aku bahagia padahal tidak selamanya begitu. Aku dan suami sedang di uji saat ini, aku belum memberinya keturunan padahal usia pernikahan kami sudah cukup untuk memilikinya. Alhamdulillahnya suami aku suport penuh aku dan tidak terlalu menuntut walaupun keluarganya sudah selalu menanyakan. Begitulah kehidupan pernikahan Bu Adira tidak selamanya berjalan sesuai mau kita" ucap Bu Intan lagi panjang lebar.
Rara mendengarkan dengan seksama dan mengangguki setiap perkataan Bu Intan.
"Kamu bener Bu Intan, mungkin aku belum yakin sampai sekarang karena aku takut kesedihan itu. Aaaaah akhirnya aku dapat pencerahan." Ucap Rara sambil tersenyum lega.
"Terimakasih ya, dan semoga kamu cepat diselesaikan dari ujianmu, setelah ini kamu dan suami bisa mendapatkan buah hati. Amin" timpal Rara lagi sambil mendoakan sahabatnya itu
"Amin" ucap Bu intan hampir bebarengan dengan Rara.
ns 15.158.61.16da2