Seminggu setelah pertemuan malam itu
Rara sedang didandani oleh MUA, ia mengenakan baju pengantin berwarna putih untuk akad yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi.
"Masyaallah cantiknya Mba Ipar aku" puji Almira salah satu adik Sakti.
"Ah kamu bikin mba malu aja Al." Ucap Rara yang sudah memerah pipinya.
"Ayo mba siap siap kita duduk di sana, sebentar lagi Mas mau ucap Ijab Kabul" ucap Zahra yang baru saja masuk keruangan rias.
Setelah itu Rara di tuntun menuju tempat dimana Rara harus menunggu para saksi berkata Sah, baru Rara akan dibawa keluar oleh adik adik iparnya untuk menemui suaminya nanti.
Terdengar acara sudah di mulai, karena MC sudah berbicara.
Kemudian di lanjut ceramah oleh ustad dan doa sebelum acara di mulai.
Rara mengamini setiap doa yang di panjatkan, ia sangat khusyuk sambil beberapa kali harus mengerjabkan matanya agar air matanya tidak turun.
Setelah doa selesai, acara yang ditunggu tiba. Terdengar penghulu mengucapkan kalimat ijab. Ayah Rara menyerahkan pada Penghulu karena ia takut menangis mengucapkan kalimat ijab katanya. Agak lebay ya hehe
"Sah" ucap para saksi
"Alhamdulillah" ucap seluruh tamu undangan setelahnya.
Kini giliran Rara keluar sambil di bantu oleh adik adik iparnya.
"Ya Allah mba tangan kamu dingin banget" ledek Zahra
"Issss diem kamu mba Zahra. Jangan ngeledek mba Rara" protes Almira.
"Sssst mau berantem apa bantuin Mba nih?" Tanya Rara
"Heeee." Cengir Zahra dan Almira
"Bismillah" ucap mereka bertiga dan segera melangkah setelah tirai dibuka. Semua mata tertuju pada Rara yang terlihat sangat cantik, bak Ratu sesungguhnya.
"Mba jangan liat Mas Sakti dia lagi mangap" ledek lirih Almira. Di katakan begitu oleh Adik iparnya membuat Rara malah melihat ke arah Sakti, dan merekapun saling pandang untuk pertama kalinya walau hanya sepersekian detik. Karena setelahnya Rara langsung menunduk kembali, entah kenapa jantungnya berdebar.
Tidak hanya Rara yang berdebar, Saktipun merasakan hal yang sama. Apalagi setelah beradu pandang singkat.
"Tenang Sakti, setiap yang menjadi pengantin akan terlihat menarik memang" batin Sakti
Merekapun sudah duduk bersebelahan, lalu MC mengarahkan untuk Sakti memberikan mahar kepada Rara.
Setelah saling tukar cincin Rara untuk pertama kalinya memegang tangan seorang pria yang dulu bukan mahromnya, namun sekarang ia menjadi suaminya. Dicium punggung tangan Sakti, kemudian Saktipun memegang kepala Rara.
Setelah itu Sakti mencium kening Rara walau dia harus beberapa kali ambil nafas, begitupun dengan Rara.
Acara demi acara dilewati, kini acara resepsi. Tamu undangan lebih banyak lagi yang datang, entah teman teman Sakti, teman teman Rara bahkan kolega kolega orang tua mereka dan masih banyak yang lainnya.
Di atas pelaminan, Sakti dan Rara saling diam saat tidak ada tamu yang bersalaman. Begitupun saat mereka berada di ruang ganti tadi, tidak ada yang saling bicara.
"Bu Rara dan Pak Sakti mari ikut saya sebentar, istirahat makan. Acara masih panjang dan masih lama, takut kalian sakit." Ucap petugas dari wedding organizer.
Rarapun dengan di bantu berjalan perlahan, Sakti mengikuti dari belakang. Sebebarnya Rara tidak lapar sama sekali, ia hanya haus. Sehingga saat sampai diruang khusus pengantin, Rara segera meneguk 2 gelas air mineral. Sedangkan Sakti langsung memakan makanannya karena dia sangat lapar.
Sakti memperhatikan Rara yang tidak menyentuh makanannya.
"Kamu jangan merepotkan saya, makan" ucap Sakti ketus.
"Saya nggak laper mas, ini karena baju bagian perut diikat kencang" jawab Rara jujur, ya memang perut Rara diberi korset agar pinggangnya terlihat lebih kecil walaupun sebenarnya pinggang Rara juga tidak besar.
"Lepaskan" jawab Sakti begitu saja, ia tidak tahu betapa repotnya baju pengantin wanita.
"Mana bisa Mas. Sudah tidak akan terjadi apa apa insyaallah, ini saya ambil buah saja" ucap Rara
Sakti sudah tidak menghiraukan lagi, "terserah" batinnya.
Setelah selesai mereka kembali duduk di pelaminan, para tamu kembali memberi selamat dan berfoto.
Setelah tamu sepi, kini bagian Rara dan Sakti yang diminta untuk foto berdua. Awalnya Rara menolak namun ini sudah masuk kedalam paket WOnya untuk dokumentasi. Akhirnya iapun setuju, begitupun dengan Sakti.
Fotografer mengarahkan harus bagaimana pose mereka. Beberapa kali mereka di arahkan untuk berpose romantis dan saat itu pula mereka terlihat sangat kaku. Namun setelahnya berjalan senatural mungkin karena Rara dan Sakti sudah pasrah karena lelah.
Tak terasa waktu berlalu, kini acara telah selesai. Rara dan Sakti di bantu untuk membuka baju pengantin. Mereka diletakkan dalam satu ruangan, hanya dibatasi tirai.
Setelah selesai kini dua keluarga baru ini sedang makan malam di hotel tempat mereka melangsungkan acara.
800Please respect copyright.PENANAsen5oQ8NPX