Malam minggu ini kakak jemput aku, kita jalan!"
Faridh berpikir tidak ada salahnya juga sekalian jalan jalan, setidaknya bisa menyenangkan Anna, apalagi sebagai maba, dan baru disurabaya' bisa memperkenalkan kota Surabaya. Lagipula lucu juga masak tembak cewek di pinggiran parit tidak ada suasana romantis-romantisnya.
Pukul lima sore Faridh sudah selesai mandi, namun masih santai dirumah, sambil memandang SupraX 125 sepeda motor kesayangan yang selalu setia menemani kemana saja. Meski bukan manusia tapi tidak pernah menyusahkan, seolah-olah mengerti dengan perasaan kemauan tuannya.
Jaket jeans warna coklat dan helm sudah standby, sesaat lagi meluncur. Malam Minggu kali ini menjadi malam minggu yang spesial karena menjadi pengalaman pertama Faridh kencan dengan cewek selama tinggal disurabaya, jadi memang sedikit nervous.
Setelah pamit dengan orang rumah, Faridh mulai tancap gas keluar perumahan perlahan menyusuri jalan jalan berbatu, dengan ditepi kiri kanan jalan sawah sawah meski demikian yang menjadi nyaman tinggal di perumahan ini karena jauh dari hiruk pikuknya kesibukan kota. Pukul delapan malam suasana jalan ini sudah sepi dan menyeramkan bagi sebagian orang yang belum terbiasa, suara suara jangkrik menjadi hiburan dikala melewati jalan ini pada malam hari. Namun bagi Faridh mau pukul berapapun kondisi ini tidak akan pernah membuat nyali menciut. Sebagian warga mengatakan bahwa mereka pernah melihat pocong sering melintas dijalan. Kuburan lama disekitar pohon bambu menjadikan cerita tambah seram, apalagi pengalaman pengalaman mistis yang sering kali dialami oleh warga di perumahan.
Jarak jalan perumahan ini hampir dua kilometer jauhnya untuk sampai ke jalur utama, namun karena malam ini adalah malam yang sudah dinantikan, sampai tanpa terasa ban sepeda motor sudah nyaman melintas diatas punggung jalan beraspal.
Ketika melewati jalur utama beberapa saat Faridh mampir di SPBU untuk mengisi bensin motor.
"Mas mitene itu apa ya?" Tanya petugas SPBU dengan logat Jawanya. Sambil merogoh saku mencari uang, Faridh sedikit tertawa geli dengan pertanyaan mbak cantik ini. Bukan karena tulisan tapi dialek Jawa yang halus dan medok membuat telinga orang Lamaholot, terkhusus Adonara mendengar kata mitene ini menjadi tidak biasa.
"Ohhhhh tulisan yang ada pada sepeda motorku ini ya, ini bahasa daerah artinya hitam bahasa Adonara, Lamaholot." Faridh sedikit menjelaskan arti tulisan kepada Mbak cantik yang tersenyum ramah.
Nampak mbaknya ngangguk ngangguk saja mendengar penjelasan itu. Setelah selesai transaksi Faridh melanjutkan perjalanan, apalagi mbaknya juga sudah sibuk melayani pelanggan yang lain, sambil berlalu Faridh melemparkan senyum tanda terimakasih padanya.
Sepanjang perjalanan dalam hati berpikir, jawaban apa yang akan ia terima kali ini. Hingga jarak Gresik Surabaya pun sudah tidak lagi terpikir oleh Faridh.
sepeda motor yang dikendarai Faridh berhenti ditepi telp umum dekat kosnya Anna. Lalu ia mengambil ponsel Sony Ericsson dari saku untuk SMS Anna.
"Saya sudah sampai, sekarang lagi di depan telp umum dekat kos." begitulah bunyi SMS Faridh. Sambil menoleh kiri kanan jangan sampai ada teman yang melihatnya disini.
"Kakak tunggu saya di ujung gang, sebelah mesjid, nanti saya temui kakak, disana." Jawab Anna sambil melihat dari balkon lantai dua kosnya. Kos Anna berada dilantai atas jadi sering duduk di balkon bersama teman-teman kos.
Tak lama berselang Anna keluar dari kosnya dengan baju kuning lengan panjang dan celana pendek putih selutut, sementara rambut panjangnya dibiarkan terurai kebelakang. Sejenak Faridh terpesona dengan paras cantik yang disuguhkan malam ini. Pesonanya makin terlihat ketika Anna tersenyum. Tanpa banyak bicara lagi Faridh membawa Anna pergi dari situ Agar tidak terlihat oleh teman teman, oleh karena itu mencari tempat untuk putar balik saja harus ditempat yang sepi agar tidak terlihat, maklumlah di tempat biasa banyak teman teman nongkrong.
Dilampu merah pertama mereka masih diam tanpa memulai pembicaraan, dan fokus Faridh masih dijalanan yang begitu ramai dengan kendaraan. Setelah melewati rel kereta api, Faridh mulai mengutuk dirinya dalam hati, sial kenapa tidak dari kemarin cari referensi dimana untuk kencan.
Dari kaca spion motor tampak terlihat Anna menikmati saja perjalanan itu. Dan dari kejauhan nampak lampu taman khas kota Surabaya, lalu Faridh berpikir sebaiknya malam mingguan ditaman saja dari pada waktu terbuang diatas motor, sementara kos Anna tutup jam 11 malam.
"Mas ini karcis parkirnya....!" Kata tukang parkir seraya menyodorkan karcis parkir dengan ramah.
"Oww ia terimakasih." Jawab Faridh sambil melangkah pergi bersama Anna mencari tempat yang nyaman untuk duduk berdua. Karena suasana malam minggu membuat tempat itu ramai pengunjung, sehingga mereka memutuskan untuk melantai disalah satu sudut taman.
Faridh dan Anna masih terlihat canggung untuk memulai percakapan. Pada hal hari hari sebelumnya tidak seperti ini, mungkin karena malam ini hanya berdua dan ada hal yang penting dibicarakan. Biasanya Anna menghampiri Faridh dengan baju hitam dan rambut dikepang dua, membuat Anna terlihat ayu seperti gadis gadis Jawa. Tetapi kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya.
"Kakak mau tau jawabanku soal yang kemarin itu ?" Anna memulai pembicaraan sementara Faridh masih duduk diam melihat segala penjuru taman dan kembali fokus pada ucapan Anna.
"Ya katakan saja, aku siap mendengarkan apapun itu." Faridh menjawab sambil memperbaiki posisi duduk dan lebih fokus pada Anna.
"Serius kakak sudah siap mendengar jawabanku?" Lanjut Anna.
Dari pertanyaan Anna ini, membuat faridh mulai tidak enak, ini sepertinya tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan.
"Katakan saja apa keputusanmu, itu sudah menjadi resikoku. Aku siap mendengar apapun itu !" Faridh mulai merasa gelisah.
"Sebenarnya saya sudah punya pacar kak. Kami pacaran sejak saya tamat SMEA."
Mendengar jawaban Anna Faridh yang semula nervous, langsung mengambil rokok Marlboro dan langsung menyalakannya, asap rokok menjadi mainannya sementara ini, dan sambil berpikir kalimat apa yang nanti diucapkan selanjutnya. Tampaknya Anna tidak suka dengan adanya asap rokok ini tapi Anna diam saja.
"Kakak tidak marah kan dengan jawaban yang kuberikan?" Anna memulai pembicaraan lagi sambil menatap memastikan Faridh benar tidak marah dengan jawabannya .
Dan Faridh masih diam sambil menatap Anna penuh kasih sayang, memikirkan kata kata apalagi yang harus diucapkan, hanya saja rasa hati seakan tidak terima, bukan karena dia sudah memiliki pacar tapi benarkah hari ini perasaannya ditolak ?
"Bagaimana kalau aku menjadi orang kedua, diluar sana kamu boleh punya pacar tapi saat bersama aku kamu adalah pacar aku?" Tiba-tiba kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Faridh.
Menjadi laki-laki yang menyukai seorang wanita pujaan dan ternyata dia sudah ada yang memiliki, kecewa itu pasti. Tapi itu sudah sebuah resiko dan dinamika dalam kehidupan. Namun bagaimana jika hatimu merelakan diri untuk diduakan dengan pria lain. Anehnya adalah kenapa mau dan berani memberikan tawaran gila ini. Lalu bagaimana jika nanti teman-teman tahu, malunya seperti apa tidak terpikirkan lagi.
"Kak, aku tidak bisa menjanjikan apapun, dalam hal ini apakah kakak mau kita jalani saja tanpa menyakiti orang lain?" Anna mencoba menjelaskan kondisinya saat ini.
ns 18.68.41.179da2